8. Akhirnya Dia Muncul

24.6K 2.1K 12
                                    

GISHA berangkat sekolah seperti biasa dan di kelas pun semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Meskipun dia memang tidak berubah menjadi gadis baik yang pintar dalam setiap mata pelajaran, setidaknya dia tidak berulah sekarang. Dia benar-benar harus lulus tahun ini. Mau ditaruh di mana mukanya kalau sampai kejadian di Jakarta terulang lagi?

            Tapi, ada satu hal yang sangat mengganggu Gisha, menganggu pikiran dan hatinya.

            Benar, Mauren.

            Berkat Dewa yang keceplosan waktu itu, Gisha jadi tahu kalau inisial "M" di kontak ponsel Angkasa pasti lah untuk Mauren. Dan mengingat bagaimana isi pesan Mauren waktu itu, sudah jelas kalau mereka pasti memiliki hubungan yang lebih dari sekedar pertemanan. Dan rasa ingin tahu itulah yang menganggu Gisha.

            Seperti yang dikatakan Kaila tempo hari, Gisha selalu memiliki seribu satu alasan untuk menolak laki-laki, dan sahabatnya itu tahu betul kenapa. Bukan, bukan karena Gisha menunggu untuk bertemu lelaki yang tepat atau tidak pernah menemukan tipe lelaki yang pas. Bukan hanya itu. Seorang Gishara Aluna memiliki alasan yang cukup kuat untuk membuatnya merasa sedikit paranoid berada di sekitar laki-laki. Dan hanya dia serta Kaila yang tahu apa alasannya.

            Tapi, hal itu entah kenapa tidak berlaku pada Angkasa. Perempuan itu entah kenapa tidak pernah takut Angkasa akan melakukan hal yang buruk padanya. Dia sendiri tidak tahu kenapa. Tapi jujur saja, dia sangat berharap Angkasa dapat menyembuhkan sedikit traumanya itu.

            Kalau alasan Gisha mau berdekatan dengan Angkasa adalah karena dia memiliki keyakinan itu, berbeda lagi dengan Dewa. Gisha tidak pernah menolak kehadiran Dewa di sekitarnya karena bagi Gisha, Dewa terlihat seperti Kaila versi laki-laki. Dewa adalah seseorang yang supel dan tipe pencair suasana. Bukankah tipe seperti itu adalah salah satu tipe yang sulit untuk ditolak?

            Ya, jadi, karena itu Gisha mempertahankan dua lelaki yang sebenarnya belum dia kenal lama itu untuk selalu berada di sekitarnya.

            Sudut bibir Gisha terangkat ketika matanya memandang Angkasa yang sedang tertawa bersama teman-temannya di tengah lapangan karena berhasil mencetak three point tiga kali berturut-turut, padahal menggunakan tangan kiri, mengingat tangan kanannya masih dalam balutan perban.

            Dewa yang sepertinya baru menyelesaikan kelasnya ikut bergabung di lapangan dan langsung mengambil alih bola basket yang tadinya ada di tangan Angkasa.

            Gisha melirik jam tangannya, sudah setengah jam Angkasa bermain basket. Apa dia tidak lelah atau apa? Ngomong-ngomong, ini sudah jam pulang sekolah, lewat malah. Dan Gisha sedang menunggu Angkasa seperti biasa.

            Melihat Angkasa dengan kemeja yang dikeluarkan dan tetesan peluh tanpa buku atau pulpen di tangannya benar-benar seolah mengubah pandangan Gisha akan dirinya. Dari Angkasa si kutu buku tampan menjadi Angkasa si nakal tampan. Tanpa menghilangkan kata tampan karena memang sepertinya dibuat jadi sejelek apapun anak Om Krisna dan Tante Anggi itu akan terlihat bagus. Sepertinya memang tidak salah kalau seorang Angkasa Dirgantara memegang titel sebagai most wanted guy se-SMA Nusantara.

            Gisha mengalihkan pandangan ketika Angkasa melihat ke arahnya. Dia akan sangat malu kalau sampai ketahuan sedang memerhatikan Angkasa sampai sebegitunya. Mau ditaruh di mana wajah manisnya? Mamanya bilang Gisha manis, ngomong-ngomong.

            Gisha bersyukur karena ponselnya berbunyi. Dia jadi bisa berpura-pura sibuk dan tidak harus membalas tatapan Angkasa.

            Ada satu pesan baru, rupanya.

Senandung di Kota BandungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang