"Aku akan mengantarmu pulang." Liam menuntunku masuk ke mobilnya.

Aku masih tak bisa berpikir jernih. Bagaimana Chris tega melakukan itu padaku. Hal ini cukup membuatku tertekan. Bagaimana jika Mom dan Dad tau tentang semuanya lalu menyuruhku menjauhi kehidupan sekolahku?

Liam mengemudikan mobilnya menuju rumahku. Ia kemudian meraih kepalaku dan membuatnya bersandar pada dada bidangnya. Setulus inikah Liam padaku? Padahal selama ini aku sering mengabaikannya bahkan membenci sahabat-sahabatnya. Sekarang mereka yang menyelamatkan hidupku, mereka menolongku dari penculikan ini.

"Kita sudah sampai." tukasnya ketika kami telah sampai di depan rumah. Aku hampir melangkah membuka pintu mobil sampai akhirnya Liam membukakannya untukku, ia bahkan menggendongku dan sampai teras rumah.

"Dimana kau menaruh kuncinya?" Liam berbicara sambil menatapku.

"Turunkan aku dan aku akan membukanya sendiri." tukasku tak berdaya. Aku dapat melihat raut enggan dari wajahnya tapi akhirnya Liam menurunkanku dan membiarkanku untuk membuka pintu.

Kami memasuki rumahku dan dengan segera Liam kembali menggendongku. "Dimana kamarmu?" tanyanya lagi.

Aku menatapnya pasrah. "Lantai atas paling ujung."

Well, Liam langsung membawaku ke kamar dan membukanya dengan gerakan lembut. Ia membawaku berbaring diatas ranjang. "Semuanya baik-baik saja?" Harry mematung diambang pintu kamarku. Ia menatap nanar kearah kami.

"Biar aku ambil kan minum." tukas Liam sembari menjauh dari sisiku. "No! Please, don't leave me." sahutku spontan.

Liam menatap kearah Harry sambil melempar pandangan tolong-ambilkan-ia-minum.

"Hey—kau akan baik-baik saja Nath, percayalah." tukasnya menenangkan. Liam mengelus lembut rambutku.

"Aku takut Chris akan mengulanginya. Aku sangat takut." ucapku dengan nada parau. Lagi-lagi air mataku tumpah, Liam mendekatkanku dalam dekapannya.

"Aku dan sahabat-sahabatku akan terus menjagamu." tukasnya menenangkan.

Harry datang dengan membawa segelas air putih dan memberikannya padaku. "Ini minumnya,"

Aku melepaskan pelukan Liam dan menerima segelas air dari Harry lalu meneguknya perlahan sampai tersisa setengah gelas. "Bagaimana soal Chris?" tanya Liam.

Harry menatapnya lalu berkata, "Mereka sudah mengurusnya. Ia aman."

"Nathalie?" seseorang dengan nadanya yang khas dan tingkah lakunya yang akrab pada penglihatanku tiba-tiba masuk kedalam dan berseru tentang satu hal yang tak aku mengerti.

Viola langsung menghambur kearahku dan memelukku erat. Ia terlalu berlebihan—sungguh!

"Apa yang terjadi padamu Nath?" tanyanya dengan nada yang parau dan penuh kekhawatiran.

"Hey, bisakah kau membiarkannya bernapas dahulu? Dasar gadis—" tukas Liam. Viola langsung menatap tajam kearah Liam sebelum lelaki itu menyelesaikan perkataannya.

"Aku baik-baik saja Vee. Tenang lah. Oh ya—bisakah kau menemaniku untuk malam ini saja?" nada suaraku terdengar memohon. Viola langsung mengangguk mengiyakan.

"Tapi tak ada yang menjagamu. Kau dan Viola, tak ada lelaki yang akan menolongmu jika terjadi apa-apa." tukas Liam tampak khawatir.

Aku menggelengkan kepala. Benar juga apa yang Liam katakan. Bisa saja Chris kembali dan terus mengejarku?

"Chris sudah aman, ia telah ditahan pihak kepolisian dan sepertinya ia akan ditahan. Niall dan Zayn sedang mengurusnya." sahut Harry kemudian. Aku akhirnya menatap Liam dan memberi pandangan lebih-baik-kau-pergi-dan-jemput-aku-besok-pagi.

"Baiklah, aku akan pergi dan menjemputmu besok pagi. Tolong jaga dia baik-baik. Dan jika ada sesuatu, telpon aku." Liam merogoh saku celananya kemudian mengeluarkan secarik kertas yang bertuliskan nomer ponselnya.

Liam beralih padaku dan mengelus rambutku lembut sembari menatap mataku dalam. "Thanks Liam." lirihku.

Liam lantas tersenyum kemudian ia mengecup keningku lembut. Saat itu Viola langsung berdeham dan membuatku langsung menatapnya malu, Liam terkekeh kearahnya sementara Harry tersenyum kecil.

"Take care. See you tomorrow." Liam bangkit meninggalkan kamarku.

"Kau bisa menghubungiku juga." Harry tersenyum sambil mengulurkan secarik kertas yang berisi nomer ponselnya. Aku menganggukkan kepala lantas Harry berjalan pergi dari kamarku.

"Hmm—seorang gadis yang di perebutkan oleh dua lelaki tampan dan populer di sekolah. You're so lucky girl!" Viola berdeham, ia mengulum senyum manisnya.

"Aku masih tertekan atas hal yang baru saja menimpaku. Jadi jangan berani menggodaku." Viola langsung menatap penuh rasa kasihan padaku lalu ia mengelus pundakku lembut.

"Maafkan aku soal itu. Bagaimana bisa itu terjadi padamu? Dan aku tak percaya bahwa Chris yang melakukan ini padamu."

"Aku tak tau, yang jelas Chris datang mengenakan masker dan hoodie yang menutup wajahnya, lalu ia baru membukanya dalam mobil dan menyeretku pada sebuah rumah dengan penerangan minim. Lalu tiba-tiba Liam dan sahabatnya menolongku. Aku sangat berterima kasih padanya." terangku panjang lebar.

"Nah! Jadi kau tak akan membenci Liam dan kelompoknya?" tanya Viola penuh selidik.

"I think so. Cause they save my life." lirihku.

Tak lama kemudian, aku mendengar suara ban mobil di pekarangan rumah lalu suara seseorang yang membuka pintu depan. "Ku harap kau tak memberitahu ini pada Katrina." aku menatap Viola jengkel.

Ia memberi tatapan maaf-tapi-aku-terlanjur-memberi-taunya.

Great! Katrina langsung membuka pintu kamarku dengan kasar lalu berseru. "Oh my gosh!! What happen with you?" ia berlari kecil menuju ranjang dan langsung memelukku.

"I'm fine—" tukasku. Aku dapat mendengar nada khawatir pada suaranya.

"Jangan katakan itu lagi, aku tau kau diculik Nath!" serunya.

"Terserah kau sekarang. Tapi kau belum memberitahu Mom dan Dad kan?"

Katrina menggeleng lemah. "Aku belum memberitahu mereka."

"Don't you dare to tell them." tukasku, Katrina dan Viola menatapku lalu mengangguk mengerti.


























*

Christian Hood--sahabat Justin yang menculik Nathalie! Tapi masalahnya belum selesai lho!

Next chapter tergantung sama vote dan comment kalian.

~Big hug, Mrs. Payne {}

Bloodstains (1D's Vampire Story) ✅Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon