Bagian 1 : Cinta Pertama ~

102K 5K 450
                                    

10 tahun kemudian ....

"Gak mauuuuuu ...!" Seru gadis itu seraya berlari. Ia tampak mengenakan kemeja putih dan rok berwarna biru. Di bagian saku satu-satunya di sebelah kiri kemeja tampak lambang sekolah menengah pertama. Sedangkan atribut di bagian lengan menunjukkan lambang sekolah dan kelasnya. Kelas IX A.

"Yusiii ...! Tungguuuu ...! Dengerin dulu!!" seru seorang anak laki-laki yang mengenakan seragam putih dan celana biru dengan lambang yang sama. Ia terlihat mengejar Yusi.

Meski seorang perempuan, Yusi berlari sangat cepat. Rambut panjangnya yang diikat kuncir kuda tampak melambai-lambai pada anak lelaki yang tengah mengejarnya di belakang.

Nama anak lelaki itu adalah Bryan. Siswa tertampan di sekolah. Bryan selalu dikelilingi para cewek kemanapun dia pergi. Dia idaman wanita. Ia selalu menolak setiap ungkapan cinta yang ditujukan padanya. Mungkin itulah karma karena sekarang bukan dia yang menolak, justru dia yang ditolak mentah-mentah oleh gadis yang sangat dia sukai, Yusi.

Saat di sekolah, Bryan selalu mencari cara agar bisa berdekatan dengan Yusi. Yusi mengikuti ekstrakulikuler musik, Bryan ikut. Yusi duduk di bangku paling depan di kelas, Bryan ikut duduk di depan dan bersebelahan dengan Yusi--meski tidak satu meja--dengan alasan, "Bu, kalo di belakang saya suka ngantuk!".

Yusi ke kantin, Bryan ikut. Yusi ke perpustakaan, Bryan ikut meski dia tidak suka membaca. Kemanapun Yusi pergi, Bryan selalu mengikutinya. Yusi les menari, Bryan ikut. Ikut nonton. Meski disoraki teman-temannya, Bryan tidak pernah berhenti untuk selalu berada di sekitar Yusi.

Yusi sering tampak terheran-heran dengan tulisan tip-ex di atas mejanya yang bertuliskan 'Bryan Love Yusi'. Yusi selalu mencoret coret namanya dan nama Bryan yang ditengahi lambang cinta itu menggunakan pulpen atau tip-ex. Namun tulisan-tulisan lain malah bermunculan dan muncul lagi yang baru bila Yusi mencoretnya.

"Yusi! Apa-apaan ini meja kamu banyak coretan begini!?" dumel gurunya.

"Bu-bukan saya, Bu! Tapi Bryan yang nulis-nulis Bryan love Yusi di meja saya. Setiap saya coret, dia malah bikin lagi!" adu Yusi sekaligus membela diri.

"Ciiiieeeeeeee ... cuiit cuuiiitt ...!" semua siswa dan siswi di kelas itu menyoraki mereka berdua.

"Bryan!!" seru Sang Guru.

"I-iya, Yusi! Eh, Bu Guru!" Bryan keceplosan menjawab. Sepertinya anak ini terobsesi berat pada Yusi di usia pubertasnya.

"Grrrrrr ... Bryan berdiri di depan kelas dengan memegang telinga dan angkat sebelah kaki selama pelajaran Ibu berlangsung!"

Bryan menurut. Selagi menjalani hukumannya ia terus memandangi Yusi.

Yusi mendelik sebal pada Bryan. Ia lalu membuang muka dan kembali memperhatikan gurunya.

1 menit ... 2 menit ... Yusi melirik ke arah sebelah kaki Bryan yang menopang tubuh secara tunggal. Kaki itu bergetar. Bryan kepegalan sekaligus merasa kesemutan. Yusi dapat merasakannya. Entah mengapa ekspresi wajahnya melembut. Ia menoleh menatap Bryan. Rupanya Bryan juga masih menatapnya tanpa bosan. Wajah Bryan memucat. Bibirnya tersenyum saat Yusi menatapnya.

Yusi merasa dadanya terenyuh. Bryan tersenyum padahal di balik senyumnya ia menahan rasa sakit. Kakinya pasti kesemutan, pegal dan sakit. Hatinya sudah jelas terasa sakit.

"Sudah berapa kali kamu nolak aku, Yusi? Apa kamu menghitungnya?" tanya Bryan dalam hati sembari terus menatap gadis idamannya.

***

Bel tanda jam istirahat berbunyi. Yusi menghela nafas lega. Sementara di meja seberangnya, Bryan sedang memijit-mijit kakinya.

My Lovely GenderuwoWhere stories live. Discover now