Bagian Pembatas

8K 346 43
                                    

Selamat malam semuanya! Author ingin berterimakasih kepada para pembaca MLG yg sudah memberi rating dan komentar (bukan cuman liat doang).

Hingga saat ini, novel MLG adalah gratis yang dipublikasikan di wattpad, namun untuk kedepannya, novel ini akan semakin dibatasi karena akan ada rencana diterbitkan atau diikutkan dalam kompetisi.

Sekali lagi, Author berterimakasih banyak kepada kalian yang sudah (setidaknya) menghargai Author dengan rating dan komentarnya.

Author juga ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya barangkali ada kesalahan Author dalam penulisan ataupun alur. Author sadari, kalau Author sudah menodai tokoh utama dengan alur yang sangat tidak sesuai dalam masalah percintaannya. Tapi itu semua Author tulis spontan dan tanpa direncanakan sebelumnya. Dan kalaupun harus, Author akan merubah alur dan membuat dua versi MLG dewasa dan remaja.

Jangan lewatkan untuk info MLG selanjutnya, dan bersiaplah pada kisah Artha dan Yusi yang beda dan lebih seru lagi! Terima kasih! Salam MLG!

***

"Artha ... Jangan pergi!" Seru Yusi.

Artha menoleh lalu tersenyum. "Kamu kenapa siiih? Aku gak kemana-mana kok."

"Beneran??" Tanya Yusi dengan wajah memelas.

Artha mengangguk. "Aku cuma pergi sebentar. Nanti  juga balik lagi."

"Janji??" Tanya Yusi menuntut.

"Janji," jawab Artha. Wajahnya yang putih pucat tampak bersinar diterpa mentari sore. Kedua iris merah gelap matanya juga terlihat kontras, membuat wajah luar biasa tampan itu semakin menggoda.

Di pinggir jalan, Bryan dengan motornya tiba. Ia memarkirkan motornya di bahu jalan, lalu turun, kemudian melangkah mendekati Yusi.

Yusi tercekat lalu menoleh ke arah Artha. Pria misterius itu ternyata sudah tak tampak. Ia mengemhembuskan nafas lega.

"Lama nunggu?" Tanya Bryan. Ia terlihat begitu gagah dan keren dengan jaket bomber berwarna merah yang dipadu warna hitam bercorak batik.

Yusi menggeleng seraya tersenyum.

Bryan untuk kesekian-kalinya terpana dengan senyuman itu. Ia masih belum bosan. Senyuman indah itu selalu membuatnya kagum. Bukan. Semua pria pasti akan merasakan hal yang sama.

"Yaudah. Ayo! Kita pergi!" Ajak Bryan.

Yusi mengangguk. "Ayo ...!"

***

Bryan dan Yusi berbincang cukup seru di salah satu meja kafe. Sesekali, mereka tertawa saat berlelucon.

Beberapa saat kemudian, Bryan meraih ponselnya yang berbunyi. Begitu melihat ponselnya, ia izin pada Yusi untuk keluar. Yusi mengangguk.

1 menit ... 2 menit ... Yusi menunggu. Hingga 15 menit Bryan di luar kafe. Yusi mulai bosan.

Tanpa ia sadari, Bryan tengah berbincang dengan seorang siswi SMA bernama Rena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tanpa ia sadari, Bryan tengah berbincang dengan seorang siswi SMA bernama Rena.

Rena yang imut tampak semakin menawan dengan rambut dikuncir dua, ditambah poninya yang rapi.

"Oke saya terima barangnya, tapi tolong, jangan temui saya seperti ini. Saya tidak mau pacar saya salah paham," pinta Bryan. Ia menenteng sebuah bungkusan plastik berwarna hitam pemberian dari Rena.

Rena cemberut. "Iya-iya!"

Sementara itu, Yusi yang melamun–menengok ke arah pojok ruangan kafe yang sedikit gelap. Ia terkejut dengan apa yang ia lihat.

Artha tengah berdiri di sana seraya menatap ke arahnya. Meski daerah itu gelap, Artha masih terlihat jelas karena kulitnya yang putih dan bercahaya.

 Meski daerah itu gelap, Artha masih terlihat jelas karena kulitnya yang putih dan bercahaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yusi tersenyum.

***

Mohon maaf kepada para pembaca karena bagian selanjutnya diprivate karena ada revisi dan berbagai perbaikan.

Terima kasih kepada para pembaca MLG.

Salam

Gais Ahmad

My Lovely GenderuwoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang