Bagian 37 : Perang Pandaga

17.1K 958 131
                                    

Di sebuah perbukitan, terlihat pasukan besar Genderuwo yang dipimpin langsung oleh Murkala. Di sisi kirinya, tampak Parama, sedangkan di kanannya Jokoja dengan gagah memikul gada besinya. Mereka melakukan perjalanan menuju desa Pandaga.

Di seberang mereka, tampak kerumunan pasukan berwarna merah, berkepala anjing dan bertanduk. Mereka bersenjata lebih lengkap.

"Siapa itu?" Tanya Parama.

"Iblis. Kenapa mereka ada di jalan menuju kerajaan Khayangan?" Gumam Murkala.

"HEI MINGGIR KALIAN SEMUA!!! KALAU TIDAK, KALIAN SEMUA AKAN MATI!!!" Seru seorang Panglima iblis bernama Anubis dengan suara menggelegar dan menggema.

"KALAU TIDAK MAU!?" Hardik Murkala tak kalah menggelegar.

Anubis tersenyum. "PASUKAN!!! BINASAKAN MEREKAAAA!!!!"

"WOOOOOOO!!!!" Ratusan ribu pasukan iblis bergerak maju ke arah pasukan Genderuwo.

"MAAJUUUUUUU!!!" Teriak Murkala. Ia, Parama, Jokoja dan ribuan pasukan Genderuwo melawan serangan pasukan iblis.

Pertempuran dahsyat pun terjadi.

***

Pasukan Ifrit menembakkan ratusan anak panah berapi ke arah pasukan kesatria dan benteng desa Pandaga.

Pasukan kesatria balas menembakkan ratusan anak panah ke arah pasukan Ifrit.

Banyak korban berjatuhan seketika. Pertempuran panah terjadi begitu lama. Tanah, atap dan dinding dipenuhi anak panah yang menancap.

Dari arah bukit yang tak jauh dari desa Pandaga, para Ifrit berukuran raksasa melemparkan batu-batu besar ke arah desa. Batu-batu itu meremukkan dinding benteng dan menghancurkan bangunan di sekitarnya. Pasukan kesatria tak luput tertimpa dan mati bergelimpangan.

Pasukan siluman gagak tak mau kalah. Mereka meluncur dan menghantam barisan kesatria pemanah di atas benteng.

Kivar dan Garka memperhatikan pertempuran dari kejauhan.

"Pasukanmu boleh juga." Ujar Kivar.

"Terimakasih, Tuan." Jawab Garka.

"Kita akan meluluh-lantahkan desa dan kota yang ada di hutan Kalang! semuanya akan menjadi milikku. Kau juga mendapat bagian." Kata Kivar.

Garka terkekeh. "Terimakasih, Tuan."

Batu-batu raksasa mulai menghantam bangunan desa. Pasukan Legiun Ifrit dan siluman gagak mulai melewati benteng pertahanan desa. Mereka menghancurkan dan membakar segala yang mereka lihat.

Kekacauan terjadi begitu mengerikan.

Para warga berlarian pontang-panting menuju tempat yang menurut mereka aman. Wanita dan anak-anak menangis ketakutan. Mereka semua kehilangan tempat tinggal dan orang-orang yang mereka sayangi tewas.

Sementara itu, Artha dan Yusi turut bersama warga lainnya berlarian menuju tempat yang aman.

Di jalan, Yusi melihat seorang balita menangis seraya terduduk di tengah orang-orang yang tengah berlarian.

"YUSI MAU KEMANA!???" Teriak Artha begitu melihat Yusi berlari menghampiri si balita.

Seorang pria berlari lintang pukang ke arah balita itu. Ia tak melihatnya. Ia akan menginjak balita itu.

Yusi terperangah. "TIDAAAK!!!!" Serunya seraya mendorong pria tersebut kemudian meraih dan menggendong si balita.

Balita itu menangis seraya memanggil-manggil ibunya. "Iiibuuu..." Tangisnya.

My Lovely GenderuwoOnde histórias criam vida. Descubra agora