CHAPTER 27

130K 8K 117
                                    

Suasana didepan ruang ICU seperti suasana penguburan di pemakaman, ramai oleh tangisan yang menjadi pengiringnya.

"Maafkan aku, ini semua salahku, seharusnya aku memegangnya lebih erat supaya Avi tidak terjatuh, dan seharusnya aku tidak mengejarnya," ucap seorang pria dengan suara lirih, ikut bergabung setelah mendengar dari kejauhan bahwa Avi telah meninggal.

Arsen melepas tangan Vania yang memeluknya lalu bangkit dan menghampiri Abi yang berdiri tidak jauh darinya. Arsen menarik kasar dan mencekal kerah baju Abi yang sebagiannya sudah kotor dengan darah.
"Arsen, apa kau belum puas memukulnya," teriak Mitha. "Wajahnya hampir kau hancurkan."

"Aku tidak perduli, bangsat ini bisanya hanya memberi kesedihan buat Avi, karena dia Avi tiada," teriak Arsen ingin melayangkan pukulan seketika tangannya ditahan oleh Ryan.
"Aku akan memperkarakan hal ini, kalian pasti dalang dibalik kejadian ini" desis Arsen. "Aku akan memenjarakan kalian semua."

Mitha memucat, tubuhnya menegang mendengar ancaman Arsen.

Semua orang yang tadinya sibuk meratapi kepergian Avi, sekarang sibuk melerai dan menahan tubuh Arsen agar tidak menyerang Abi yang kondisinya sudah sangat menyedihkan.

Ketegangan mereka terusik oleh dua perawat yang datang dari arah lorong rumah sakit, berlari cepat dengan membawa peralatan medis lalu masuk keruangan ICU tempat Avi dirawat. Wajah tegang mereka membuat beberapa mata mengalihkan pandangan dari pertikaian Arsen dan Abi kearah pintu ruang ICU.
Lampu yang terpasang diatas pintu ruangan sebelumnya menunjukkan indikator merah, tanda bahwa segala kegiatan didalam telah berhenti, tapi sekarang berubah menjadi warna hijau, menandakan bahwa ada kegiatan yang sedang berlangsung didalam.

"Non Avi," seru Iyem, suaranya melengking membuyarkan kebingungan mereka.

Kefokusan mereka beralih ke pintu ICU, Arsen yang sudah melepas pegangannya dari Abi kini lebih sibuk memperhatikan dan memikirkan apa yang terjadi didalam.

Ada apa dengan Avi ? Apa dia..., Ya Tuhan semoga keajaiban itu ada didalam ruangan itu, batin Arsen. Kembalilah....kembalilah....kumohon kembalilah. Arsen terus mengulangnya dalam hati seperti sebuah doa.

"Aku akan melihatnya," ucapan Ryan yang di anggukan kepala oleh beberapa orang tanda mereka menyetujui ide Ryan.
Saat Ryan menghilang dari balik pintu, tuan Alex menghampiri Arsen yang pandangannya belum terlepas dari pintu.

"Kita berdoa semoga sedang ada keajaiban didalam," ucap tuan Alex menguatkan Arsen.

"Amin pa, kuharap keajaiban itu ada," gumam Arsen.

Tidak berapa lama, Ryan keluar dengan wajah sumringah, tidak nampak sedih atau tegang.
"Ini benar-benar keajaiban, kebesaran Tuhan itu ada, Avi hidup."

Ekspresi semua orang yang hadir tak tergambarkan, terharu-senang-bersyukur-bahagia-benci semuanya terlihat di wajah mereka. Ucapan syukur mengiringi kebahagian mereka.

Tuan Chris yang terlihat sangat terpukul karena hampir ditinggalkan putrinya, tak berhenti mengucapkan doa syukur.
Dia memutuskan akan membuang segala keegoisan demi putrinya. Tujuan utama dalam hidupnya sebelumnya adalah kesuksesan perusahaannya, sekarang saat dia diberi kesempatan untuk menjadi seorang ayah yang baik, ia merubah tujuan hidupnya bergeser menjadi putrinya.

Dia tidak ingin kehilangan putrinya untuk yang kedua kalinya. Ini teguran untuknya karena lebih mencintai perusahaannya dibandingkan keluarganya.

Dulu teguran itu datang melalui kematian istrinya tapi tuan Chris juga tidak berubah, sekarang Tuhan menegurnya kembali kali ini melalui putrinya.

Tuan Chris berjanji dalam hatinya akan mencurahkan segala sisa waktu dan hidupnya hanya untuk Avi dan bersumpah akan mengikuti segala keinginan putrinya yang terabaikan, bahkan jika itu Avi ingin memutuskan perjodohan dengan Arsen, tuan Chris akan mendukungnya.

Marrying Mr. DuRen (#wattys2017)Where stories live. Discover now