Bertahan atau?

5.3K 493 17
                                    

Al mendongakkan kepalanya saat mendengar suara decitan pintu, saat itu juga dia merasakan udara segar khas pagi hari menyeruak, memenuhi rongga hidung dan dadanya.

Sejenak Al mengerjap-ngerjabkan matanya yang sedikit kabur, ia merasa sedikit berat di pundak kanannya, dan saat menoleh Al tersenyum, karena Yuki tidur bersandar di bahunya dengan jas almamater yang sudah melorot ke bawah, karena malam tadi Al menyelimuti tubuh Yuki dengan jas almamaternya.

"Kalian ngapain disini?" Pak Darmun satpam sekolah yang kebetulan akan meletekakan kursi patah di gudang dikejutkan oleh dua orang yang sedang tidur dengan posisi yang kurang nyaman.

"Eh, udah pagi ya?" Ucap Yuki dengan suara khas bangun tidur,

Yuki mengucek matanya yang terasa sedikit pedih, kemudian tersenyum girang saat pintu gudang sudah terbuka, dan Ia menghampiri pak darmun yang masih tertegun.

"Alhamdulilah, akhirnya kebuka juga, ya Allah pak, makasih banget ya, untung ada bapak, kalau gak kita mungkin udah membusuk disini Pak" Yuki menjabat tangan Pak Darmun dengan girang, kemudian pergi meninggalkan gudang menuju indahnya dunia di luar sana.

Seperti seorang narapidana yang baru keluar dari jeruji besinya, Yuki merentangkan kedua tangannya dan menghirup udara pagi dengan mata terpejam.

"Lebay banget sih Loe!" Suara Al membuat Yuki berjingkat sejenak,

"Bukan lebay, tapi bentuk ucapan syukur ini, elo gak ngerasa pengap semaleman kayak dipenjara?" Yuki melangkahkan kakinya, hendak menuju ke lokernya, mengambil perlengkapan mandi yang entah kenapa sengaja ia letakkan disana, dan sekarang Yuki tahu kegunaan benda-benda yang menurut Prilly tak penting itu.

"Kalau kejebaknya sama elo sih gue ngerasa kayak di surga" Gumam Al yang tak terdengar oleh Yuki, karena gadis itu sudah jauh di depan Al.

~~~♥♡♡♡♥~~~

Prilly baru saja hendak keluar dari mobil, tapi pandangan matanya menangkap suatu pemandangan yang kurang menyenangkan mata dan hatinya, di sana, Ali sedang berbicara dengan Nikita. Ya, Pilly sudah tahu, gadis cantik berwajah oriental itu adalah Nikita Anggi, gadis yang sejak dua tahun lalu dikejar Ali.

Prilly mengembuskan nafasnya panjang, berharap rasa sesak yang tiba-tiba menyerangnya hilang sesaat.

Senyum yang tak pernah Ali berikan kepada siapapun selalu nampak saat dia bersama Niki.

Langkahnya terasa begitu berat untuk melangkah. Pagi-pagi moodbooster nya sudah membuat Prilly sedikit sakit hati. Dengan lunglai. Prilly menuju ketempat dimana dua insan yang sedang bercengkrama itu, meskipu cenderung Ali yang bermonolog, karena Nikita tak acuh dengan apa yang Ali bicarakan.

"Ali..," Panggil Prilly saat dia berdiri di samping Ali.

"Apa?!" Ucap Ali sinis, saat melihat Prilly berdiri di sampingnya, senyum tulus yang baru saja diberikan untuk gadis itu hilang lentap saat melihat Prilly.

Nikita yang melihat perubahan ekspresi di wajah Prilly hanya bisa menggeleng lemah, kasihan, adalah rasa yang diberikan Niki untuk Prilly, dari sorot mata Prilly Niki tahu gadis itu memiliki rasa untuk Ali.

"Ali! Hargai cewek donk, jangan gitu, makin gak respect gue sama elo!" Niki meninggalkan Ali, membuat Prilly melongo, sedang Ali menatapnya tajam penuh amarah,

Batinnya berkata Prilly adalah hama yang membuat hubungannya dengan Niki semakin buruk.

Prilly hanya bisa menunduk, entahlah, rasanya ia seperti ingin menangis.

HARMONIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang