26: Usai di Sini

68 10 1
                                    

P.S: Mainin videonya yah. Thanks.

"SUMPAH demi apapun gue nggak rela kalo one true pair fav gue udah di ujung tanduk ampe break. Anjir. Gue masih nggak rela, cuy." Claris berkata tak seberapa keras di koridor m. Ya, memang mereka sekelas. "Hm, dan dulu lo hampir ngancurin hubungan mereka, you know." kata Fara sinis. Claris hanya nyengir, "Itu kan, masa lalu. Kalo kata Inul, masa lalu biarlah masa lalu. Gitu."

"Dangdut banget lo."

        "Oke, fine." Claris membuka pintu ruang musik, ini memang jam pelajaran musik. Bu Putri, selaku guru musik SMA Wijaya, sudah menunggu di dalam.

"Selamat siang, guys. To the point aja, sekarang Ibu pengen nge-tes kalian satu persatu. Kita mulai dari...," Putri mengedarkan pandangannya, lalu matanya terpaku pada Vania, "Vania Aletha. Yang lain, mohon latihan di luar."

Satu persatu, anak-anak mulai pergi meninggalkan ruangan, tersisa Vania dan Putri. "Yuk. Di mulai." Putri duduk di salah satu kursi yang tersedia. Vania berjalan ke arah piano yang berdiri kokoh di tengah ruang musik.

Vania menekan tuts, merangkai nada indah, melakukan intro lagu.
"Pedihnya tanya, yang tak terjawab.
Mampu menjatuhkan ku yang, dikira tegar.
Kau tepikan aku, kau renggut mimpi.
Yang dulu kita ukir bersama.
Seolah, aku tak pernah jadi bagian besar, dalam hari-harimu.

"Lebih baik, kita usai di sini.
Sebelum cerita indah, tergantikan pahitnya sakit hati
Bukannya, aku mudah menyerah
Tapi bijaksana
Mengerti kapan harus berhenti
Ku kan menunggu, tapi tak selamanya

"Kau tepikan aku, kau renggut mimpi.
Yang dulu kita ukir bersama
Seolah aku tak pernah jadi bagian besar.
Dalam hari-harimu
Seolah, janji dan kata-kata yang tlah terucap kehilangan arti

"Lebih baik kita usai di sini
Sebelum cerita indah, tergantikan pahitnya sakit hati
Bukannya, aku mudah menyerah
Tapi bijaksana
Mengerti kapan harus berhenti
Ku kan menunggu, tapi tak selamanya

"Takkan jera, kupercaya cinta
Manisnya dan pahitnya kan ku terima
Kini kisah kita, akhiri dengan makna.

"Lebih baik kita usai di sini
Sebelum cerita indah, tergantikan pahitnya sakit hati
Bukannya, aku mudah menyerah
Tapi bijaksana
Mengerti kapan harus berhenti
Ku kan menunggu, tapi tak selamanya

"Ku kan menanti, tapi tak selamanya."

Putri menaikkan alisnya, "Kamu kenapa?"

Vania memandang Putri dengan lesu, ia menurunkan tangannya dari tuts-tuts piano, "Hubungan aku udah di ujung tanduk, Tan. Aku..., aku nggak tau." Putri memang adik dari Mamanya, Tantenya. "Kenapa, Sayang? Cerita sama Tante, mau?"

Vania menggeleng, "Aku mau, tapi aku nggak bisa. Dia buat aku kecewa, banget. Aku cinta sama dia, banget. Tapi..., aku nggak tau."

Vania hanya tidak tahu. Sebelum Vania memulai bernyanyi, Ethan yang tadinya mau ke toilet laki-laki yang harus melewati ruang musik terlebih dahulu, mengurungkan niatnya untuk ke toilet, menguping apa yang di nyanyikan oleh Vania—ia tau dari Bian yang pertama kali menyapanya.

Dan Ethan seakan mendengar Vania berbicara; Lebih baik, kita usai di sini.

• • •

VANIA yang baru membuka pintu ruang musik untuk keluar, langsung membeku melihat Ethan ada di sana. "E–Ethan?"

"Boleh kita agak menjauh sedikit dari mereka, Van?" Ethan menarik Vania untuk sedikit menjaga jarak dari mereka-mereka yang kepo.

"Boleh aku koreksi, sedikit? Sebelum cerita indah, tergantikan pahitnya sakit hati; bukannya kamu udah sakit hati? Aku pikir, hubungan kita udah di ujung tanduk... bukannya aku mudah menyerah, tapi bijaksana; kita memang nggak mudah menyerah... Kini kisah kita, akhiri dengan makna;...," Ethan menata langkah ke arah Vania yang membeku di depan pintu ruang musik. Lalu ia mencium tepat di dahi Vania. Ethan membalikkan badannya yang mengarah kembali ke kelasnya. Namun baru beberapa langkah, Ethan kembali membalikkan badannya dan tersenyum getir, "Dan, lebih baik, kita usai di sini; Ya, itu lebih baik buat kamu, kamu pantes bahagia. Welcome to your real happiness. Dan ingat apa yang aku bilang waktu di mobil; I love you, I really do and I always do. Selamat bahagia." Ethan kembali berbalik dan sedikit berlari.

Vania menutup mulutnya dengan tangan, menahan airmata yang telah menumpuk di kelopak matanya. Lidahnya kelu.

Ini sudah benar-benar usai, tanpa embel-embel break; butuh waktu; butuh jarak, atau yang lain-lain.

• • •

A.N

They're officially break up. Huhu😭😭. Honesty, gue nggak tega bikin mereka putus, but I have to do it, atau plot yang udah gue atur bakal ancur. I'm so sorry gengs. Wish me luck for midterm next week! Don't forget to tap the star and comments!

SPYWhere stories live. Discover now