30: I'll Waiting For You

106 13 13
                                    

"ETH, kamu tau, nggak? Aku udah nggak kecewa sama kamu, loh. Bangun, dong. Hey, Ethaniel Abraham Ardinata, kamu mau di bawa ke New York loh, ninggalin aku. Kamu jahat, ya? Oh, atau aku yang jahat sama kamu? Atau kita sama-sama jahat?" Tangan Vania menyusuri wajah Ethan, "Kamu masih inget, kita ketemu di The Beat Up waktu itu? Abis itu Deto maksa aku buat balikan, terus kamu bantuin aku?"

Vania menggenggam tangan Ethan erat, "Ethan, aku tau kamu denger aku sekarang, cuma kamu entah di alam mana. Kamu harus denger ini, Eth; aku cinta kamu, sangat. Aku mau kamu bertahan di samping aku, nggak pergi ke New York, cuma aku nggak bisa, sku nggak mau egois. Di New York pasti lebih lengkap kalau misalnya kamu ada apa-apa. Please, bangun, Eth. Aku pengen di peluk kamu sebelum kamu ke New York, aku pengen ngeliat mata kamu sebelum kamu ke New York. Aku tau kamu udah mutusin aku dan hubungan kita saat ini hanyalah mantan.

"Tapi untuk saat ini, aku menepis semua. Aku cuma mau bilang, aku cinta kamu, aku sayang kamu." Setelah itu, hanya tangisan Vania yang terdengar di ruang inap Ethan yang lenggang. Dengen menggenggam tangan Ethan, Vania tertidur. Di saat itu pula lah, Ethan menggerakkan jarinya sedikit.

• • •

"DIMOHON untuk seluruh siswa-siswi SMA Wirajaya untuk berkumpul di aula."

Suara dari speaker yang terpasang di setiap sudut sekolah berbunyi. Vania dengan cepat bangkit dari duduknya, matanya sayu dan bengkak karena mengantuk dan habis menangis.

Pagi-pagi tadi memang Elisa datang sembari menyodorkan seragamnya. Beberapa kali pula Vania menolak dan memohon kepada Elisa untuk mengizinkan dirinya saja dan memilih untuk menemani Ethan. Namun Elisa bilang, "Lo mau Ethan kecewa sama lo cuma karena lo nggak masuk sekolah karena dia? Ayo, lo mandi dan ganti baju. Kita berangkat sama Radit-Bian."

Alhasil, di sinilah Vania, SMA Wirajaya. Vania, Radit, Bian, Elisa, dan Claris berjalan berbarengan ke aula. Namun saat di aula, yang ia temukan adalah Rey sedang berdiri di belakang podium yang memang tersedia.

Saat kira-kira semua sudah terkumpul, Rey mulai berbicara lewat microphone yang ada di hadapannya. "Ehm. Saya, Reynaldi Ardinata, selaku Ketua Agent Spy Agency dan Ayah dari Ethaniel Abraham Ardinata dan Brianna Elisa Ardinata, ingin memklarifikasi untuk kejadian kemarin. Sebenarnya bukan saya, tapi Ethan yang memklarifikasi lewat video yang sudah kita buat."

Ya, Ethan memang membuat beberapa video.

Wajah Ethan terpampang di white screen yang terpasang. "Hai, all. Aku, Ethaniel Abraham Ardinata. Anak dari Reynaldi Ardinata selaku ketua dari Agent Spy Agency dan pemilik perusahaan Dinata Corp., ingin mengucapkan beribu maaf karena sudah mengelabuhi kalian semua. Termasuk guru-guru,"

"Percaya atau tidak, aku anggota dari Agent Spy Agency. Perihal kematian Abby, Zeera, dan Wisnu, aku minta maaf sebesar-besarnya karena sebenarnya itu salahku karena aku hadir di sekitar kalian. Aku akselerasi dua tahun, yang membuat aku seharusnya sudah duduk di bangku kuliah karena sudah lulus SMA. Aku ke sini, SMA Wirajaya, karena ada misi yang harus aku selesaikan. Dulu, aku menangani kasus pembunuh berantai yang mungkin kalian tahu bernama Ivar-kalau kalian suka nonton atau baca berita pasti tau,

"Ivar sudah tertangkap dan di masukkan ke dalam penjara khusus. Tapi ternyata ada beberapa anak buahnya yang memang tidak tertangkap. Singkat cerita, Ivar lolos dari penjara karena anak buahnya membantunya. Dan anak buah kepercayaannya bernama Wisnu, yaitu guru Bimbingan Konseling kita yang merangkup sebagai guru Olahraga.

SPYWhere stories live. Discover now