2. Parasit Pengganggu

38.5K 2.7K 155
                                    

ANGKASA membetulkan letak earphone merah bermerek Beats by Dr. Dre di telinganya tanpa mengurangi kecepatan larinya sedikit pun. Lelaki itu terus berlari tanpa menghiraukan tetesan peluh yang mulai berjatuhan dari wajah dan tubuhnya, juga tanpa menghiraukan pandangan kagum dari banyak perempuan yang juga tengah berolahraga di sana.

            Alun-alun Bandung tidak pernah bertemu dengan kata sepi meski di hari kerja sekalipun. Tempat itu selalu ramai setiap saatnya, entah diisi oleh orang tua yang menemani anaknya bermain, pasangan kekasih yang berpacaran, bahkan oleh turis yang sedang berlibur. Padahal tempat itu hanya alun-alun, bukan jenis tempat yang bisa dibandingkan dengan tempat wisata.

            Dan hari ini, hari Minggu, kepadatan alun-alun Bandung naik dua sampai tiga kali lipat. Biasanya, setengah dari orang-orang yang meramaikan tempat ini memiliki tujuan yang sama dengan Angkasa, olahraga. Dan perumahan tempat Angkasa tinggal yang jaraknya memang tidak terlalu jauh dari alun-alun membuat Angkasa tidak pernah absen satu kali pun di hari Minggu untuk menguras keringat dengan jogging melewati setiap sudut alun-alun dan mengelilingi kompleksnya dalam sedikitnya, dua jam.

            Angkasa mengurangi kecepatan larinya secara bertahap sampai akhirnya berhenti sempurna ketika ponselnya terasa bergetar. Dia berhenti dan mengambil ponsel yang dia simpan di saku celana joggingnya.

            Sebuah pesan masuk dengan kata Mama tertera sebagai pengirim pesan.

[Mama: Mama sama Papa mau pergi ke rumah Tante Inge, suaminya kecelakaan. Mama belum masak, kamu beli bubur aja ya, di Mang Ono. Sekalian beliin buat Gisha juga. Dia belum keluar dari kamarnya. Jagain rumah. Jangan lupa kasih makan Goldi.]

            Angkasa menatap pesan itu datar lalu kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku. Seharusnya dia memang tidak usah bawa ponsel tadi. Merepotkan saja. Kalau memberi makan Goldi sih, Angkasa mau. Goldi, si golden retriever peliharaan keluarganya itu memang sudah menjadi teman terbaik Angkasa dari kecil. Tapi, memberi makan Gisha? Angkasa sih, ogah.

            Bertemu Gisha membuat anggapan Angkasa tentang perempuan itu cuma parasit menjadi semakin meyakinkan. Perempuan Jakarta yang menurut Angkasa tidak bisa apa-apa itu benar-benar bisa membuat siapa saja menggelengkan kepala. Ditambah lagi, Om Adhi, Papa Gisha terus saja memintanya untuk membantu Gisha berubah. Awalnya Angkasa pikir itu tidak akan sulit, tapi ketika melihat dengan langsung seperti apa perempuan itu, Angkasa menyimpulkan kalau melatih Goldi main piano sepertinya akan lebih mudah untuk dilakukan. Maksudnya, bagaimana mungkin ada perempuan yang bisa tidak bisa melakukan apa-apa?

            Angkasa memang pernah dengar anggapan yang mengatakan perempuan itu kalau tidak cantik, berarti pintar. Tapi Angkasa sangat tidak menyetujui opini tersebut. Bagi Angkasa, seharusnya hanya ada satu tipe perempuan, perempuan sempurna. Tidak ada yang sempurna, mereka bilang. Tapi bagi Angkasa, kesempurnaan itu ada. Kalau dibandingkan dengan Sang Pencipta, tentu saja kesempurnaan yang di maksud ada dalam konteks yang berbeda. Jadi, sekali lagi, menurut Angkasa perempuan itu seharusnya sempurna. Dan selama masa hidupnya, perempuan yang memenuhi kriteria sempurna Angkasa hanyalah ibunya dan ..dia.

***

Angkasa membuka pintu rumahnya dan langsung menuju wastafel setelah menyimpan earphone dan ponselnya di sofa. Lelaki beriris cokelat terang itu membasuh wajahnya sebelum mengambil botol air mineral lima ratus mili dari dalam kulkas lalu menghabiskannya dalam satu kali tenggak.

            Matanya melirik meja dapur yang ternyata memang kosong. Perutnya berbunyi menandakan kalau dia sudah terlambat sarapan.

            Lelaki itu berjalan ke ruang tengah setelah mengambil kotak makanan anjing dari dalam bufet yang ada di dapur. Sebelum keluar untuk memberi makan Goldi, dia melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan kurang beberapa menit. Biasanya, setiap pukul delapan tepat, Mang Ono, alias tukang bubur keliling langganan Angkasa, akan lewat di depan rumahnya.

Senandung di Kota BandungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang