12: Gempar

113 12 17
                                    

"LO udah siap belom?! Gila, lama banget lo, milih sepatu doang. Bentar lagi masuk, nih." Ethan menggerutu kesal karena Elisa dari tadi belum siap hanya karena masalah sepatu. "Halah, lo juga sering telat kali, Eth." bela Radit. "Yaa, tapikan ini beda. Dia kan, murid baru, masa udah telat."

"Iya, iya, cerewet. Udah kok, yuk." Elisa menepuk pipi Ethan yang mengembung, lalu mencium pipinya; dengan berjinjit karena Ethan lebih tinggi darinya. "Udah, ah, yuk." Ethan menarik Elisa ke dalam mobilnya. Di ikuti Radit dan Bian yang ikut menaiki mobil mereka masing-masing.

"Well," kata Elisa memecah keheningan di antara mereka, "Gue yakin banget lo sekarang udah famous, Eth. Banyak cewek yang flirting ke lo, kan?" Ethan mendengus, "Yeah, lumayan. Cuma ada satu yang agresif kebangetan."

"Tipe-tipe ganjen gitu, ya?" Ethan mengangguk, "Seperti itu. Udah, lo cepet siap-siap. Lo kan, orangnya ribet. Udah mau nyampe, nih." Elisa mendengus mendengar ledekan dari Ethan. "Tau. Ngambek gue sama lo. Ngeledekin gue mulu, lo."

        "Jangan dong," Ethan membelokkan mobilnya di Gerbang Sekolah. Ternyata, semua menatap mobil Ethan, malahan, ada yang menunggu kehadiran Ethan.

        Ethan keluar dari mobil, lalu berdiri di hadapan mobilnya menunggu Elisa keluar. "Jangan ngambek, elah." Elisa menjulurkan lidahnya, sembari keluar dari mobil, "Ya bodo, serah gue. Mau ngambek kek, mau nggak kek."

"Jangan, ih. Kalo lo ngambek nggak enak soalnya," rayu Ethan lagi, membuat Elisa yang sedang berjalan kearahnya menatap menyelidik, "Nggak enak kenapa? Pasti ada apa-apanya, nih." Ethan nyengir, "Nggak enak karena nggak ada yang masakin di rumah."

"Heh!" Elisa menepuk bahu Ethan keras, membuat pemuda itu meringis. Wajahnya cemberut membuat Ethan terbahak. Ethan merangkul Elisa dan membawa ke dalam Sekolah. Semua yang melihat itu melongo. "Halah, nanti juga lo pas malem-malem kalo ada petir gede langsung buka pintu kamar gue, langsung ngeringkuk di samping gue, minta peluk. Muna lo, dasar."

Kali ini, Elisa yang menyengir. "Yaa, kan lo doang yang bisa ngelonin gue. Masa gue minta dikelonin Radit atau Bian. Paling juga, lo ngegorok mereka berdua kalo kayak gitu." Ethan menepuk ujung rambut Elisa, "Emang."

        Di sisi lain, ada gadis yang terpaku di tempat. Sedangkan sahabat-sahabatnya menatap gadis itu was-was. "Lo nggak apa?" tanya Fara. Gadis itu tersenyum, "I'm fine."

        Setelah apa yang dilakukan Ethan kemarin? Setelah Ethan menceritakan masa lalunya kepada Vania yang membuat Vania merasa spesial, sekarang ia dihempaskan begitu saja? Lihat, mereka lebih cocok. Gadis yang dirangkulan Ethan sangatlah cantik. Vania lantas berbalik badan dan langsung berjalan cepat ke arah lapangan.

"Ethaaaannnn," pekikan itu membuat Ethan memutar bolamatanya malas, ia pun langsung mengubah ekspresinya menjadi datar, tatapannya menusuk. Elisa menatap cewek itu dari atas sampai bawah, meneliti. Cewek itu, bergelayut di tangan Ethan membuat Ethan menyentak tangannya, "Apaan sih, Clar?! Pergi sono lu." Kini pusat perhatian pada mereka.

         "Oh," Elisa melirik Claris tajam, "Ini cewek yang lo bilang di mobil, Eth?" Mata Claris berseri-seri. "Kamu ngomongin aku? So sweet banget sih. Pasti kamu ngomong aku ini cantik, ya?" Semua terdiam. Tiba-tiba suara tawa dari mulut Elisa tak dapat dibendungnya lagi. Ia tertawa sekeras-kerasnya sampai badannya ling-lung dan harus di tahan oleh Ethan; dengan memeluk pinggangnya dan menarik sedikit agar tubuh Elisa mendekat sehingga bisa bersender.

SPYWhere stories live. Discover now