Extra Chapter: The Talkshow

109 10 3
                                    

DINATA Corp. sudah tak asing lagi di telinga para pembisnis. Perusahaan yang di elu-elukan. Apalagi, dengan pemimpin yang cerdas nan tampan. Siapa lagi kalau bukan seorang Ethaniel Abraham Ardinata?

        Putra dari Reynaldi Ardinata ini sudah terkenal di kalangan benua Asia, Eropa, dan Amerika. Penghasilannya? Jangan di tanya.

        Dengan otak yang cerdas, ia menanam saham dengan baik itu membuat Dinata Corp. melejit mencapai kesuksesan. Plus, parasnya yang tampan membuat ia bagaikan artis yang di idam-idamkan.

        Dan sekarang, Ethan sedang berdiri di dalam gedung pencakar langit yang di lobby utamanya terdapat tulisan nama salah satu stasiun televisi ternama.

• • •

"INI dia, guys. Bintang tamu kita hari ini! Mari kita sambut; Dancerys!!"

Vania, Claris, Shera, dan Lily masuk ke ruangan itu. "Haii semuanyaaa!!" pekik Vania melambaikan tangannya. Ia memakai celana denim hitam dengan kaus berwarna abu-abu yang di lapisi bomber jaket berwarna hitam dengan beberapa kalung. Dengan sepatu Adidas Superstar.

"Hai, Vania, Claris, Shera, dan Lily!! Silahkan duduk." pekik Jake, salah satu host acara tersebut. "Hai, Kak Jake." sapa Lily sembari duduk. "Gue nggak salah kostum kan, ya?" celetuk Vania konyol membuat Jake terkekeh. "Nggak, Van. Gue aja pake jeans sama kemeja." kata Jake.

Jess, host satunya lagi, menyeletuk, "Ya ampun, liat deh. Gue ada mereka kayak itik buruk rupa."

        "Lo emang itik buruk rupa, Jess." celetuk Jake membuat semuanya terkekeh. "Nggak lah, Kak. Kak Jess cantik kok." kekeh Shera. "Tuh, tuh, Jake, Shera aja muji gue. Masa lo enggak?"

        "Ohiya, boleh ceritain perjalanan kalian jadi bisa kayak gini?"

        Mereka memang sudah di bagikan microphone kecil yang di jepit di baju mereka. "Jadi, dulu itu, sekolah gue punya ekskul tari gitu, kan. Nah, abis itu, di tawarin lomba tingkat Internasional. Ya udah, latian tuh. Lo pernah nggak sih kerasa kayak badan mau mati rasa?" papar Vania membuat Jake mengangguk, "Sering banget gue."

        "Singkatnya, udah lomba, kan. Alhamdulillah kita menang juara tiga," Vania mengkode ke arah Shera untuk melanjutkan cerita, "Nah, kita berempat emang lebih deket satu sama lain gitu. Udah klop. Akhirnya, gue ngusulin ke mereka bertiga, gimana kalo kita buat satu grup tari? Terus mereka setuju. Tapi belum di–istilahnya apa, ya? Semacam kayak belum di realisasiin gitu, lah. Tapi kita udah ada nama waktu itu; Dancerys,"

        Lily melanjutkan, "Setelah Vania sama Claris lulus—Mereka emang adik kelas gue sama Shera, baru kita realisasiin. Abis itu, gue punya kayak jiwa pedagang gitu, kan. Gue bilang, kenapa kita nggak buat tempat les sekalian? Akhirnya mereka setuju juga. Nah, akhirnya berdirilah Dancerys Place,"

        Lalu Claris melanjutkan, "Setelah sekian lama, tiba-tiba ada yang dateng gitu ke tempat les. Bule gitu. Pertamanya gue mikir kayak, ni bule nyasar apa gimana? Cuma dia nerangin kalo dia fi sini mau nawarin lomba tari untuk Internasional—yang nyelenggarain swasta. Kita tertarik, kita terima, lah. Nah, singkatnya, kita berangkat ke mana waktu itu?" tanya Claris sedikit lupa. "Itali," jawab Vania mengoreksi.

        "Oh ya, Itali. Karena gue capek ngomong panjang-panjang, gue persingkat lagi, nih. Kita menang dan alhamdulillah dapet juara satu." papar Claris membuat semuanya tertawa.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 04, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SPYWhere stories live. Discover now