29: The Murderer

94 13 5
                                    

ETHAN mengepalkan tangannya kesal ketika melihat pintu lokernya telah menghilang entah kemana. Buku-buku berjatuhan keluar. Bangkai kucing, coret-coretan dari darah. Dan sebuah post-it yang berisi,

KAU AKAN MATI

-I & W

I? Pasti Ivar. Tapi siapa W?

"W? W siapa?" tanya Radit saat melihat kertas post-it yang di pegang oleh Ethan.

"Nah, itu gue juga nggak tau." jawab Ethan sembari melihat kearah Pak Wisnu yang memanggil beberapa OB untuk membersihkan lokernya.

Sebuah iMessages masuk di iPhone-nya.

From: Lelaki bgst

Permainan di mulai sekarang, Ethan. Dan selamat atas kandasnya hubunganmu dengan pacarmu.

Ethan menggeram kesal, ia hampir saja melempar iPhone-nya ke lantai kalau saja Bian tidak menyadarkannya. "Sialan!" geramnya, lalu mengetik dengan emosi.

To: Lelaki bgst

GUE TANTANG LO UNTUK TUNJUKIN DIRI LO SEKARANG JUGA!!! IVAR MAUPUN ANAKBUAH SIALAN LO ITU!

Ethan sudah siap. Sangat siap. Ia menggenggam sebuah potongan kain yang mengeluarkan aroma parfum seseorang. Ethan tersenyum miring, ia tau wangi parfum siapa ini.

• • •

"ETHAN, kenapa di pintu belakang sekolah kamu–yang tersembunyi, ada mobil item punya Ricky?" kata Rey terdengar di earphone wirelessnya membuat Ethan terjengit. "Serius?!" pekiknya. Untung Kantin lagi ramai, membuat tak ada yang mendengar pekikan Ethan.

"Iya."

Masalahnya, pintu belakang Wirajaya dekat dengan kantin. Dan orang luar, tidak ada yang tau. Taunya pintu samping—dekat gedung perpustakaan.

Tak lama, Ethan mendengar teriakan dari lorong, lalu semuanya menjadi gaduh. Ethan, Radit, dan Bian saling berpandangan.

"DI MANA ETHANIEL?!" Suara menggelegar di Kantin yang sepi.

"Di sini." sautan tersebut membuat kerumunan membelah. Terlihat Ethan yang duduk di kursi dengan semangkok bakso di hadapannya.

"Berani-beraninya lo nantang kita?"

Ethan menatap Ricky dengan alis terangkat, "Oh? Kalo lo tersindir, gue nantang Ivar atau anak buah sialannya dia yang gue tau lagi bersemayam di Wirajaya." balasnya dengan tenang namun menusuk.

"Agen Ethaniel Abraham yang ter-hor-mat," terdapat nada remeh di kata terhormat, "rupanya sudah tau kalau orang kebanggaan kita ada di sini." Ricky tersenyum penuh arti.

Ethan memutar bolamatanya malas. Ia bangkit dari duduknya, duduk di meja, "Mana dia?" tanyanya cukup tenang.

"Di sini."

Ethan menoleh ke arah pintu kantin. Pak Wisnu. "Hm. Sudah ku duga." Matanya menatap Radit dan Bian untuk mengeluarkan semua orang dari kantin. Karena sebentara lagi kantin akan menjadi kacau. Lalu ia turun dari meja, berjalan mendekat ke arah Ricky dan Wisnu.

SPYМесто, где живут истории. Откройте их для себя