16: The Flag Ceremony

104 11 13
                                    

"HAH?"

Hanya itu yang dapat Ethan katakan setelah keheningan yang lama. "Gue nggak salah denger, kan?" Aldo menggeleng, "No."

"Kalian nggak ngigo, kan?" tambah Bian.

"No."

"Lo nggak salah nyebut nama?"

"No." jawab Aldo lagi. "Oke, udah kayak judul lagu aja. No, no, no mulu." kata Reihan. "Besok kalian latihan, sepulang sekolah."

"Ethan, lo jadi Pemimpin Upacara."

"HAH?" kali ini, bukan Ethan aja yang mengatakan 'Hah?', tapi Radit dan Bian juga. Hening. "BUAHAHAHAHA," tawa menyembur dari mulut Bian, disusul suara tawa Radit. "Eanjir, Do, nggak ada yang lebih bagus, apa?" celetuk Bian ditengah tawanya. "Heh," Ethan meninju bahu Bian keras-keras. Membuat Bian meringis, namun sepersekian detik kemudian, Bian kembali tertawa.

Membayangkan Ethan menjadi Pemimpin Upacara membuatnya tak tahan. Badan tegak, tangan yang di ayunkan berlawanan dengan kaki yang melangkah, dan berteriak lantang di tengah lapangan. Aldo hanya terkekeh melihat ketiga sahabat itu. Yang lain ikut tertawa.

"Bian, jadi pembaca do'a." Reihan melanjutkan.

"HAH?" Bian yang sedang tertawa, berhenti mendadak. Begitupun juga Ethan dan Radit, yang terdiam sejenak, mencoba mencerna perkataan Reihan. "HAHAHAHAHAH." Tawa menyembur dari bibir Ethan. Balas dendam. Membayangkan saja ia sudah tak kuat, bagaimana jika nanti Bian membaca do'a di tengah lapangan? Ia akan susah payah menahan tawa di tengah lapangan.

"Radit, jadi pembaca UUD 1945."

Ethan semakin terbahak. Pembaca UUD? Radit? Raditya Altha Rivanno? Nilai PKn-nya aja di bawah KKM. "DIEM LO!" pekik Radit dan Bian bersamaan, ke Ethan. Semua ikut terbahak. "Oke, oke," Ethan menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Namun, nihil. Tawa itu kembali menyembur dari mulutnya. Ia menggeleng-geleng geli, berusaha menghilangkan bayangan Radit dan Bian yang membaca UUD dan Do'a.

• • •

"SIAPA tau, ini membuat nilai PKn lo bagus, Dit." cetus Elisa di ruang tamu, disertai kekehan geli. "Gue udah nggak sabar hari Senin, lho. Bhaks. Semoga gue nggak ngakak ditengah-tengah upacara, ya." lanjutnya.

        "Aldo kampret emang," Radit mengupas kulit kacang, lalu memakan kacang yang sudah dikelupas. "Ho-oh, tertawa sepuas lo, El. Nggak ada yang ngelarang." kata Bian datar saat menatap Elisa yan berusaha keras untuk tidak tertawa. Pasti dia ngebayangin, deh, batin Ethan menebak.

        Benar saja. Selang sepersekian detik Bian menyelesaikan perkataannya, tawa Elisa meledak. Ethan hanya tersenyum tipis melihat Elisa tertawa. "Anjir, anjir. Ngakak, tai. HAHAHAH."

Radit, Bian, dam Ethan hanya pasrah di tertawakan olehnya.

• • •

"PEMIMPIN upacara memasuki lapangan Upacara." Ethan menahan napas, lalu berjalan dengan tegap ke tengan yang berada di sisi badan. Tawa Elisa hampir meledak ketika melihat itu. Ia sangat semangat saat guru menyuruh mereka untuk berbaris hanya untuk melihat Kakaknya yang jadi pemimpin upacara.

        Ethan hanya memasang wajah datarnya. Lalu melakukan prosedur-prosedur upacara. Sampai pembacaan UUD 1945, suara Radit terdengar dari speaker, semua mengalihkan pandangan mereka ke arah Radit. Ethan sedikit melirik Radit saat pembacaan UUD 1945 sudah selesai, Radit melotot ke arahnya, seakan berbicara; Apa lo?.

        Sampai saat Bian membaca do'a, tawa Ethan hampir saja meledak kalau tidak mengerti ia dimana. Ia hanya menggigit bibir bawahnya melihat Bian yang sok fokus terhadap teks do'a di hadapannya. Padahal Ethan tahu, pikiran Bian sudah kemana-mana.

        Setelah prosedur Upacara selesai. Seperti biasa, ada speech dari Ketua OSIS, Aldo. "Ehem, ehem. Eth, jangan ngambek doongg." rayunya di mic. Ethan melototkan matanya ke arah Aldo, sedangkan yang lain tertawa puas.

        "Jadi, maksud gue di sini apa? Tujuan gue adalah; membuat peserta upacara diam. Apa sangkut pautnya sama kalian ber-tiga? Karena kalian yang membuat mereka diem. Seriously, tadi, pas gue dibawah. Semua pada diem. Nggak ada yang ngobrol. Padahal biasanya pada ngeluh semua. Penduduk UKS berkurang karena fokusnya ke kalian. Terbukti."

        Ethan menyeka keringat di dahi dengan gaya yang biasa. Namun kesan cool itu melekat pada dirinya. "Cepet lo selesein speech-nya."

        Aldo terkekeh, "Oke, oke. Udah selesai, kok. Gue cuma mau ngejelasin ke kalian doang." Aldo pun mengucapkan kalimat penutup. Semuanya pun, bubar.

• • •

A.N

Pas banget ya, gue uploadnya pas 17 Agustus. Selamat ulang tahun Indonesia ke-71!!! Jangan lupa vote dan comment, ya! Makasih.

SPYWhere stories live. Discover now