"Kau berjanji akan bersamaku Perrie. Ini yang aku lakukan untukmu." tukasnya. Lambat laun mataku mulai tertutup.

**

"Aku mencintaimu Perrie." Caleb memelukku dari belakang. Pria yang selama ini aku dampingi juga pria yang mengubahku menjadi sekarang ini—sebut saja vampir.

"Cal?" aku membalikkan badan dan ia mencium bibirku cukup lama. Aku terkekeh pelan.

"Kau nyaman sekarang?" tanyanya kemudian. Sejujurnya aku tak nyaman menjadi vampir, apalagi aku tak tahu-menau soal ini. Tapi aku nyaman ketika Caleb berada disampingku dan memanjakanku dengan sepenuh hati.

Setelah aku menjadi vampir, aku tak kembali pada orang tuaku. Aku takut mereka akan khawatir dengan perubahanku. Kami pergi jauh dari Milan menuju Paris. Saat aku kembali berpikir tentang keluargaku, sejujurnya aku sangat merindukan mereka. Merindukan kehangatan yang tak akan pernah aku temukan ketika bersama kelompok Caleb. Aku rindu suasana natal yang selalu meriah dan penuh suka cita. Tapi sekarang aku tak akan pernah mendapatkannya lagi.

"Kita harus segera turun!" tukas Maria tergesa. "Kelompok Aleron mengepung kita." Maria berlari menuju lantai dasar disusul denganku juga Caleb.

Kami telah berkumpul di halaman depan dan kelompok Aleron tengah menatap kami penuh dendam—mereka siap bertarung.

"Lindungi kami. Tolong gunakan kemampuanmu Perrie." Caleb memohon padaku, ia menggenggam tanganku erat sebelum akhirnya maju melawan salah satu vampir.

Vampire ability yang aku miliki adalah menimbulkan rasa sakit bagi siapapun yang menatapku dan kuhendaki untuk merasakannya.

Dua orang telah berhasil dimusnahkan. "Good job Hunny." ujar Caleb. Ia menatap mataku penuh perhatian. Tanpa diduga, seorang vampir berhasil meraih pundak Caleb dan menjatuhkannya, ia merintih kesakitan sementara aku tak dapat meraihnya. Kepala Caleb terpenggal, ia musnah.

Aku menjerit menyaksikan kekasihku terkulai. Maria langsung meraih tanganku. "Kau aman Beauty. Kalian tak terlibat dengan dendam kami." ujar pemimpin mereka. Akhirnya Maria menarikku menjauh dan berlari meninggalkan mereka, aku melihat mereka dari kejauhan dan mulai membakar tubuh vampir kelompok kami. Aku tak tahan melihatnya.

"Kita selamat karena kita tak terlibat. Caleb hanya memanfaatkanmu Perrie. Ia hanya menginginkan vampire ability-mu. Aku yakin Caleb tak sepenuhnya mencintaimu, kau salah Perrie." ucap Maria saat kami sampai pada hutan yang jauh dari rumah kami.

"Apa maksudmu?" tanyaku tak mengerti.

"Maafkan aku sebelumnya. Aku yang membaca ini semua, tentang masa depanmu. Ini sudah aku ketahui jauh sebelum kau menjadi vampir. Caleb bersikeras menjadikanmu salah satu dari kelompok kami untuk membantu dalam peperangan ini. Tapi ia salah—justru hanya kau yang berhasil selamat dari sini. Aku baru membacanya kemarin dan belum sempat memberitahunya pada Caleb."

Jadi selama ini mereka hanya memanfaatkanku? Perriekau memang bodoh! Bodoh karena kau berubah menjadi vampir hanya kerena Caleb sialan itu! Kau bodoh Perrie!

"Suatu saat kau akan bertemu dengan jodohmu. Ia bersama kelompok lain dari London. Vampire itu berwajah Asia yang kentara, sayangnya aku tak tahu namanya."

Seorang vampire berlari menerkam Maria, dan saat itu ia berteriak agar aku segera pergi dari sini. Aku melihat tubuh Maria yang menegang dan vampir yang mengejarnya langsung memenggal kepala Maria.

Kini aku berlari, kemanapun perginya aku terus berlari. Aku tak habis pikir dengan kelompok Caleb yang hanya menginginkan vampire ability-ku untuk menyelamatkan kelompoknya dan ternyata berakhir dengan tragis—hanya aku vampir yang selamat.

Sekarang aku harus pergi kemana? Apakah aku harus pergi ke London sesuai dengan perkataan Maria? Sepertinya aku memang harus melakukannya—

--FLASHBACK OFF--


~Sarah Ferrel's POV~

Aku benar-benar tak ingat tentang bagaimana aku dijadikan seorang vampire. Bahkan aku tak ingat dari mana aku berasal, siapa namaku, siapa orang tua dan saudara-saudaraku.

Tapi yang paling aku ingat, aku terbangun di sebuah rumah kayu ditengah hutan belantara di Irlandia. Aku seperti orang hilang ingatan yang tak tau harus berbuat apa. Hanya rasa haus dan lapar yang menyelimutiku dan secara tak sadar aku langsung mencari buruanku berupa hewan buas di hutan itu.

Sepertinya aku memang tercipta sebagai vampire vegetarian. Aku sama sekali tak menyukai darah manusia yang menurutku baunya tak nikmat.

Sejak saat itu aku pergi. Sampai akhirnya bertemu dengan sekelompok vampir yang sangat baik terhadapku. Sebut saja kelompok Liam—kerena lelaki itu yang memegang kekuasaan penuh diantara yang lainnya.

Beberapa bulan ikut dengan kelompok mereka membuatku akhirnya jatuh cinta pada salah satu dari mereka. Cinta pertamaku setelah menjadi vampir jatuh pada Harry Styles—lelaki dengan lesung pipi dan rambutnya yang curly. Aku memujanya dan menyimpan rasa cintaku.

Sayangnya aku bersikap terlalu bodoh. Harry bisa membaca pikiranku, semakin mudah ia bisa mengetahui perasaanku. Suatu saat ia berbicara empat mata denganku, ternyata ia ingin memberitahukan bahwa Harry tak bisa membalas cintaku. Wellhari itu jadi hari paling buruk untukku.

Sampai suatu saat Niall datang untuk menenangkan hatiku yang hancur berkeping-keping. Dengan gayanya yang lucu dan kepribadiannya yang unik, Niall menghiburku. Ia berhasil menyusun kepingan hatiku kembali. Sekarang aku mencintai lelaki itu dengan sepenuh hatiku—aku tak ingin melepasnya.

Meskipun sampai sekarang aku bisa melihat Harry setiap harinya, tapi rasa cintaku tak lagi ada untuknya. Aku tak ingin menyimpan dendam pada Harry, aku lebih suka berteman dengannya.

Mengenai vampire ability yang kumiliki. Sama halnya seperti milik Zayn. Aku bisa melihat masa depan. Tapi kemampuanku ini tak sehebat yang Zayn miliki. Ia bisa melihat semua kejadian secara jelas dan pasti sementara aku hanya melihatnya secara terpisah dan menyisakan teka-teki yang harus aku pecahkan sendiri.



*
Flashback chapter is over! Next part, we back again to Nathaliam romance.

Wait for new chapter guys.. Please give me 7+ votes :D

~Big hug, Mrs. Payne {}

Bloodstains (1D's Vampire Story) ✅Kde žijí příběhy. Začni objevovat