33. Ulangan Semester

17.6K 1.6K 71
                                    

PENGUMUMAN

Sebelum kalian baca cerita ini, saya akan sangat menghargai kalau kalian menyempatkan untuk membaca pengumuman ini sebentar, hehehe.

Jadi, yeorobun, saya nulis cerita baru, judulnya LOST & FUND.

Kurang lebih begini beberapa cuplikan dialognya;


"Mas dari Indonesia juga, ya? Saya boleh minta tolong nggak? Em—anu... jadi, gini... saya—"

"Maaf tapi kamu kayaknya nggak fasih bicara bahasa?"

"Eh! Nggak, nggak gitu," Elijah meralat dengan menggunakan bahasa nonformal, "jadi dompet saya ketinggalkan di toilet pesawat, saya... saya tadi makan. Te—terus saya baru sadar dompet saya ketinggalan ketika saya selesai makan. Ja—jadi..."

Lelaki itu terlihat tidak sabar menunggu Elijah menyelesaikan kalimatnya, "Kamu bisa ngomong dengan lebih jelas nggak?"

Elijah menelan ludah. Ya Tuhan. Kalau saja dia sedang tidak membutuhkan bantuan lelaki itu. Dia pasti akan menumpahkan kari di atas rambutnya yang rapi itu!

"Saya mau pinjam uang, Mas."

"Oh." Katanya sambil mengeluarkan dompet, mengulurkan uang yang terlalu banyak untuk sepiring nasi kari.

"Eh, boleh?"

"Boleh. Saya punya banyak." Jawabnya singkat. Membuat Elijah hampir saja memberikan bogem mentah di wajah lelaki sombong itu!


Itu pertemuan pertama mereka.


"Mas Adam."

"Hm?"

"Saya datang ke Singapura tanpa tujuan apa-apa, saya ke sini memang bukan untuk mencari arah. Emm, gimana ya bilangnya? Saya sengaja ke sini untuk tersesat. Mas Adam tahu sendiri alasannya. Beberapa waktu lalu memang saya—dengan bodohnya—sempat kehilangan arah dan nggak punya tujuan. Tapi tiba-tiba, ada Mas Adam. Semua yang saya lakukan mulai beralasan dan bertujuan. Jujur aja, saat ini, ketika saya tahu saya nggak akan bersama Mas Adam lagi, saya kembali ke saya yang lama; hilang arah dan tanpa tujuan, tapi bukan berarti saya ingin terus bersama Mas Adam. Saya cuma mau bilang, walaupun Mas Adam nggak suka menjadi berarti, saat ini, untuk saya, Mas Adam berarti."

Begitulah Elijah Kartika mengungkapkan isi hatinya pada arsitek galak yang secara tak sengaja dia temui di Singapura, Adam Prasaja.


Yang itu, dua minggu setelah pertemuan mereka.

Ada juga obrolan favorit saya:

 

"Di antara semua tempat, bisa-bisanya kamu pengen ke pantai," komentar Adam sambil mengemudi.

"Kenapa? Kejauhan ya Mas, dari sini?"

"Pakai nanya."

Elijah terkekeh. "Kan Mas Adam bisa nolak tadi sebelum jalan. Sekarang kita udah setengah perjalanan masa mau balik lagi?"

"Yah kamu keluar kamar pakai kacamata hitam sama topi lebar begitu emang bisa saya ajak ke mana lagi?" ujar Adam keki.

Lagi-lagi Elijah terkekeh. "Makasih ya, Mas Adam yang baik. Itung-itung bantuin saya move on, nggak apa-apa kan, sesekali?"

"Kamu yang mau melupakan kok saya yang turun tangan?" Adam menjawab dingin.

Di luar dugannya, Elijah terbahak.

Senandung di Kota BandungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang