Arsensha 21 - Ancaman

Start from the beginning
                                    

Dan yang pastinya mereka bakalan kecewa sama aku, karena menaruh harapan kalau aku bisa menjadi pendamping hidup Arvin.

"Satu lagi, kalau ada apa-apa kamu coba nanyain ke aku, jangan ngambil keputusan sendiri dan berpendapat sendiri."

"Apa ini tentang Rey?" katanya.

"Salah satunya itu," kataku.

"Maaf," katanya lagi, "aku yang salah karena nggak percaya sama kamu. Sekarang aku mau percaya sama kamu, asal kamu ngasih jaminan," ucapnya.

"Jaminan apa?" tanyaku.

"Jangan minta putus lagi dan sampai kapan pun kita akan selalu bersama," ujarnya mengambil kesempatan, Arvin pintar banget sih memainkan perasaan.

"Kalau aku nggak mau?" kataku sedikit menggodanya.

Kulihat dia menampakkan wajah marah dan kecewanya, duh lucu banget,

"Aku bakal cari pelampiasan yang lebih parah dari yang tadi."

"Kamu udah janji buat nggak cari pelampiasan, loh," kataku mengingatkannya.

"Berarti kamu juga udah janji buat gak minta putus lagi," ujarnya,

Sial. Aku kejebak lagin.

"Kita tetap pacaran sekarang, dan aku nggak menganggap kata putus dari mulut mnaismu tadi pagi." Dia bersemangat sekali mengingatkanku.

"Iya," jawabku pasrah.

Kini Arvin tersenyum nakal penuh kemenangan. Dan aku, lagi-lagi lemah di hadapan Arvin. Ternyata benar, sampai kapanpun aku bakalan terus terikat dengan Arvin.

"Sekarang buka pintunya," pintaku. Sementara Arvin menggeleng, dan ia dengan sigap memelukku lagi, kali ini lebih erat dari yang sebelumnya dan juga ... lebih lembut.

Sekarang, aku kembali menyandnag status ebagai pacar Arvin. Ternyata aku tidak bisa menikmati status jombloku. Kan lumayan bisa menjauh dari sifat posesifnya Arvin kalau lagi putus. Tapi ternyata semuanya percuma. Kini aku terjerat dan terperangkap dalam jebakannya yang menyatakan kalau aku nggak boleh minta putus sama dia.

"Nanti aja, Sayang. Aku masih mau berduaan sama kamu," ucap Arvin sok romantis. Dia nggak tau apa ya, ini kan di gudang. Ya kali mau di sini terus. Bagusan dikit kek tempatnya.

"Nggak, buruan buka pintunya," kataku memaksanya.

Kulihat dia mendnegus kesal dan memasang wajah cemberutnya. Andai saja orang satu kampus ini melihat tingkah Arvin, pasti mereka sama sekali nggak bakalan nyangka kalau Arvin bisa selucu ini.

Arvin bergerak ke arah pintu dan mengeluarkan kunci, ia segera membuka pintu gudang itu.

Aku kaget saat di luar mendapati Pandu, Sadam dan Anggi. Mereka ngapain di sini?

"Kalian ngapain?" tanya Anggi.

"Kalian semua minggir," ucap Arvin dingin. Mungkin dia masih kesal sama Pandu dan Sadam, karena mereka aksi Arvin untuk membantai anak basket menjadi gagal. Tapi kan Arvin juga haru berterima kasih, seenggaknya aku sama dia nggak jadi putus.

"Dingin banget, bro. Di gudang suhunya berubah, ya?" ucap Pandu ngelawak. Anak ini masih aja sempat ngelawak, apa dia nggak lihat kalau Arvin sedang berada di mood yang kurang baik.

Arvin melirik mereka tajam, sekejap Pandu dan Sadam langsung diam.

Lalu Arvin menarik tanganku, kulihat mereka bertiga masih khawatir padaku. Ungkin takut jika Arvin melakukan yang tidak-tidak padaku.

"Lepas," ucapku. Arvin menatapku tajam. "Aku mau ngomong sama mereka dulu," lanjutku. Aku sedkit melepaskan pegangan Arvin dengan lembut. Sepertinya dia sedikit menjinak.

Arvin terlihat kecewa dengan permintaanku barusan, tapi apa bleh buat. Aku harus menjelaskan semuanya agar mereka bertiga tidak khawatir lagi.

"Kalian tenang aja, dia udah nggak apa-apa, kok," ucapku. Sementara Anggi memegang bahuku. Meemriksa badanku apakah ada luka atau tidak.

"Beneran? Bukannya kalian udah putus?" ucap Anggi sedikit keras. Aku langsung menutup mulutnya yang toa itu. Bahaya kalau Arvin dengar ucapan Anggi tadi tentang kata putus.

"Aku minta tolong sama kalian berdua," kataku melirik Pandu dan Sadam, "tolong jangan bikin emosi Arvin labil seperti tadi. Aku udah susah payah bujuk dia, jadi awas kalau kalian bikin dia seperti tadi lagi," ucapku mengancam mereka.

"Iya-iya, Sha, ampun deh, tadi itu niatnya kita mau main basket. Tapi Arvin malah nantangin mereka," ujar Sadam.

"Ya udah gak apa-apa. Aku ke sana dulu," ucapku.

Tiba-tiiba Anggi mencekal tanganku dan berkata, "kalian nggak jadi putus?' tanyanya lagi.

"Enggak. Udah nanti aja nanyanya. Itu singanya keburu nyari mangsa lagi nanti," kataku langsung berjalan menuju Arvin.

Arvin langsung memeluk pinggangku posesif. Kalau kayak gini rencanaku bisa gagal, padahal aku nggak mau anak kampus tahu kalau aku adalah pacarnya Arvin. Dengan kejadian tadi dan pelukan Arvin barusan mengatakan kalau aku adalah pacarnya.

Aku benci sekali jadi bahan gosipan anak kampus.

TBC

yuhuuuu ... udah, kan? belum tamat, kok. belum muncul orang ketiga, keempat, kelima, kesekian kalinya. wkwkwkw :P

nihh ... dapat salam dari duo geboy Arsensha..

 dapat salam dari duo geboy Arsensha

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
🍋 ARSENSHA (END) 🍋 Where stories live. Discover now