Bagian 35 : Jangan pergi

22.5K 1.1K 209
                                    

"Mas Joan?" Yusi terkejut melihat Joan mengacungkan senapannya ke arah Artha.

Artha menarik Yusi ke belakang tubuhnya, kemudian maju satu langkah dan menatap tajam pada Joan.

"Lepaskan dia! Kau sudah melakukan penculikan!" Seru Joan lalu mengokang senjatanya.

"Tidak, Mas! Artha tidak menculik saya! Saya yang ingin ikut bersamanya! Tolong jangan tembak dia!" Seru Yusi cemas.

"Yusi! Pulanglah! Orang tuamu, keluargamu dan warga desa mengkhawatirkanmu! Apa yang ada dalam pikiranmu hingga kamu ingin mengikuti jelmaan Genderuwo ini!?" Hardik Joan.

"Saya.... Saya mencintainya.... Saya tidak mau berpisah dengannya!" Timpal Yusi seraya memeluk sebelah tangan Artha.

Joan tersenyum miris seraya menggelengkan kepala. "Para pendekar dan kawan-kawanku mati untuk menyelamatkanmu dan korban yang lain. Sekarang ketika aku berhasil menemukanmu, kau tidak ingin pulang. Aku tidak menyangka kau senaif itu, Yusi! Perjuangan mereka yang tewas sia-sia! Genderuwo ini telah membutakan hati dan pikiranmu!" Seru Joan.

Yusi tercenung.

"Ibumu menangis karena merindukanmu. Ia berpesan padaku agar aku menyelamatkanmu." Tambah Joan.

Kedua mata Yusi berkaca-kaca. "Ibu....."

"Selama mencari kamu dan korban yang lain... Aku kehilangan banyak kawan-kawanku di perjalanan. Para Genderuwo dan hantu lainnya membunuh mereka semua!!!" Bentak Joan hingga air matanya yang membendung terjatuh mengalir di pipinya. Ia teringat saat satu-persatu rekannya tewas dalam pertempuran melawan Genderuwo, Ifrit dan makhluk lainnya.

Yusi turut bersedih. Air matanya mengalir deras membasahi pipi.

Artha mematung tanpa suara.

"Kau tidak tahu perjuangan kami.... Kami mati demi menyelamatkan dirimu dan korban lainnya yang diculik para Genderuwo!" Sanggah Joan. "Aku hanyalah satu yang beruntung.... Tak lama lagi.. mungkin giliranku yang mati!"

"Mas Joan..." Lirih Yusi dalam tangis.

"Gadis desa lainnya sudah terselamatkan. Hanya tinggal dirimu yang belum ditemukan.... Tadinya kami pikir kau sudah mati. Kami dan para pendekar memutuskan untuk pergi dan menyolatkan jasadmu dengan sholat Ghaib." Papar Joan.

Yusi tak berhenti menangis. "Maafkan saya..."

Joan mengelap air matanya menggunakan lengan bisepnya dengan kasar. "Namun aku bertekad untuk mencarimu hidup atau mati. Aku diam-diam menyelinap dan berpisah dengan rombongan untuk mencarimu seorang diri. Aku bertekad untuk membawamu pulang pada ibumu. Aku akan terus mencarimu.... Walau aku harus mati karenanya."

Yusi semakin tersedu. Ia merasa bersalah dan penuh dengan penyesalan. "Aku... Aku tidak tahu kalau... Akhirnya akan seperti ini...." Tangisnya.

Joan menatap Yusi dalam-dalam. "Kalau begitu pulanglah, Yusi... Ikutlah bersamaku!"

Yusi terdiam. Ia lalu menoleh pada Artha.

Artha membalas tatapan Yusi. Ia tampak termenung, kemudian menganggukkan kepala.

Yusi memegang tangan Artha. "Aku harap kita dapat bertemu lagi...."

Artha tersenyum sedih lalu mengecup kening Yusi. "Hati-hati di jalan. Aku akan mendampingi Kalian sampai ke desa." Ujarnya.

Joan terdiam memperhatikan Artha dan Yusi yang berpelukan dengan erat.

Koswara berlari dari dalam goa menghampiri mereka.

Sesuatu bermunculan dari balik pepohonan. Joan, Artha dan Yusi terkesiap.

Joan bersiap mengarahkan senapannya ke arah para Genderuwo liar yang bermunculan dari balik pepohonan.

My Lovely GenderuwoWhere stories live. Discover now