"Kring... Kring..." Bel sepeda berdering menyadarkan Yuki untuk bergegas merampungkan sarapan. Setelah selesai, Ia menyalami tangan Mamanya untuk pamit. "Ma... aku berangkat, jangan lupa Loly dititipin ke penitipan" Pesan Yuki sebelum berangkat. Ia tak pernah lupa untuk mengingatkan Bella menitipkan Loly, kucing kesayangannya ke penitipan binatang di kompleks rumah.

"Iya Hati-hati" Balasnya dan Yuki langsung pergi begitu mendapat ijin.

Diluar, seorang cowok sedang duduk diatas sepedanya sambil melambaikan tangan yang memakai gelang yang sama dengan Yuki. Ia menyambut Yuki dengan senyuman meski sambil menggiring sepeda. Gelang kulit warna hitam dan punya gantungan bintang kecil sebagai tanda persahabatan mereka. Sejak pindah ke perumahan ini, Yuki punya teman sekaligus keluarga meski tetangga. Mereka jadi sahabat sejak masuk sekolah menengah pertama. Yuki mengenal sosok ini, bahkan sampai menghadiri sunatan yang menjadi puncak akhil baligh bagi sahabatnya itu. Terdengar aneh memang, tapi bagi Yuki dialah teman yang berusaha mencerahkan harinya setiap hari.

"Udah siap?" Tanyanya basa basi seperti biasa

"Udah dong," Balas Yuki tersenyum

"Kalo gitu kita berangkat" Ujarnya bersiap-siap.

"Tunggu, elo gak lakuin rutinitas pagi kita?" Tanya Yuki menghadang temannya untuk menganyuh sepeda.

"Oh iya lupa, pagi Redstar" Sapanya mendentingkan gelangnya ke gelang milik Yuki. Perlu tahu, Yuki pecinta warna merah karena saking fanatiknya sama Mickey Mouse. Tikus yang lucu baginya dan tentu saja baik dan berhati lembut.

"Pagi Bluestar" Balas Yuki tersenyum bahagia. Sahabat Yuki ini sangat suka warna biru terbukti dari sepeda lipat mahalnya yang berwarna biru langit. Satu kebiasaan lainnya yakni acakan poni kebangsaan Yuki sudah menjadi hal paling dibenci membuat kekehan terdengar nyaring dari sobat sejatinya itu.

"Selalu aja ngacak poni gue" Imbuh Yuki menepis tangan sahabatnya lalu merapikan poninya dengan cepat.

Yuki membalas mengacak rambut orang didepannya "Elo juga sama," Balasnya terkekeh

"Udah deh, yuk berangkat ntar keburu telat sampe sekolah" Yuki langsung menaiki sepedanya dan bersiap-siap untuk menggoes.

"Yup, gue juga gak mau ibu Wati menghukum kita dengan rol panjangnya" Tuturnya seraya melajukan sepeda membuat Yuki tertawa. Mereka melajukan sepeda bersamaan kadang saling berlomba siapa yang tercepat sampai disekolah biarpun cuma 15 menit dari komplek.

Mereka sampai disekolah sebelum bel berbunyi dan memarkirkan sepedanya dengan rapi. Sahabat Yuki ini cuek dengan pandangan orang, Ia langsung merangkul Yuki tanpa meminta persetujuan terlebih dulu. Ya.... dia slengean dan tak perduli tanggapan orang tentang persahabatan mereka. Kenalkan namanya Stefan William cowok yang mereka bilang keren, cool, dan drummer handal. Semua cewek terpesona dengan penampilan Stefan, tapi bagi seorang Yuki tidak. Yuki menganggapnya teman sejati, bestfriend abadi. Sebab pertemanan yang begitu dekat, mengenalkan Yuki pada sosok Stefan sebenarnya. Stefan adalah sahabat yang jahil dan menyebalkan jika mereka sedang bersama.

Mereka berjalan bersama ke kelas dimana tangan Stefan masih merangkul leher Yuki santai tak perduli tatapan sinis orang yang menatapnya. Satu lagi, Stefan William merupakan cowok favorit disekolah meskipun Yuki tak sependapat. Bagi Yuki, Stefan terlalu kurus untuk jadi cowok idaman namun hal itu tidak mengubah pandangan cewek-cewek sekolah terhadap sobatnya itu. Stefan memang memiliki tubuh kurang proporsional untuk ukuran anak SMA namun keturunan bule menjadi hal yang patut dipertimbangkan darinya. Stefan memiliki tubuh yang tinggi, kulit putih, rambut dark brown, hidung mancung, bola mata berwarna hazel dan bibir tipis pink membuatnya layak menyandang gelar cowok keren disekolah.

NOT LOVE STORY - DestinyWhere stories live. Discover now