Bagian 14 : Thoriq dan Wilastri

42.3K 2.2K 137
                                    

17 tahun yang lalu...

"Aku harus pergi sekarang, Wil." ucap seorang pemuda gagah berpakaian pendekar pada seorang gadis di hadapannya.

Gadis itu hanya tertunduk. Wajah anggunnya tampak sendu. Air mata menetes bebas melewati bulu mata lentiknya. Ia menyanggul rambutnya, membuat leher jenjangnya yang putih nan menawan terlihat.

"Wilastri..." pria itu menyebut nama Sang Gadis.

Namun yang dipanggil masih tertunduk sedih. Wilastri. Dia adalah Lasmi muda yang belum menikah dengan Rehan. Nama aslinya adalah Wilastri Mina. Awalnya ia disebut Lasmi hanya oleh teman-temannya. Namun lama-kelamaan ia lebih dikenal dengan panggilan Lasmi. Namun tidak bagi pria di hadapannya itu. Sang Pendekar tetap memanggil nama aslinya. Pria tampan dan gagah itu adalah Thoriq.

Thoriq adalah sosok pria kekar yang tinggi. Ia adalah pendekar terkuat Al Zundiyun. Ia mengenakan pengikat kepala berwarna merah dengan lambang garuda di tengahmya. Ia mengenakan seragam pendekar dan jubah hitam tanda tingkat jabatannya sebagai Pendekar tingkat tinggi.

Thoriq menyentuh dagu Wilastri, membuat gadis itu memperlihatkan wajahnya yang putih berseri dan sangat cantik. Thoriq menyampirkan rambut Wilastri yang menutupi wajah indah itu.

"Aku pergi untuk kembali. Aku akan kembali secepat mungkin setelah tugasku selesai." ujar Thoriq.

Wilastri menggeleng keras sampai air matanya menyiprat kemana-mana.

Thoriq mengeluarkan sarung tangan dari saku bajunya dan menggunakannya untuk mengelap pipi Wilastri yang basah. "Aku sayang padamu. Mana mungkin aku tak kembali."

"Bagaimana kalau kau tak kembali?" tanya Wilastri memelas.

"Aku pasti kembali, Cintaku. Percayalah." ujar Thoriq lembut.

Wilastri terdiam beberapa saat. Hatinya berusaha keras merelakan kepergian Thoriq.

Sementara itu, para pendekar lainnya sudah tiba dengan kuda masing-masing. Mereka berpakaian pendekar lengkap dengan persenjataan mereka.

Wilastri menghela nafas. Ia menatap wajah tampan itu beberapa saat sampai akhirnya ia mengangguk lalu tersenyum.

Senyuman indah itu akan Thoriq rindukan selama ia pergi. Thoriq memeluknya erat. "Aku sayang padamu."

"Aku juga saya padamu..." jawab Wilastri seraya memejamkan mata dalam pelukan Thoriq.

Perlahan Thoriq melepaskan pelukannya kemudian mengecup kening Wilastri dengan lembut. Ia lalu berjalan menuju kudanya.

"Hati-hati di jalan!" seru Wilastri.

Thoriq menaiki kudanya lalu menengoknya dan tersenyum. "Kau juga. Jaga diri dan hatimu untukku."

Wilastri tersenyum dan mengangguk.

"Assalamu'alaikum!" ucap Thoriq.

"Wa'alaikumsalam."

Thoriq melajukan kudanya memimpin pendekar lainnya menuju belantara luas diantara pegunungan. Belantara kematian. Belantara terkutuk. Belantara yang telah memisahkan cinta mereka berdua.

Wilastri menanti pulangnya Sang Kekasih dengan setia. Bahkan sampai berbulan-bulan, selembar surat pun tak ia terima dari Thoriq.

Berbagai macam pria dari kalangan bangsawan dan konglomerat berdatangan tiap hari ke rumahnya untuk mengajukan lamaran. Namun Wilastri selalu menggelengkan kepalanya. Bahkan walaupun dua orang tuanya memilihkan pria yang menurut mereka pantas untuknya.

"Ada apa denganmu, Lastri? Cobalah buka hatimu untuk salah satu dari mereka." kata Sang Ayah.

"Aku belum siap menikah. Lagipula umurku masih enam belas tahun." Wilastri bersikeras.

My Lovely GenderuwoOnde histórias criam vida. Descubra agora