Bagian 32 : Pertempuran (part.1)

26K 1.2K 172
                                    

Yusi dimasukkan secara paksa ke dalam kereta kuda. Bima masuk bersamanya.

Yusi mencoba membuka pintu namun terkunci dari luar.

"Kau tidak akan bisa kemana-mana, Sayang!" Seru Bima.

Yusi menggeleng seraya menangis ketakutan. "Apa mau kalian? Lepaskan saya..."

Bima tertawa. "Ada apa? Santai saja. Semalam kau sudah 'melakukannya' dengan Artha, kan? Bagaimana rasanya? Kau akan merasakan yang lebih nikmat denganku."

Yusi menggeleng sedih.

***

"Tunggu di sini, oke?" Ujar Artha pada Parama dan Jokoja.

"Oke." Jawab Parama.

"Istrimu di dalam?" Tanya Jokoja.

"Semoga masih di dalam." Jawab Artha seraya berlari menuju Ki Rindang. "YUSIIIII!!! YUSIIIII!!!" Panggilnya. Namun tak ada sahutan.

Parama dan Jokoja saling pandang.

Artha semakin gelisah. Ia memeriksa atas pohon lalu ke dalam pohon. Yusi tak ditemukan.

Parama dan Jokoja menoleh pada Artha yang keluar dengan wajah gelisah.

"Dia menghilang..." Lirih Artha. Wajahnya kemudian mengeras. "Bima... AKAN KUBUNUH KAU, BIMAAAAA!!!!!"

***

"Saya akan menyelamatkan anak Anda sekaligus membunuh para Genderuwo itu." Kata Joan pada Lasmi.

"Jangan gegabah, Pak."

Joan, Lasmi, Selim dan yang lain menoleh pada seorang pendekar yang berjalan ke arah mereka. Karnain.

"Mereka tidak akan mati hanya dengan ditembak begitu saja. Walau bagaimanapun mereka berbeda dengan manusia. Bukan pistol yang akan membunuhnya." Terang Karnain.

"Aku pernah membunuh dua Genderuwo. Salah satunya kubunuh dengan Shotgun." Timpal Joan.

"Anda beruntung. Mampu menembak tepat ke organ vitalnya. Tapi takkan semuanya dapat menembak seperti Anda. Kalian menembak ratusan kali pun takkan membunuh satu Genderuwo jika tak mengenai organ vitalnya. Itupun jika berhasil menembus bulu dan kulitnya yang sangat tebal." Tambah Karnain.

"Lalu apa yang harus kami lakukan agar tembakan kami dapat dengan mudah membunuh para Genderuwo?" Tanya Selim.

"Anda semua harus membawa persenjataan ke pesantren Kyai Haji Majmuddin sekarang juga. Kita akan memberi doa dan semacam ritual. Jika senjata beserta pelurunya sudah diberi doa, Insya Allah, Anda semua hanya akan membunuh Genderuwo dalam beberapa kali tembak saja. Itupun harus kena. Genderuwo dapat melesat dan menghindari tembakan dengan cepat. Berhati-hatilah. Mereka dapat melakukan serangan balik secepat kilat." Papar Karnain.

Joan, Selim dan polisi lainnya terpekur. Mereka akan menghadapi sesuatu yang lebih berbahaya dari teroris. Sesuatu yang akan membantai mereka dengan mudah jika mereka lengah sedikit saja.

"Baiklah. Ayo kita lakukan." Ujar Joan.

Para polisi membawa senjata mereka dengan menaiki mobil menuju pesantren. Mereka menjadi perhatian penduduk setempat. Para penduduk menaruh harapan besar pada para petugas keamanan itu.

Dari jendela mobil, Joan memandangi orang-orang yang menangisi kematian keluarga mereka. Para korban meninggal secara mengenaskan. Joan dapat merasakan kesedihan yang mereka rasakan. Ia teringat pada istri dan anaknya yang ia temukan tak bernyawa kemarin malam. Wajah tampannya sendu seketika. Di balik kesenduannya, ia menyimpan rencana petaka bagi para Genderuwo.

My Lovely GenderuwoWhere stories live. Discover now