01: Practice

219 22 0
                                    

"KAMU lulus. Ibu minta ID Line-mu biar bisa Ibu add ke group chat dancer SMA Wirajaya."

        Guru-guru sekarang gaya, ya. Kemaren guru gue minta username ask.fm, dikira mau nanyain soal lewat ask.fm?, batinnya menggerutu. Ia lantas mengambil handphone Bu Sasha lalu mengetik di kolom add friends by ID. Ia pun mengetikkan ID Line-nya disana. Setelah itu, ia meng-klik add dan mengembalikan kepada Bu Sasha.

        "Nanti schedule latihan Ibu kirim lewat Line atau E-mail, ya. Ibu balik dulu." Bu Sasha berbalik, lalu keluar dari ruangan yang mayoritas cermin itu.

        "Yha, Van, ketauan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

        "Yha, Van, ketauan." ucap Fara saat Bu Sasha telah menjauh. Vania hanya diam, menyeka peluh di dahinya, mengambil botol mineral, "Yah, nggak apa-apa sih, lagian salah gue juga menumpahkan hobi gue disini."

        "Ya udah. Balik, yuk." ajak Fara di balas anggukan dari Vania. Gadis itu mengambil tas Cath Kidston-nya, lalu keluar dari ruangan yang fungsinya masih tidak jelas itu. Biasanya, ruangan itu dipakai untuk anak-anak yang membolos.

Tapi bisa Vania simpulkan, bahwa itu sebenarnya ruang dance. Bego jangan dipiara napa sih, Van, rutuknya dalam hati. Vania bersenandung saat berjalan di gerbang sekolah yang sepi.

Hufftt, alesannya nanti apalagi?, batinnya kesal. Ia menelepon seseorang, yang tidak diangkat. "Kampret, nggak diangkat lagi." dumel Vania pada ponselnya. "Eh, Van, gue pulang dulu, ya. Udah ada Nyokap, tuh." Fara menunjuk ke arah mobil Fortuner putih miliknya. Vania menghela napas, "Kay. Byee!" ucapnya pada akhirnya.

"Oke. Kalo ada apa-apa, telepon gue aja, ya, Van. See you tomorrow. Good luck with your dances move!" pamit Fara yang dibalas anggukan oleh Vania. Ia menatap punggung sahabatnya yang menjauh dan akhirnya hilang karena telah menutup pintu mobil.

Ia kembali mencoba me-dial nomor yang sudah ia hapal di liat kepala. Terdengar bunyi nada sambung dari ponselnya itu. Dan akhirnya, terdengar suara dari seberang.

"Ha—"

"KAK ARSEENNNN, LO DIMANAAA?!!" teriak Vania tak tertahankan. Teriakannya membuat Arsen menjauhkan iPhonenya dari telinga sebentar, setelah dipastikan aman, ia kembali mendekatkan ke telinganya.

"Sabar, sabar. Keep calm, Van. Gue udah deket sama sekolah lo, kok."

"Oh, great. Untung tadi gue nari sebentar. Kalo nggak? Abis lo sama gue, Kak."

"Berarti, gue masih dikasih kesempatan sama Allah untuk hidup lebih lama." tawa Arsen terdengar dari seberang membuat Vania cemberut.

"Udah, ah, cepet dateng. Nunggunya bosen."

Klik.

SPYWhere stories live. Discover now