Chapter 38 - Air Putih

Comenzar desde el principio
                                    

Tiba-tiba saja Selir Ming merasa seluruh tubuhnya dingin dan hatinya berdetak kencang karena tatapan mengancam dari sepasang mata bulat itu. Sepertinya apa yang dikatakan Seulgie itu benar, Pangeran Kim harus diwaspadai jika dia tidak mau tersingkir dari istana Apollo. "Mulutmu ternyata benar-benar lancang, Pangeran Kim! Kau sama sekali tidak menganggapku! Jangan lupa kau itu hanyalah tamu di Apollo! Mungkin kau bisa menyingkirkan Permaisuri Lee tapi jangan bermimpi bisa melakukannya padaku! Kaisar Jung akan selalu ada dipihakku!"seru Selir Ming dengan senyum pongah.

"Kulihat selera anda begitu menarik, jeonha!"ejek Jaejoong halus saat melihat Yunho sudah berdiri didepan pintu tempat dirinya dan Selir Ming bertegur sapa. Wajah tampan kaisar itu tampak sedang menahan senyum. Jaejoong yakin sekali sejak awal Yunho sudah mendengar semua kesombongan dan ancaman Selir Ming padanya.

Mata Jaejoong berkilat senang saat melihat Selir Ming membeku ditempatnya berdiri. Selir itu bahkan tidak berani berbalik ke belakang untuk menatap pada sang kaisar. "Aku datang untuk mengajak anda pergi ke suatu tempat!"tambah Jaejoong tanpa peduli pada sorot mata Selir Ming yang mungkin bisa membunuhnya.

Rasa bangga dan kagum lagi-lagi menyerbu hati Yunho saat membalas tatapan nakal Jaejoong padanya. Pangeran Arthemis ini memang selalu penuh kejutan dan menghadapi setiap musuh dengan begitu cerdik. Dia yakin pertemuan ini memang disengaja oleh namja cantik yang terlihat begitu anggun dalam balutan hanbok yang secara pribadi dipilihnya untuk calon Permaisuri Apollo ini.

"Tentu saja aku berselera tinggi, Pangeran Kim! Hanya saja terkadang kita membutuhkan air putih untuk melepaskan dahaga sebelum arak terbaik ditemukan."sahut Yunho bijak, memutuskan ikut dalam permainan nakal pangeran cantik penguasa hatinya.

Jaejoong tertawa kecil mendengar perumpamaan unik itu, dengan langkah anggun dan mata yang melirik sinis pada Selir Ming yang sudah kembali memasang ekspresi anggun diwajahnya, pangeran nakal itu mendekati sang kaisar yang langsung merengkuh intim pinggangnya. "Jadi apa yang anda lakukan jika sudah menemukan arak terbaik, Yang Mulia?"tanya Jaejoong dengan dengan nada polos meski seringai kecil terulas dibibirnya yang merah alami.

"Tentu saja aku akan membuang air putih itu!"jawab sang kaisar tegas yang membuat Jaejoong tertawa puas dan kembali menatap Selir Ming dan sejumlah dayang yang datang bersamanya dengan sorot penuh kemenangan.

"Kau dengar itu Selir Ming? Apa otakmu kurang cerdas untuk mengerti perkataan Kaisar Jung? Kenapa masih berdiri disini? Apa aku perlu meminta Kasim Im mengantarmu kembali ke pavilliun kecilmu?"herdik Jaejoong langsung seraya menggenggam erat jemari sang kaisar yang dirasakannya sedang membelai pelan pinggang rampingnya. "Nakal!"bisik Jaejoong seraya melirik tajam dan mencubit kuat lengan Yunho yang berusaha menahan erangan sakitnya dengan meremas pinggul namja cantik itu.

"Kenapa kau tahu dia akan datang? Kau cemburu? Manis sekali!"bisik suara berat itu tepat ditelinga Jaejoong yang sontak menggeliat kecil karena lidah kurang ajar Kaisar Jung menggelitik daun telinganya.

Mata Selir Ming melihat jelas apa yang berlangsung dihadapannya. Tangan Kaisar Jung yang memeluk santai pangeran itu. Dia juga tidak percaya Kaisar Jung yang dingin dan kejam itu bisa tersenyum kecil dan berbisik intim pada pangeran kurang ajar itu. "Yang Mulia! Apa anda hanya akan diam melihat tamu istana yang kurang ajar ini mengusir selir kehormatan seperti diriku? Ini sungguh tidak pantas! Anda seharusnya menjatuhkan hukuman karena mulut lancang Pangeran Kim!"seru Selir Ming kuat. Dia harus bisa menghentikan semua hal yang sudah diluar jalur ini!

"Selir kehormatan? Dirimu? Apa ada seorang selir terhormat mengenakan hanbok seperti pelacur?"sindir Jaejoong telak yang membuat Selir Ming terdiam dengan wajah pucat terlebih dilihatnya sang kaisar tampak menikmati apa yang dilakukan Pangeran Kim ini padanya. "Kau dengar itu, jeonha? Selirmu ini ingin menjatuhkan hukuman padaku?" tawa merdu itu berderai dilorong panjang istana Apollo yang disinari puluhan lampion dan dijaga oleh puluhan pengawal pilihan yang menyaksikan langsung bagaimana harga diri Selir Ming dibantai habis malam itu.

APOLLO AND ARTHEMISDonde viven las historias. Descúbrelo ahora