Arsensha 26 - Penculikkan

Start from the beginning
                                    

"Aku putus sama dia."

Sejenak Shadam mengerem mobilnya secara mendadak. Untung saja Pandu menjaga kepalaku agar tidak menabrak kursi depan.

"Kamu kalau mau berhenti jangan ngerem mendadak, dong," ocehku. Sumpah ya ini sakit banget.

"Kamu putus? Pantas saja Arvin langsung gini."

"Terus kalau Arvin mabuk, kenapa kalian culik aku. Aku udah nggak ada hubungan apa-apa lagi sama dia. Kita bukan sepasang kekasih lagi."

"Nggak. Pokoknya Arvin harus pulang ke rumah, kita udah pusing banget ngasih alasan ke Tante Audy tentang Arvin yang nggak pulang-pulang," kata Pandu.

Selalu saja, Arvin masih childish. Kapan sih dia bisa dewasa dan tidak melakukan hal konyol jika ada masalah. Kenapa dia nggak bisa terima kalau hubungan di antara kita suda berakhir.

"Arvin itu sayang pake banget sama kamu, Sha. Dia wajar aja kalau mabuk gini habis putus sama kamu. Untung saja manajer restorannya itu nelpon Pandu, coba kalau dia nelpon Tante Audy? Setidaknya kita bisa ngasih alasan ke Tante Audy kalau Arvin sedang menginap di rumah Pandu," kata Shadam.

Hm, jadi ini. Alasan ini mereka menculikku. Bilang aja kalau aku disuruh bujuk Arvin agar ia mau pulang. Tapi kan aku sama Arvin udah putus. Aku sudah nggak punya hak lagi untuk mengatur hidup Arvin.

"Dan sekarang, kita harus pergi ke restoran itu. Kamu harus bisa bawa Arvin pulang."

"Kok aku? Aku bukan pacarnya lagi. Kita udah putus."

"Kalau bukan kamu yang datang, sudah pasti Arvi nggak akan mau pulang. Kali ini aja kami mohon sama kamu, Sha," bujuk Shadam. Baiklah, aku akan mengalah kali ini saja.

Setelah ini aku tidak akan mau lagi terjebak ke dalam permainannya Arvin lagi.

***

Sungguh, restoran ini baru saja buka. Itu berarti Arvin semalaman meninap di sini. Belum ada pengunjung yang datang sepagi ini. Hanya ada beberapa karyawan yang masih sibuk dengan pekerjaannya.

"Ikut aku, Arvin ada di ruang VIP," kata Pandu.

Aku dan Shadam pun mengikuti Arvin. Dekorasi restoran ini sangat nyaman, bernuansa romantis. Aku tidak tahu jika Arvin, Shadam dan Pandu punya tempat kumpul seperti ini. Di sudut ruangan ada tempat khusus untuk tamu VIP. Dan di sana, tempat di mana Arvin menghabiskan waktunya semalaman. Bagaimana kalau Tante Audy tahu keadaan Arvin, pasti Tante Audy khawatir banget.

"Arvin!" teriakku. Aku bahkan tidak menyangka bahwa yang di hadapanku ini adalah Arvin, mantanku. Kok sakit, ya?

Shadam dan Pandu segera mendatangi Arvin dan berusaha membawa Arvin keluar dari restoran ini.

"Apa-apaan kalian? Awas. Hidupku udah nggak guna lagi. Semua sudah berakhir. Aku sudah kehilangan Sensha," racau Arvin. Ia terus saja berbicara tidak jelas. Selalu mengigau mengatakan bahwa tidak ada artinya lagi ia hidup. Begitu besar kah putus asamu ini?

"Arv, ayo kita pulang." Aku mendatangi Arvin, membujuknya pulang.

"Bahkan aku mendengar suara Sensha di sini, aku terlalu merindukannya." Lagi ... Arvin mengigau.

"Nggak, Arv. Ini aku, Sensha. Ayo kita pulang," ajakku. Aku langsung membantu Shadam dan Pandu untuk membawa Arvin.

"Awas kalian berdua, aku cuma mau disentuh sama pacarku. Mana Sensha?"

Bahkan Arvin lupa bahwa kita sudah putus. Arvin masih saja menganggapku sebagai pacarnya.

"Ayo, Arv, kita pulang." Aku langsung merangkul Arvin dan membawanya ke dalam mobil. Sementara Pandu berterima kasih kepada manajer restoran, sedangkan Shadam mengikutiku dari belakang. Mungkin saja ia takut kalau aku tidak kuat memapah Arvin.

"Sensha?" tanya Arvin.

"Ya?" jawabku.

"Aku sayaaaaaang banget sama kamu. Aku cinta, aku nggak mau kehilangan kamu," ujarnya. Arvin masih dalam keadaan belum sadar penuh. Mungkin ini pengaruh dari minumannya.

Aku tidak menjawab pertanyaannya sama sekali. Arvin masih saja mengambil kesempatan untuk bisa memelukku.

Dan ini ... kenapa jarak parkir ke mobilnya Shadam lama banget,

"Kita masuk dulu, ya," ajakku. Aku dan Arvin duduk di kursi belakang. Sementara Shadam sudah siap untuk mengemudikan mobilnya. Kami tinggal menunggu Pandu yang masih berada di dalam restoran.

"Arv, kamu apaan sih pake mabuk gini? Kamu mau bikin mama kamu khawatir sama kamu?" tanyaku. Kadang kesal juga dengan kelakuan Arvin. aku masih tidak tega bagaimana kekhawatiran Tante Audy jika melihat Arvin pulang seperti ini.

"Aku mau sama kamu, aku cuma mau kamu," racaunya lagi. Arvin masih bersender di bahu, sedangkan tangannya masih menggenggam erat tanganku. Sangat erat.

"Semua udah beres, sekarang kita antar Arvin pulang dulu," kata Pandu. Akhirnya dia balik juga.

"Kalau kita pulang, kita harus ngomong sama Tante Audy?" tanya Shadam. Benar juga kata Shadam. Bagaimana reaksi Tante Audy saat melihat Arvin dalam keadaan mabuk seperti ini.

"Biar aku aja yang jelasin semuanya. Ini semua gara-gara aku. Gara-gara hubungan kami yang berakhir," kataku.

Kuakui ini memang salahku. Andai saja aku tidak meminta untuk mengakhiri hubunganku dengan Arvin, pasti ia tidak akan melakukan hal seperti ini.

Tapi, pada akhirnya aku akan tetap menjelaskan semuanya kepada Tante Audy kalau aku bukan pacarnya Arvin lagi.

TBC

Nah, gimana? oke, aku terpaksa bikin mereka putus. soalnya aku mau mereka putus wkwkw. kalian pengen cerita ini cepat tamat nggak sih? aku pengen banget, udah bosen bangetttt. huhuhu. :(

Okee kutunggu komenan kalian tentang part 1-26 ini, ya. Setelah itu aku bakalan lanjut post part baru lagi. Tp mungkin agak lama. Tergantung mood aku juga 😂😂

Aku pengen tahu sih, harapan kalian untuk hubungan Arvin-Sensha ini gimana? Kalian pengen ada pasangan baru nggak di cerita ini? Bagian mana yang palong luvu, sweet, dan ngeselin dari part 1-26 ini?

Oke kutunggu, ya. See 😘😘
Jangan marah kalau aku updatenya lama. Wkwkw 😜😜

Nb : maafkan untuk komenan sebelumnya blm sempat aku balas.. nanti aku balaass satu2 yaaak😘😘

🍋 ARSENSHA (END) 🍋 Where stories live. Discover now