Another Conflict

4.6K 406 25
                                    

Prilly sedang asyik menonton TV dirumahnya, karena hari minggu adalah hari untuk bersantai. Pagi tadi dia sudah memberikan tenaganya untuk membantu Jesika memasak, hal yang dulu setiap pagi dilakukannya hanya untuk seorang Ali.

"Kecil..." Gerakan dari sofa di sampingnya membuat Prilly menoleh. Hito yang menghilang karena kesibukan pekerjaannya muncul dengan wajah sumringah tanpa dosa dihadapan gadis itu.

Prilly hanya menatap Hito datar, rasa marah karena tak ada kabarnya Hito tetiba muncul. "Masih inget gue loe?! Kirain udah lupa!" Prilly mengambil remote TV di depannya dan menekan tombol besar warna merah.

Tanpa ekspresi gadis itu berdiri dan berjalan pergi, meninggalkan Hito yang cengo dengan sikap berlebihan sahabatnya itu.

Menyadari jika Prilly sudah menjauh, Hito pun menyusul. "Cil... jangan marah donk. Elo masih yang terbaik di hati abang kok." Hito menunjukkan puppy eyes-nya, berharap Prilly akan luruh.

"Gue sebel sama elo akh! Pergi seenaknya, datang juga gitu, udah kayak jelangkung tau gak loe!" Ucapan Prilly terhenti karena deringan dari gawai di saku celananya.

"Halo."

"Prill... tolongin gue! Keyla badannya panas banget. Bisa ke sini gak? Anterin gue ke Rumah sakit."

"Seriusan?! Oke... gue kesana sekarang."

Bip...

Hito yang mendengar percakapan Prilly mengerutkan dahi, kemudian kembali menyusul Prilly yang sedikit berlari menuju kamarnya di lantai atas.

"Cil... jangan lari-lari di tangga, entar jatoh." Hito ikut berlari mengejar langkah Prilly.

Gadis itu sibuk dengan pemikirannya akan Keyla, Hito pun sudah tak terlalu penting baginya. Masalah marah, nanti kalau urusannya sudah selesai, Hito akan habis dimaki-maki olehnya.

Brak...

Prilly menutup pintu kamarnya, menghiraukan Hito yang hidungnya kejedot pintu kamarnya.

"Ya Allah kecil... Hidung gue..." Hito mengelus hidungnya yang terasa berdenyut. Tubuhnya bersandar pada pintu kamar Prilly. Tenaganya seakan terserap ke ujung hidung yang terasa nyeri.

Klek...
Bug...

Belum juga hidungnya baikan, kali ini pantatnya sukese mencium lantai keramik kamar. Prilly yang melihat Hito terjengkang itu seketika tertawa terbahak-bahak.

"Elo ngapain? Terjun bebas?" Prilly belum menghentikan tawanya. Hito berdiri tertatih, rasa sakit di hidung dan pantatnya seakan membuatnya menjadi seorang pesakitan yang merana.

Sudah jatuh tertimpa tangga, itulah peribahasa yang cocok untuk Hiyo saat ini.

Menyadari Prilly yang sudah rapi dengan pakaiannya, Hito mengeryit, gabungan antara menahan sakit dan kerapian baju Prilly.

"Mau kemana loe?"

Prilly seketika menghentikan tawanya, wajahnya mendadak kembali menampilkan raut kecemasan.

"Ada urusan, penting. Gue kudu pergi sekarang, nanti gue sms deh."

Hito menghadang langkah Prilly dengan tangan yang terentang. Gue ikut." Dua kata yang dilontarkannya membuat Prilly memberengut.

"Ini urusan cewek, masak loe mau ikut sih?"

"Bodo' gue pokoknya mau ikut. Titik." Hito menarik tangan Prilly, kemudian melangkah pergi. Prilly yang tak siap hanya bisa menurut dengan langkah tergopoh, langkahnya yang kecil mengikuti langkah Hito yang besar? Susah.

HARMONIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang