18: In the Mall

94 14 6
                                    

"MAAFIN Bokap-Nyokap gue ya, Eth. Duh, nggak enak banget nih gue. Mereka emang nggak inget umur." Vania mencerocos di dalam mobil Ethan. Membuat Ethan terkekeh, "Van, nggak apa-apa kok. Menurut gue mereka lucu. Unik. Gue nyaman kok sama mereka." Vania menghela napas lega, "Baguslah. Ohya, kita mau kemana?"

        "Ke tempat mainstream, mall," kata Ethan melirik Vania sekilas. "Oke." lalu mereka terdiam. "Orangtua lo lucu tau. Gue hampir ngakak ngeliat mereka." Vania nyengir, "Rumah rame banget. Apalagi setiap pagi gue di bawelin sama Kak Arsen yang mau nganter gue ke Sekolah." Ethan melirik Vania, lalu kembali menatap jalanan.

        "Gimana kalo besok gue nganter lo?" tanya Ethan membuat Vania menoleh, "Ngerepotin lo, Eth." Ethan menggeleng, "Kalo gue nawarin berarti gue nggak keberatan." Vania menghela napas, "Oke."

        "Van, kenapa gue selalu ngira lo sama Claris udah kenal deket, ya. Gitu nggak?" celetuk Ethan tiba-tiba membuat Vania kaget, kaget karena pertanyaan Ethan. "Eh, sorry, gue nggak maksud. Cuma nanya aja gitu. Kalo nggak mau jawab juga nggak apa-apa."

        "Eh, Eth, nanti makan dulu ya, gue laper." kata Vania mengalihkan pembicaraan . Ethan mengangguk, "Siap, Tuan Putri."

• • •

SELESAI Ethan memakirkan mobilnya, mereka masuk ke dalam mall, dan kini mereka sedang di restoran. Seperti biasa, Ethan cukup bisa menyedot perhatian setiap orang yang berpapasan dengannya. Vania menatap Ethan yang membolak-balikkan daftar menu, terlihat tak terganggu sama sekali, bahkan mungkin ia tak sadar bahwa ia sedang di bicarakan oleh sekelompok gadis yang duduk di sebelah meja mereka.

        "Lo mau makan apaan, Van?" kata Ethan sembari melirik Vania. "Gue? Terserah aja. Gue apa aja oke, kok." Ethan melirik Vania, terkekeh geli. Ethanpun memanggil waitress dan memesan beberapa makanan. "Kurang banyak pesennya, Eth." kata Vania sarkas. Ethan mengedikkan bahunya, "Sekalian buat keluarga lo, Van."

        "Nggak usah kali. Buat elo aja." kata Vania membuat Ethan menggeleng, "Nope. Buat keluarga elo aja."

        Vania mencondongkan badannya, tak tahan dengan pertanyaan yang sedari tadi ia lontarkan, "Lo nggak ngerasa kalo lo di omongin ya, Eth?" Ethan terkekeh, ikut mencondongkan tubuhnya, berbisik, "Ngerasa kok. Tapi gue bodo amat." Pasti Ethan mendengarnya karena pendengarannya yang tajam, ia mengedarkan pandangannya, namun tiba-tiba mata tajam Ethan menatap sepasang orang yang sedang duduk berhadapan.

        "Van, ermm, liat ke belakang serong ke kanan." Vania mengernyit, namun tetap mengikutinya. Ia tersenyum miring ketika mengetahui siapa. Vania kembali berbalik, "Oh. Tenang, bodoamat gue."

        "Oh, udah move on nih, ceritanya?" Vania mengedikkan bahunya. "Eh, tapi siapa tuh ceweknya?" Ethan menajamkan pandangannya, "Lho? Itu kan Claris." Vania mengangguk.

        "Gue tau pasti lo denger waktu di The Beat Up, gue bilang nama cewek, Kanina, ke Deto. Iya, kan?" Ethan mengangguk. "Itu Claris. Kanina Clarissa. Biasa di panggil Claris, tapi Deto manggil Claris, Kanina." Ethan mengangguk. Vania kembali melanjutkan, "Pertanyaan lo di mobil itu emang bener, Eth. Gue sama Claris dulunya sahabatan, sama Fara, Risca juga," Perkataannya terhenti karena waitress menaruh minuman di mejanya. Ethan kembali menatap Vania seakan berkata, Terusin.

        "Abis itu, gue pacaran sama Deto. Gue sadar Deto sering ngelirik Claris setiap gue ngumpul sama mereka. Tapi gue cuma biarin aja," Vania menghela napas, "Sampe waktu itu gue, Fara, Risca ngerencanain hang out ke Gandaria City. Claris nggak ngikut karena katanya ada urusan keluarga. Tapi ternyata, GanCit lagi penuh. Akhirnya kita hang out ke PIM. Kita jalan-jalan. Tapi abis itu gue nemu Claris sama Deto lagi jalan bareng.

SPYWhere stories live. Discover now