Bagian 20 : Prahara dan pengkhianatan

36.7K 1.7K 129
                                    

Di sebuah tempat tersembunyi belantara, beberapa jelmaan Genderuwo berkumpul. Mereka adalah Bima, Zion, Bashar, Karta, dan Nusta.

"Rencana kita berjalan dengan mulus. Peperangan besar antara pendekar dan rezim Murkala akan segera terjadi," kata Nusta dengan senyumnya.

Bima menepuk bahu Bashar. "Ini semua berkatnya. Dia yang menyampaikan pesan palsu pada Paduka Raja tentang rencana Murkala mengadakan perang dengan bangsa manusia lagi."

"Jangan begitu, Tuan. Anda dan semua yang ada di sini juga turut andil dalam upaya penjatuhan rezim Murkala. Kita bersama-sama menciptakan skenario prahara dan masalah dengan cermat," ujar Bashar.

"Zion! Bagaimana keadaan Artha? Apa dia masih lemah karena gadis manusia itu?" tanya Karta.

"Mentalnya sedang goyah. Aku akan membunuhnya saat dia benar-benar lemah. Aku sudah muak dengan sikap sok-nya di hadapanku," ujar Zion.

"Tapi aktingmu sangat bagus, Zion. Artha sama sekali tidak curiga kalau kau sedang memata-matai dirinya," puji Bima.

"Terimakasih, Tuan," ucap Zion.

"Kita memiliki kabar bagus, Kawan-kawan." ujar Bima.

"Apa itu, Tuan?"

"Paduka Raja akan menarik Murkala ke istana jika Murkala kalah dalam pertempuran. Paduka benar-benar percaya pada perkataanku yang menyampaikan seolah Murkala itu angkuh dan merendahkan kerajaan bila tidak mengizinkan dia berperang melawan Pendekar." tutur Bima lalu tertawa.

Para Genderuwo culas itu tertawa terbahak-bahak.

"Kalau si Murkala ditarik, berarti kepemimpinan di benteng hutan Kalang jatuh ke tangan Tuan Bima?" tanya Zion.

Bima tertawa picik. "Tentu saja."

***

Para pendekar berkumpul di alun-alun padepokan, terdiri dari kelompok-kelompok elit, di antaranya ada kelompok Garuda, Rajawali, Elang, Macam Putih, Banteng, Walet Hitam dan masih banyak lagi. Mereka semua dipimpin langsung oleh Thoriq.

Hadir para pendekar tingkat tinggi yang memimpin tiap faksi dan kelompok. Diantaranya Hasan, Saif-Addin, Fatahillah, Khalil, Orion, dan Jafar.

"Hari ini, Raja Genderuwo mengirimkan bala pasukannya untuk menyerang desa kita. Kita takkan tinggal diam. Kita buktikan bahwa manusia lebih hebat dari siluman dan dedemit. Kita mampu mengalahkan mereka. Jangan beri ampun! Habisi mereka sampai ke akarnya!" pidato Thoriq.

"ALLAHU AKBAAR!!" seru ratusan pendekar di hadapannya.

"Inilah saat yang kita tunggu-tunggu. Kita habisi Genderuwo-Genderuwo bejad yang sudah menculik para gadis dari desa kita! Kita buru, kita habisi mereka!!!"

"ALLAHU AKBAAAR!!!"

***

Para manusia jelmaan Genderuwo bergerak menyusuri hutan. Mereka
berpakaian serba hitam dengan berbagai senjata di tangan mereka. Beberapa petinggi Genderuwo menunggangi macan putih raksasa dengan memegang gada raksasa berduri. Hadir pula para siluman, yakni ular raksasa, Macan Putih, Babi Ngepet, Monyet Besar, dan lain sebagainya.

Bulan Purnama. Malam yang mengerikan. Para lelembut, dedemit, Iblis, setan dan roh gentayangan membentuk pasukan besar. Murkala memimpin mereka semua, didampingi Bima dan Artha.

"Inilah saatnya, Nak. Kita perlihatkan kekuatan kita. Kita lumat siapapun yang mencoba menghalangi kita." ujar Murkala pada Artha.

"Yang menghalangi cintaku." tambah Artha seraya menatap tajam ke depan. Ia tampak gagah seperti perwira perang lainnya, mengenakan zirah hitam dengan bersenjatakan gada berduri dan kuku pedang di tangan kirinya.

My Lovely GenderuwoWhere stories live. Discover now