Bagian 27 : Antara Artha dan Bryan [18+]

34.7K 1.4K 457
                                    

"Aku melihat kalian berpelukan... Di kebun di belakang rumahmu."
Yusi terperangah dengan perkataan Bryan.

Bryan menghela nafas sesak. "Kau terlihat nyaman bersamanya." Ujarnya seraya tersenyum.

Yusi menunduk. Jantungnya berdebar-debar kencang. Bryan... Maafkan aku..

"Yusi... Maafkan aku... Aku..."

Yusi menahan nafas. Kepalanya menggeleng pelan. Tidak... Jangan...

"Aku... Aku tidak mau berprasangka buruk padamu. Maafkan aku... Mungkin kau memeluknya karena... Kau sedang sedih." Lanjut Bryan.

Yusi terpaku. Kedua matanya berkaca-kaca menahan tangis. Bryan mendekati dan memeluknya. Yusi mempererat pelukan Bryan.

***

"Kau yakin ini pesantrennya?" Tanya Nara pada Artha saat mereka berdua sampai di depan sebuah pesantren.

"Aku bisa berkomunikasi dengan Jin. Para Jin bisa menghilang dan berpindah tempat dalam sekejap. Mereka juga tak dapat dilihat oleh kebanyakan manusia biasa." Terang Artha.

"Ya aku tahu. Aku juga bisa lihat Jin. Ibuku memerintah mereka di Laut Selatan." Ujar Nara.

"Bagus. Lalu kenapa kau betah di kamar yang banyak Jin lelaki?" Tanya Artha seraya menyipitkan mata.

Nara mengkerutkan kening. "Apa??"

"Hahahaha... Bercanda." Artha terkekeh.

Nara mengedikkan bahu.

"Kita tidak bisa memasuki pesantren begitu saja. Pertama, kita harus berpakaian layaknya santri. Kedua, kita harus menunggu tokoh-tokoh hebat pesantren tidak ada di lingkungan pesantren." Papar Artha.

"Kapan kita melaksanakannya?" Tanya Nara.

"Itu tugasmu untuk mencari tahu kapan ada suatu acara yang mengharuskan para Kyai, Ustadz dan santri yang memiliki ilmu Kanuragan pergi dari pesantren." Kata Artha.

Nara mengkerutkan kening. "Kok aku?"

"Karena santri Kanuragan di pesantren ini dapat merasakan keberadaan Genderuwo dalam radius sepuluh meter dari tempatnya diam." Jawab Artha sembari memperhatikan bangunan pesantren.

***

Bryan dan Yusi berciuman lama. Yusi mengusap-usap kepala Bryan dengan sayang.

Bryan mendorong ciumannya hingga Yusi terebah di ubin rumah pohon. Ia menaungi tubuh Yusi sembari terus menghisap bibir Yusi.

"Emmmhhh..." Yusi bersuara.

Bryan mengangkat wajahnya lalu menatap wajah Yusi.

"Bryan... Udah mau magrib... Pulang yuk?" Ajak Yusi.

Bryan mengangguk. "Ayo."

Dalam perjalanan pulang, mereka tak bertegur sapa. Keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Mereka baru berbicara saat sampai di depan gerbang rumah Yusi.

"Terimakasih, Bryan." Ucap Yusi setelah menuruni motor.

Bryan mengangkat kaca helmnya. "Sama-sama. Selamat malam."

"Malam juga, Sayang." Jawab Yusi sembari tersenyum.

Bryan memasang kaca helmnya lalu memutar arah motornya.

Yusi memasuki gerbang, kembali menutupnya lalu menguncinya. Ia berjalan melewati pekarangan menuju rumah.

Kini, tak ada Sang Ibu yang menyambutnya saat setiap sepulang sekolah. Tiap Minggu, tak ada waktu berkumpul bersama Sang Ayah. Tak ada acara 'Kerja Bakti' sekeluarga yang lengkap lagi.

My Lovely GenderuwoWhere stories live. Discover now