Arsensha 26 - Penculikkan

Start from the beginning
                                    

Apa-apaan nih? Mereka mau nyulik aku gitu? Buat apa sih? Dijual juga gak laku.

"Ngga mau, ah. Kalian nggak jelas. Minggir sana, aku ada kuliah pagi, nih." Aku langsung menghidupkan motorku lagi. Saat aku ingin menjalankan motor, tiba-tiba Shadam lebih dulu mencabut kunci motorku dan membuangnya ke segala arah.

Sial. Kalau gini sama aja mereka sabotase aku buat berangkat ke kampus.

"Pandu, bawa Sensha sekarang."

Setelah itu Pandu langsung menggendongku ala buntelan beras, duh kan. Emang mirip buntelan keras apa ya? Sampe segitunya banget.

"Turunin!" titahku, tapi sepertinya Pandu menulikan pendengarannya. Kayaknya aku kapan-kapan harus beliin pembersih telinga buat Pandu di swalayan terdekat, biar dia nggak pura-pura tuli.

Sementara di sisi lain, aku melihat Shadam sedang menitipkan motorku pada sebuah warung, setelah itu Shadam berlari ke arah mobil yang dituju oleh Pandu.

Shadam membuka pintu belakang dan memasukkanku ke sana. Dih, benar-benar paksaan, nggak sopan. Pandu pun ikut masuk ke dalam, sementara Shadam duduk di kursi depan.

"Kalian apa-apaan, sih? Bawa orang seenak dengkulnya. Udah bawanya kayak bawa buntelan beras pula," ocehku. Pokoknya aku nggak terima seenaknya dibawa seperti itu.

Shadam dan Pandu pura-pura tidak mendengarkanku, mereka terus saja diam. Ditambah lagi dengan Shadam yang masih konsentrasi mengemudi mobilnya.

"Aku mau di bawa ke mana?" tanyaku, seentara Pandu masih diam, begitu juga dengan Shadam. Aneh.

"Kalian tetap mau diam gini? Oke, kalau gitu. Terserah kalian," kataku. Susah ya kalau ngomong sama temannya Arvin, sama-sama nyebelin.

"Kamu berantem sama Arvin?" tanya Pandu tiba-tiba.

"Ha?"

"Jawab aja, Sha. Kalian ada masalah?" Kini giliran Shadam yang bertanya.

Apa, sih, maksud mereka? Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu. Emang ada hubungannya dengan mereka yang tiba-tiba culik aku?

"Aku nggak berantem sama Arvin, kok," kataku.

Kenyataannya aku memang nggak berantem sama dia, tapi ... em, putus.

"Bohong, kalian kalau ada masalah itu diselesaikan dulu. Jangan masih disimpen terus," kata Pandu lagi.

Kenapa sih ni anak jadi bijak banget, padahal kan ini hubunganku sama Arvin, bukan sama mereka. Untuk apa mereka ikut campur?

"Kalian kenapa, sih? Pertanyaan kalian itu aneh banget. Terus pake acara culik aku begini pula."

"Arvin dari tadi malam nggak pulang k rumah."

HA? Coba ulangin lagi apa yang dibilang Shadam barusan. Arvin kabur? Atau udah bosan jadi anaknya Tante Audy?

"Maksud kalian apa?" tanyaku.

"Semua udah jelas, Arvin pergi ke restoran langganan kami. Manajer di sana tadi malam menghubungi Pandu, dia bilang kalau Arvin kehilangan kesadaran karena kebanyakan minum alkohol," ujar Shadam.

Jadi, Arvin berbuat ulah lagi? Bisa nggak sih tu anak nggak buat ulah. Dia udah terlal sering ngerepotin orang-orang di sekitarnya.

Aku nggak mau kalau dia menggunakan cara seperti ini ntuk minta balikan lagi.

"Arvin mabuk? Kok bisa?" kataku.

"Itu pertanyaannya, Sha. Arvin itu bukan tipe orang yang langsung minum alkohol, kecuali dia lagi ada masalah. Makanya aku tanya sama kamu, kamu lagi berantem sama Arvin? atau di antara kalian ada masalah besar?" jelas Shadam. Haruskah aku menjelaskan semuanya?

🍋 ARSENSHA (END) 🍋 Where stories live. Discover now