Arsensha 6 - Arvin Marah?

Start from the beginning
                                    

Dia tadi pagi juga tidak menghubungiku, dan tidak menghubungi bunda juga. Apa dia marah padaku? Tapi kalau dia marah sama aku, harusnya aku saja yang tidak mendapatkan pesan darinya, kenapa bunda juga tidak dapat?

Banyak hal yang mengganggu pikiranku tentang Arvin.

"Sha, cepetan turun. Malah ngelamun. Ini udah sampai," kata bunda mengguncang bahuku.

Ini gara-gara Arvin, sih. Aku sampai gak sadar kalau sudah sampai. Aku dan bunda segera masuk ke dalam supermarket dan mengambil troli belanjaan.

Oke, sekarang waktunya untuk belanja. Bunda dengan cekatan mengambil keperluan rumah. Mulai dari sayuran, buah, dan daging. Membeli beberapa bumbu masak, mie instan, telur, mmm ... apa lagi, ya? Aku pun tak kalah heboh dengan bunda, aku membeli bebarapa makanan dan minuman ringan. Kan lumayan bisa nemanin aku sambil nonton drama.

"Sha, kamu mau beli apa? Cepat ambil." Bunda menyuruhku. Apa lagi, ya? Kenapa aku jadi bingung mau membeli apa.

"Oke, Bun," kataku. Aku segera pergi ke tempat makanan ringan lagi, siapa tahu ada jenis makanan yang kulupakan. Ah, ya! Coklat dan permen. Mungkin membeli es krim juga tidak masalah. Hehehe.

Saat aku ingin mengambil coklat kesukaanku, ponselku tiba-tiba berbunyi.

Tante Audy?

"Halo, Tan?"

"...."

"Gak ada, kok, Tan. Memang kenapa?"

"...."

"Masa sih?"

"...."

"Bisa, tapi Sensha lagi di supermarket sama bunda. Nanti Sensha izin dulu sama bunda, ya, Tan."

"...."

"Iya, sama-sama, Tan."

Ada apa lagi sih dengan Arvin?

***

Aku gak pernah tau apa lagi yang diinginkan oleh Arvin. Kenapa harus bawa-bawa tante Audy juga sih? Untung saja bunda mengizinkan aku untuk pamit pergi ke rumah Arvin.

Sekarang aku sudah ada di rumah Arvin, tante Audy memintaku membujuk Arvin agar mau keluar dari kamar. Seperti anak kecil saja. Padahal rencanaku hari ini, ingin maraton drama korea di kamar. Tapi gara-gara Arvin, aku tidak bisa melakukannya. Lagipula aku juga tidak bisa menolak permintaan tante Audy.

"Tante mohon sama kamu, ya, Sha," pinta tante Audy.

"Iya, Tante. Sensha usahain, ya. Sensha juga gak tau kenapa Arvin gitu," kataku. Terlihat kekhawatiran dalam raut wajah tante Audy.

Tante Audy adalah sahabat dari bunda, makanya bunda sayang banget sama Arvin. Dan aku tidak menyangka bahwa pria yang kutolong waktu itu adalah anak dari sahabat bunda, setelah dia mengklaim aku menjadi pacarnya, sejak itu juga bunda merasa senang banget, apalagi Arvin anak dari sahabatnya. Biasalah, ibu-ibu rumpi. Apalagi yang mereka lakukan selain arisan, mereka juga sering ngerumpiin anak-anak mereka.

"Tapi, Sha, kamu memang gak ada masalah kan? Arvin gak mau keluar kamar sejak tadi malam. Setelah pulang dari rumah kamu," tanya tante Audy. Sepertinya ada ikatan batin seorang ibu dalam diri tante Audy dan bunda. Mereka sampai menanyakan hal yang sama padaku.

"Eh? Gak ada kok, Tan. Kita baik-baik aja," kataku. Memang benar kan?

"Ya udah, kalau gitu. Kita ke kamar Arvin aja sekarang. Mungkin dia mau keluar kalau kamu yang bujuk dia."

"Iya, Tan."

Jujur aku takut, takut kalau aku gak bisa membujuk Arvin. Dia senang sekali berulah, dan selalu aku yang dilibatkan.

"Cuma sama kamu Arvin bisa nurut, sejak ketemu kamu, dia jadi berubah. Dia bakalan ngelakuin apapun yang kamu bilang."

Hah? Masa sih?

"Hehe, mungkin, Tan. Padahal Sensha kan gak ngapa-ngapain," kataku meringis. Aku bingung menanggapi apa.

"Tapi bener loh, Sha, sekarang dia juga udah gak keras kepala lagi seperti dulu. Dia selalu senyum-senyum gitu. Apalagi kalau habis ketemu kamu," kata tante Audy lagi.

Benarkah? Tapi rasaku dia masih keras kepala. Huh.

Aku hanya tersenyum. Bingung mau ngomong apa lagi. Dan sekarang aku dan tante Audy sudah ada di depan kamar Arvin. Aura dingin sudah terasa. Kenapa perasaanku gak enak ya?

"Coba kamu ketuk pintunya, dia mau keluar apa gak?" kata tante Audy.

Seketika aku jadi takut, suasananya menjadi sedikit horro. Em ... bukan sedikit horror, tapi memang horror. Seperti ruangan di balik pintu ini adalah ruangan pembantaian masal. Aduh, aku ketuk gak ya? Tapi, tapi ... kalau Arvin makin marah gimana?

Kuberanikan diriku mengetuk pintu, terserah deh Arvin mau marah atau gak sama aku. Yang penting aku sudah nepatin permintaan tante Audy.

Kalau seandainya dia tidak membukakan pintu untukku, mending aku pulang saja.

Aku kemari karena aku tidak tega pada tante Audy yang terus memohonku. Bagaimana pun aku sangat akrab dengan tante Audy, beliau menyayangiku seperti menyayangi Arvin. Mungkin karena perkataan tante Audy tadi, Arvin berubah menjadi lebih terbuka dibanding sebelumnya.

Aku mengetuk berulang kali, tapi tidak ada satu pun jawaban atau pintu itu terbuka.

"Duh, Tan. Gimana? Kayaknya Arvin emang gak mau buka pintu deh," kataku.

"Coba lagi sekali, Sha, mungkin Arvin mau membukakan," pinta tante Audy. Aduh, Tan, sebenarnya aku takut. Gimana kalau Arvin keluar dengan mengeluarkan tanduknya.

"Tapi ... tapi, Tan. Gimana kalo di-"

"Tante mohon, Sha," pinta tante Audy lagi.

Baiklah, aku akan mengalah. Semoga kalau Arvin membukakan pintu, dia tidak berada dalam mode marahnya.

"Arvin ... buka pintunya, dong." Aku terus mengetuk pintu kamar Arvin. Tapi sama seperti tadi, tidak ada hasilnya. Pintu itu tetap tertutup rapat seperti awal aku datang.

Aku menatap mata tante Audy. Tersirat wajah khawatir di sana, aku jadi tidak tega pada tante Audy. Dia masih mengharapkanku agar bisa membujur Arvin.

"Ya udah, Arv, Aku lebih baik pulang aja, daripada aku ke sini tapi kamunya gak mau bukain pintu," kataku menyerah.

Aku menoleh ke arah tante Audy dan memberikan senyumku untuknya, tanda aku menyerah. Sudah berulang kali aku membujuknya tapi Arvin sama sekali tidak mau luluh.

Aku bisa apa?

Tante Audy merangkulku dan kami mmutuskan untuk turun ke bawah, mungkin Arvin ingin sendiri dan tidak ingin diganggu oleh siapapun. Termasuk aku.

Ada rasa sakit dalam hatiku saat Arvin mengacuhkanku seperti ini.

Tiba-tiba kurasakan pelukan hangat dari belakangku.

"Jangan tinggalin aku, Sha."

TBC

hai, syalala~ aku balik lagi membawa Arvin dan Sensha. maaf, kalau beberapa hari ini jarang update, hehe. dan maaf juga kalau part ini agak-agak gimana gitu /ihiy/

jangan lupa vote dan comment cerita ini ya. terima kasih buat teman-teman yang sdh meluangkan waktunya, bubay~

🍋 ARSENSHA (END) 🍋 Where stories live. Discover now