Arsensha 10 - Childish

Start from the beginning
                                    

Arvin perlahan melepaskan pelukannya, dan berbalik menghadap Tante Audy. Kemudian ia menaruh buah apel yang kupegang, lalu merangkulku dari samping.

"Tapi kan Arvin maunya sama Sensha, Ma. Udahan aja deh Ma masaknya," kata Arvin meminta pada mamanya.

"Ya udah kali ini Mama ngalah deh. Biar Mama aja yang masak, tapi biarin Sensha menyelesaikan pekerjaaannya yang tertunda. Gak baik kalau udah melakukan sesuatu tapi gak selesai, loh," kata Tante Audy sambil melirikku.

Jujur kali ini Arvin yang membuatku kesal. Apa salahnya sih kalau aku membantu Tante Audy masak?

"Ya udah aku selesaiin nyucinya dulu," kataku. Aku menyuci buah apel yang tertunda. Setelah selesai aku meletakkan buah apel di samping blender. Padahal aku ingin sekali membuat jus apel. Siang-siang begini sepertinya segar.

"Aku buat jus apelnya sekalian ya, Arv? Boleh kan?" pintaku pada Arvin. Dia menimbang permintaanku. Wajahnya terlihat mengerut. Sementara aku terus memasang muka penuh permohonan padanya.

"Boleh, deh."

Untung saja Arvin mengizinkanku. Aku membuat 4 gelas jus apel untukku, Arvin, Tante Audy dan Bik Wati. Karena aku tidak jadi membantu Tante Audy memasak, akhirnya Bik Wati-lah yang menggantikanku.

Lalu Arvin membawaku ke kamarnya, jangan mikir yang aneh-aneh apa yang kulakukan di sana. Aku butuh perjuangan keras untuk membujuk Arvin agar tidak mengunci kamarnya, walau melalui perdebatan yang sengit, akhirnya Arvin menurutiku.

Dan sekarang, aku di sini ... di kamar Arvin. Dan hanya menemani Arvin menonton TV saja. Kalau gitu kan di ruang tamu juga bisa.

Saat sudah sampai di kamar Arvin, aku langsung saja duduk di sofa sambil membawa dua gelas jus apel. Aku tidak memperdulikan Arvin yang berusaha merayuku yang sejak merajuk. Kupasang wajah cemberutku karena kekesalanku padanya.

Arvin mendatangiku dan meminum jus apel buatanku tadi.

"Manis ...." ucapnya, lalu ia menoleh ke arahku dan berkata, "tapi lebih manis yang buat, sih." Arvin berkata sambil merayu. Aku tersenyum tipis menghargai usahanya. Tapi tetap saja aku masih marah padanya.

Aku tetap diam, tidak membalas gombalannya.

"Mbul, kamu tahu gak?" katanya. Aku tetap diam.

"Kamu jelek kalau cemberut gitu."

"Oh."

"Yah, kok singkat gitu reaksinya," katanya.

"Bodo amat deh, Arv. Suka-suka kamu aja," kataku masa bodo, sebenarnya mau dia apa sih?

"Iya, tapi aku suka kamu."

Aku diam.

"Mbul, udahan dong marahnya. Kamu ke sini kan buat nemenin aku. Kok kamu cemberut gitu," katanya.

"Ya udah sekarang kan aku udah di sini. Kamu udah puas kan?" kataku padanya. Arvin terus berusaha membujukku. Tapi aku kesal padanya, karena dia, aku gak bisa bantuin Tante Audy masak. Padahal dia tau kalau aku pengen banget nyobain resep ayam bumbu kuning dari Tante Audy.

"Dih, Mbul. Kamu makin gemesin tau gak? Tapi kamu tambah jelek kalau cemberut gitu. Aku suka kalo kamu senyum," Arvin mengatakannya dengan wajah tanpa rasa bersalah. Santai banget, Mas.

Kalau ngomong coba dipikir dulu, asal bicara aja. Suka-suka aku mau masang wajah gimana, jelek yaudah.

Aku merasa bosan dengan tingkah Arvin yang seperti itu. aku mengambil ponselku dan membuka beberapa aplikasi sosial mediaku. Mungkin membuka instagram bisa menghiburku.

Aku asyik memberikan simbol 'love' pada akun instagram temanku, kadang juga aku membuka akun instagram temanku dan men-stalk -nya. Lucu juga ya kalau lihat momen-momen teman kita.

"Mbul, jangan acuhin aku, dong. Asyik banget sih buka sosmednya," katanya. Tapi aku tidak menjawab aksi protesnya. Aku tetap fokus pada layar ponselku dan melihat beberapa foto dan video lucu. Sedikit bisa menghiburku.

Saat aku membuka video lucu dari akun instagram milik temanku, aku tertawa lepas. Tapi tiba-tiba Arvin merebut ponselku dengan cepat. Bahkan aku tidak bisa melawannya dan mengambil kembali.

"Ish, apaan sih kamu, Arv? Ngambil ponsel aku sembarangan. Kembaliin sini ponsel aku," ujarku kesal padanya. Menatap matanya penuh dengan kekesalan. Baru saja aku terhibur, dan sekarang dia menghancurkan suasana hatiku.

Tapi Arvin sama sekali tidak mau mengembalikan ponselku dan malah mengacuhkanku. Jadi dia mau balas dendam?

Kulihat dia sedang asyik mengotak-atik ponselku. Aku tidak bisa melihat apa yang dia lakukan. Tiba-tiba dengan mudahnya dia mengembalikan ponselku padanya.

Aku melihat apa yang dia lakuin barusan dan ternyata dia barus saja nge-blok akun instagram temanku yang membuat video lucu tadi. Kejam!

"Arvin, apa yang kamu lakuin? Dia itu teman aku. Kenapa kamu blok dia? Kamu ngeselin banget sih jadi orang," kataku, aku menatapnya dengan wajah merah penuh kemarahan. Apa hak dia buat ngeblok akun orang lain? Padahal aku gak pernah seperti padanya.

"Aku kan udah pernah bilang sama kamu jangan cuekin aku kalau lagi ngomong. Kamu malah asyik sendiri. Jadi jangan salahin aku," katanya dingin. Dia sama sekali keterlaluan. Memasang wajah datar tanpa rasa bersalah. Meminta maaf pun tidak.

Aku kesal dengannya. Lihat saja, aku gak mau ngomong sama dia. Bahkan membalas setiap pesannya. Sekali-sekali orang seperti itu harus diingatkan, bahwa setiap hubungan itu ada batasnya. Semua orang memiliki privasi yang pasangannya tidak perlu tahu.

TBC

gimana? ada yang kangen sama Arvin, enggak? hehe

minta kritik dan sarannya, ya:) terserah kalian mau mem-vote atau enggak, hehe:)

🍋 ARSENSHA (END) 🍋 Where stories live. Discover now