Bagian 33 : Pertempuran (part.2) [18+]

27.9K 1.3K 189
                                    

Yusi membuka mata tersadar dari pingsannya. Wajahnya meringis bersiap menahan sakit. Namun ia merasa punggungnya terasa sejuk. Dan ia dalam posisi duduk tanpa diikat. Ia merasa kondisi badannya lebih nyaman.

"Sudah sadar?" Terdengar suara pria tua di belakangnya.

Yusi terkejut. Ia menoleh ke belakang dan mendapati seorang kakek berjubah putih tengah menengadahkan telapak tangan ke arah punggungnya. "Anda siapa?"

"Jangan khawatir. Nama saya Mbah Ireng. Saya gurunya Artha. Saya sedang berusaha mengobati lukamu." Jawab Mbah Ireng.

Yusi mengkerutkan kening. "Mbah Ireng? Saya pernah mendengar nama Mbah dari Artha. Kalau Mbah Ireng ditahan di sini, berarti ayah Artha..."

"Ya, saya di sini."

Yusi termangu menatap sosok perkasa yang berjalan mendekatinya. Dialah Murkala. "Ba-bagaimana Anda berdua bisa..."

Mbah Ireng terkekeh. "Sebetulnya dari awal mudah bagi kami untuk melarikan diri. Tapi kami selalu menunggu waktu yang tepat." Jelasnya.

Yusi manggut-manggut.

"Jadi kaukah kekasih anakku?" Tanya Murkala.

Yusi bangkit berdiri lalu menyalami Murkala. "Benar, Tuan."

Murkala tersenyum. "Jangan panggil aku Tuan. Panggil saja Ayah."

Yusi tersenyum malu. "Emm... Ba-baik, Ayah...."

Seketika terjadi gempa disertai bunyi ledakan dari luar.

"Ada apa ini?" Tanya Yusi cemas.

Mbah Ireng bangkit berdiri. "Kita harus keluar dari tempat ini. Nampaknya benteng ini sedang diserang."

"Ayo, Yusi!" Murkala meraih tangan Yusi dan membawanya keluar dari ruang penjara.

Yusi terperangah saat melihat si Algojo yang menempel di dinding dengan terpaku oleh pedang yang menancap di mulut dan tembus ke tembok di belakangnya.

Beberapa Genderuwo penjaga berdatangan.

Murkala menghalangi Mbah Ireng yang hendak beraksi. "Biar saya yang melakukannya."

Murkala menghampiri sekitar dua puluh Genderuwo prajurit yang menghadang mereka. Ia melawan serangan mereka semua sekaligus. Genderuwo-Genderuwo itu mati. dalam sekali pukulan. Saking kerasnya pukulan Murkala, mereka berpentalan dan ambruk tak bergerak lagi.

Yusi terbengong menatap Murkala yang begitu tangguh.

"Ayo!" Seru Murkala seraya berjalan memimpin. Yusi dan Mbah Ireng mengikuti.

Lorong bergetar disertai pasir atap yang berjatuhan tanda lorong akan roboh, retakkan bermunculan di sepanjang dinding lorong. Murkala, Mbah Ireng dan Yusi segera berlari menuju pintu keluar.

Murkala menerjang setiap prajurit Genderuwo yang menghadang di depannya.

***

Pelontar raksasa terus melontarkan bola-bola api ke arah benteng Kalang, menghancurkan dan membakar bangunan-bangunan di dalamnya.

Woooaaarrrr....Woooaaarrrr... Woooaaarrrr. Bola-bola api raksasa melayang ke arah benteng Kalang dan pasukan Genderuwo . DUUAAAARRRRR!!! DUAAARRRR!!!! DDUUUAAAARRRR!!!!! Menghancurkan segala yang ada di sekelilingnya saat mendarat.

Di dalam gedung penjara, atap-atap mulai rapuh. Retakan bermunculan di setiap permukaan atap dan tembok. Debu dan bagian tembok berhamburan.

Murkala bergegas menggendong Yusi, membawanya berlari kencang menghindari reruntuhan yang dimulai dari ruangan tahanan. Ia dan Mbah Ireng melesat menuju pintu keluar gedung penjara.

My Lovely GenderuwoWhere stories live. Discover now