09: Second Victim

99 12 9
                                    

VANIA membaca Peringatan Keamanan Siswa yang ditempel di Mading, serelah kejadian Abry, kertas itu ditempel di Mading untuk keselamatan siswa. Ia menghela napas, Abry adalah anak yang baik, cita-citanyapun juga bertujuan baik; menjadi Presiden. Vania pernah sekelas dengan Abry waktu kelas X.

"Van," panggil seseorang membuat Vania menoleh. Ethan. "Oh, ada apa, Eth?" Ethan menggeleng, "Nggak. Reflek aja manggil lo." kata Ethan sembari membaca kertas yang tadi Vania baca.

Tanpa ia duga, Ethan menarik tangannya. Lembut, tapi cukup membuat Vania terbawa. "Ke–kenapa?" kata Vania tergagap. Bagaimana tidak, tangannya ditarik oleh cowok yang membuatnya mengucapkan ayat ke-13 dari surah Ar-Rahman;

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

"Gue minta ID Line lo, sama nomor telfon," kata Ethan tanpa basa-basi. Vania mengernyit, "Buat?" Ethan tersenyum tipis, "Buat kalo lo ada apa-apa, hubungin gue."

"Handphone lo?" tanya Vania menjulurkan tangannya. Ethan mengeluarkan handphone-nya dari saku celana, lalu menjulurkannya ke arah Vania. Vania menerimanya dan mengetik sesuatu disana. Vania mengembalikan handphone tersebut kepada sang empu, "Nih," Ethan tersenyum, "Kalo ada apa-apa hubungin gue, ya. Entar, gue miss call dulu," kata Ethan.

Ethan menekan tombol dial. Handphone Vania berbunyi di saku seragamnya. Ethan langsung menekan tombol merah, untuk memutuskan sambungan telfon. "Oke, thanks. Kalo ada apa-apa hubungin gue, dimanapun lo berada. InsyaAllah gue ada," kata Ethan lalu mengacak rambut Vania membuat Vania senyum-senyum sendiri.

"GUE MINTA NOMORNYA ETHAN DOONGGG!!"

Yap, setelah itu, semuanya heboh.

• • •

"GOSSIP telah menyebar dengan cepat, Bung. Lo minta ID Line-nya Vania?" Ethan mengangguk, "Bukan cuma ID Line doang, tapi nomor telfon juga."

"Sumpah demi apa lo?!"

"Hu-uh. Gue juga nggak tau kenapa. Tapi kayak, gue agak-agak khawatir gitu. Masalahnya, kita nggak tau pola-nya apa." Ethan duduk di bangkunya, di ikuti Radit dan Bian. Tetapi Bian duduk di meja Ethan. "Iya sih. Tapi semoga nggak ada korban lagi deh."

"Eh, gue balik dulu, yap. Pasang earphone kalian, biar kita bisa ngobrol," Bian melompat turun dari meja Ethan. Lantas meninggalkan kelas sahabatnya tersebut dan menuju kelasnya.

Benar saja. Setelah Bian keluar, bel berbunyi. Guru Matematika masuk dengan santainya. Tanpa ba-bi-bu, ia mengucapkan salam lalu memerintahkan murid untuk membuka buku pelajaran Matematika.

Dengan itu, pelajaran pertama; Matematika, dimulai. Dilanjut dengan pelajaran kedua.

• • •

"LO masih nggak inget orangnya siapa?" Ethan yang baru duduk di kursi kantin sehabis membeli Nasi Ayam Goreng menggeleng. "Sumpah demi apapun, gue capek banget. Setelah gue dapet message dari tu Unknown, gue nggak bisa tidur karena nginget itu siapa. Lo liat ni kantung mata, tebel cuy," Ethan menunjuk matanya yang menghitam.

"Yeah, kita nggak nuntut lo untuk inget sekarang juga, kali. Kita nanya aja." Radit menyuapkan french fries ke mulutnya. Ethan mengedikkan bahunya, lalu mulai menyuapkan ayam dan nasi ke mulutnya. Tadi cacing didalam perut Ethan telah berdemo minta dikasih makan.

SPYWhere stories live. Discover now