07: Terror

83 14 5
                                    

"ETH, ada paket nih buat lo," kata Radit setelah berhasil membuka pintu kamar Ethan. "Mana?" kata Ethan mengalihkan pandangannya pada Radit, dan Bian yang ternyata mengikuti Radit. "Nih," kata Radit memberikan sebuah paket yang terbungkus kertas cokelat. Ethan mengambil paket lalu keluar, duduk di ruang keluarga.

"Jangan-jangan lo ada secret admirer, Eth," celetuk Bian. "Nggaklah, bodoh," kata Ethan duduk di karpet berwarna abu-abunya. Ia menarik paket itu mendekat, lalu ia membuka bungkusan tersebut, menyisakan kotak berukuran sedang. "Gue pikir, ini bukan paketan yang kayak lo kira," kata Ethan lalu membuka kotak tersebut.

Bangkai tikus. Ethan tersenyum miring, "Ini adalah terror." lanjut Ethan menatap Radit dan Bian serius. IPhone Ethan bergetar, ia lantas mengambilnya dan membukanya.

Hello, Ethaniel. Aku yakin kau sudah menerima kado dariku. Kau suka? Itu limited edition. Dan kado tersebut akan ku lakukan kepada orang-orang dikawasanmu.

Lo siapa?

Sent. Ethan menunggu balasan dari orang tersebut.

Sayangnya, aku tidak ingin memberitahu namaku kepadamu. Kau pasti mengenalku, mungkin kau lupa. Oh, kau sudah pikun ternyata.

Ethan menggertakan giginya.

Mau lo apa?

Sent. Dan tidak ada balasan lagi setelah ia mengirimkan message tersebut. Ethan hanya menghembuskan napas kasar lalu membuang kotak berisi bangkai tikus itu. Dan malam itu, Ethan tidak bisa tidur karena memikirkan; Siapa orang itu?

• • •

SELAMA pelajaran berlangsung, Ethan sama sekali tidak fokus dengan pelajaran. "Shit," umpatnya kesal karena sama sekali tidak mengingat siapa-orang-itu.

"Gue nggak ngerti. Gue lupa. Banyak kasus-kasus yang udah gue tangani." Ethan mengacak rambutnya. "Masalahnya, dia cuma nyebut lo. Bukan gue. Bukan juga Bian."

Ethan menghela napas kesal sekaligus gusar. "Anehnya itu. Dan bener kata Radit, pasti dia kenal sama lo. Karena dia bilang; Kau pasti mengenalku. Lo pasti kenal dia." kata Bian. "Gue tau, tapi gue lupa. Gue manusia. Gue bukan werewolf or something." kata Ethan. Tiba-tiba suara teriakan terdengar samar. Semua langsung berlari ke arah sumber suara. Termasuk staff dan guru-guru.

Mereka; Ethan, Bian, dan Radit, berlari mengikuti orang lain "Toilet cewek," gumam Ethan saat menyadari arah mereka, sembari menerka-nerka apa yang terjadi. Ternyata di depan toilet cewek sudah banyak orang yang mengerubun. Kebanyakan dari mereka menutup hidung, namun tetap melihat apa yang terjadi.

Ethan, Radit, dan Bian mendesak masuk ke dalam kerumunan. Bau amis. "Shit," umpat Ethan saat menyadari bau tersebut. Ia semakin mendesak masuk. Tepat saat dia berada di ambang pintu toilet, ada cairan merah di lantai. Semua mengenali cairan merah tersebut. Darah.

Ini terlalu cepat. Ethan kira, tidak secepat ini. Ternyata mereka tidak main-main. "Dia lebih bergerak cepat dari yang gue kira," gumam Ethan namun didengar oleh Bian dan Radit. "Bukan gue, tapi kita." ralat Radit.

• • •

A.N

I'm bacckkk!! Okay, guys! Maaf kalo feel-nya nggak dapet. Sumpah. Dan gue tau kalian pasti agak shock karena yang tadinya adem-ayem jadi kayak gini. Yeah, gue emang berencana kayak gini. Langsung. Don't forget to tap the star⭐️and comment. Luv ya!

SPYWhere stories live. Discover now