CHAPTER 9

146K 9.3K 76
                                    

Sudah dua hari Avi menghindari Abi, tidak membalas pesan dan mengangkat teleponnya. Ini adalah waktu terpanjang buat Avi tidak berkomunikasi dengan Abi.

Hubungan Avi dengan Arsen pun terlihat canggung sejak ciuman panas mereka di kafetaria beberapa hari yang lalu.
Arsen hanya berbicara yang penting saja dengan Avi, sisanya dia lebih berdiam diri diruangan.

Avi merasa bersalah.
Permainan bodoh, pikir Avi.

Tut...tut

Telepon kantor memanggil.

"Bukan dari ruangan pak Raj," gumam Avi.

"Ruangan pak Rajendra Wybert," ucap Avi.

"Avi ini aku," suara Renata. Terlihat dari mejanya Renata melambai-lambaikan tangan.

"Kamu ngapain Ren pake telepon segala, tinggal loncat aja kesini," Avi mendelik ke Renata. Yang dipelototi cuman cengengesan.

"Aku mau ngasih tahu, nanti malam kita mau meeting di klub," ujar Renata terdengar antusias.

"Meeting di klub ?," Avi mengernyitkan kening. "Setahuku jadwal pak Raj, meetingnya cuman dikantor kan sama dengan pak Alex."

"Iya tadinya. Tapi tadi pas aku kedalam aku sempat curi dengar gitu kalau meetingnya di pindah ke klub klien yang baru saja dibuka. Udah percaya deh sama aku, nanti pak Raj keluar pasti bakal bilang ke kamu. We gonna go party tonight," seru Renata dengan nada pelan. "Jangan lupa dandan ya," imbuhnya.

Avi tertawa geli melihat temannya berjoget kecil di meja kerjanya.
Renata langsung terdiam kaku saat Arsen keluar dari ruangan tuan Alex.

Arsen memandang Avi yang terlihat sibuk dengan tabletnya. Bisa dikatakan pura-pura sibuk.
Arsen berjalan melewati meja Avi lalu masuk keruangannya tanpa mengucapkan satu kata pun.

Tut....tut

Telepon kantor memanggil.
Dari ruangan pak Raj, pikir Avi.

"Ya pak," jawab Avi.

"Keruangan saya," suara Arsen datar dan dingin.

"Baik pak," ucap Avi langsung beranjak berdiri kemudian berjalan menuju ruangan Arsen.

Avi masuk keruangan dan melihat Arsen yang masih sibuk mempelajari berkas-berkas yang berserakan diatas meja.

"Ya pak," ucap Avi pelan.

Arsen menatap Avi. "Kamu persiapkan berkas-berkas untuk meeting dengan Adiguna Company, meeting siang ini ditunda nanti malam di The Heirs Club. Saya mau kamu bawa semua berkasnya dan pastikan tidak ada yang tertinggal," tatapan Arsen ke Avi berubah dingin. Arsen terlihat sedang mengintimidasi Avi.

"Baik pak akan saya siapkan," Avi mulai gugup ditatap seperti itu.

"Hari ini kamu boleh pulang cepat jika sudah selesai, kita bertemu disana. Kamu tahukan tempatnya," tanya Arsen tatapannya mencair menjadi lebih lembut.

Avi mengangguk. "Berkas-berkasnya akan saya bawa kesana pak," Avi berusaha normal.

"Tidak usah. Nanti biar Pak Rendi yang bawa, kamu hanya perlu mempersiapkannya saja."

"Baik pak, saya akan mengerjakannya sekarang."

"Ya. Kamu boleh pergi," ucap Arsen berubah dingin lagi.

"Oh ya Avi," panggil Arsen menghentikan pintu yang sudah dibuka Avi.

Arsen menatap Avi kali ini lebih lama.
"Ya pak, ada lagi ?," tanpa sadar Avi menggigit bibir bawahnya karena gugup.

Arsen yang melihat kelakuan Avi hanya bisa menelan ludah.
Arsen lagi-lagi mengutuk dirinya yang sangat mudah terpengaruh oleh Avi. Hanya dengan melihat Avi menggigit bibirnya, juniornya langsung mengeras.

Arsen masih memandang Avi dengan tatapan berbeda. Tatapan lembut. "Berdandanlah, karena setelah meeting kamu bebas."

"Ya pak," ucap Avi bergegas keluar ruangan. Wajahnya sudah memerah.

Avi menghembuskan napas lalu bernapas dengan kasar. Saat didalam ruangan Arsen, entah mengapa Avi menahan napasnya.
Arsen mempengaruhi Avi.

Avi melihat Renata yang sedang menatapnya dengan ekspresi bingung. Avi membalasnya dengan senyuman.

Malam ini Avi akan bersenang-senang dan melupakan segala kepenatannya.

*********

Sorry ya kalau chapter ini ceritanya kurang menarik.
Soalnya Authornya ikut kebawa galau kayak Avi.
Kalau Avi galau karena Arsen & Abi.
Kalau authornya galau karena gajian abis.....

Heheheheh
Sebenarnya habis bangun tidur nih jadi idenya belum nyampe ke otak....
Tapi Smoga enjoy ya.

Marrying Mr. DuRen (#wattys2017)Where stories live. Discover now