Sambil terengah - engah, Mira masuk ke ruang UKS sambil memperlihatkan wajah cemas.

Jadi tadi teman sekelasnya menceritakan kejadian Aji dan Naufal. Dimana Naufal menghajar Aji dengan pukulan keras. Itu membuat Mira semakin geram dan tidak terima. Akhirnya ia pergi ke UKS untuk mengecek Aji ada disana atau tidak. Tapi ternyata ada, syukurlah.

"Mira?!" kaget David saat melihat Mira dengan wajah berkeringat.

Jauh memang jarak kelasnya ke UKS. Padahal dikelas masih jam pelajaran, ia bela belakan untuk izin kekamar mandi, padahal buat mastiin Aji.

Aji yang tadi menunduk, sekarang malah menatap ke arah sumber suara. Yaitu David yang sedang memanggil Mira.

"Yaudah kita tinggal dulu ya Ji, baik baik lu disini.." goda Hendri sambil mengode temannya, lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

Mira mendekati Aji, lalu menatapnya resah.

"Lo gapapa Ji?!" kaget Mira saat melihat wajah Aji membiru.

Aji tersenyum, "Gue gapapa Nam.."

Susah memang untuk Aji tersenyum ke sembarang orang, tapi sial untuk kali ini. Bahkan ia yang memberikan senyum tulusnya ke Mira, orang yang sudah membuatnya nyaman dan jatuh cinta.

"Jangan bohong ih?! Sini gue obatin." Mira mengambil kotak P3K dan mulai mengeluarkan obat yang sekiranya bisa dibuat untuk meredakan nyeri itu.

Aji tersenyum tulus melihat wajah Mira yang khawatir, apa mungkin Mira jatuh cinta padanya juga?

"Khawatir ya, ciee Mira.." goda Aji sambil mencolek dagu Mira.

"Ih?! Main colak colek aja!" kasar Mira sambil menekan luka itu.

Aji meringis kesakitan "Aduh,"

"Duh sorry sorry, ya habis lo godain terus sih. Udah selesai nih," Mira membereskan obat obat itu lalu menaruh kembali ke kotak P3K.

Apa rasa gue sejauh ini Nam? Bahkan ini cuma taruhan. Tapi gue bener bener jatuh cinta dan nyaman sama lo...

"Keringetan banget sih." usap Aji ke wajah Mira.

Mita terkekeh pelan, "Ya lo bikin khawatir sih"

Duduk berhadapan membuat Mira salah tingkah.

"Cie khawatir sama gue ya Mir,"

"Manggil gue Mira ya sekarang," goda Mira.

"Hehe kelepasan aja sih. Oh ya lo sampe bela belain kesini gara gara gue ya Nam?"

Mira salah tingkah lagi, "PD banget dih anak monyet."

"Ih gemesin tau gak, pengen gue cubit pipi lo." ucap Aji gemas ingin mencubit pipi Mira yang sekarang sudah menggembul.

"Cubit aja,"

"Ntar lo bisa teriak - teriak kayak emak - emak. Jadi gausah lah, takut gue.."

"HAHA bisa aja lo. Tapi btw, kenapa lo ribut sama Naufal?" pertanyaan ini membuat Aji tercekik dan enggan menelan ludahnya.

"Ada saatnya nanti gue ceritain sama lo Nam," jujur Aji.

Dan hanya ditanggapi Mira dengan ber-oh ria.

"Kenapa lo ga ngambek?" sambung Aji sambil menaikan satu alisnya.

"Ya gue mah selalu siap denger, gue ga maksa sih. Lagian kan itu urusan lo, kalau lo cerita ya gue dengerin, kalau ga ya engga. Gue ngga maksa ya sekali lagi"

Aji tersenyum dalam hatinya, perempuan ini benar benar tulus padanya. Apakah suatu saat nanti Mira akan terima jika ini adalah taruhan?

"Yaudah balik sono ke kelas."

Life or Love? [Completed] Where stories live. Discover now