Pertengkaran!

8.7K 622 24
                                    

Sudah dua bulan Yuki dan Prilly belajar musik di SMPursand ini, dan semuanya tidak ada yang istimewa bagi mereka. Setiap hari mereka sekolah pukul 7 pagi dan pulang pukul 3 sore dengan hanya satu kali istirahat, yaitu dipukul 10 pagi sampe 12 siang.

Selama dua jam itu pun banyak yang menghabiskan waktu dengan berlatih di ruang musik atau di ruang latihan gerak dan tari, karena memang sekolah musik Purwasandika ini juga memiliki jurusan seni gerak dan tari, sisanya mereka yang memiliki sifat pemalas atau terlambat untuk booking tempat lebih memilih menghabiskan waktu dikantin.

Yuki, hari ini lebih memilih untuk menikmati waktu istirahat di kantin. Entahlah, bosan saja rasanya tiap hari harus ke ruang musik untuk bermain cello yang diiringi lantunan biola dari Prilly.

Prilly? Dia sedang berkencan dengan biolanya di ruang musik. Jangan ditanya jika tentang gadis mungil itu, impiannya hanya untuk menjadi salah satu orchestra team Purwasandika, jadi mati-matian dia selalu melatih kemampuannya, supaya mimpinya dapat terwujud.

Yuki? Dia juga memilikI mimpi tergabung dalam orchestra team Purwasandika, hanya saja dia tak terlalu berambisi seperti Prilly. Dia juga butuh me time dengan dunianya sendiri.

Yuki memandang isi kantin menyeluruh, berharap menemukan spot yang bagus untuk menikmati makanannya dan mungkin sedikit bersantai dengan buku Novel Dee Lestari yang dijepit di ketiaknya.

Pandangan matanya mengarah pada tempat duduk di bagian pojok dekat jendela kaca besar, disana sepertinya lebih tenang, dengan langkah besarnya Yuki segera mengarahkan kakinya ke sana.

Baru akan meletakkan nampan berisi makanannya, seorang laki-laki berkaos hitam dengan Jas almamater yang sama dengan milik Yuki itu meletakkan nampan berisi makanan tepat di hadapan Yuki, membuat gadis itu sedikit terhenyak kaget.

Yuki meletakkan nampan dan bukunya di meja, kemudian melipat kedua tangannya di dada sambil menatap tajam ke arah laki-laki yang entah datang dari mana.

"Ini tempat udah gue tempatin, dan gue gak butuh temen, loe yang gak berkepentingan sama gue, pergi jauh sana!"

Yuki menjatuhkan pantatnya di kursi sesaat setelah laki-laki berkaos itu berbicara, tak peduli dengan kalimat yang baru saja di ucapkan laki-laki itu.

Laki-laki itu memutar bola matanya sambil mengurut pelipisnya dengan tangannya yang bebas,

Yuki sudah akan bersiap memasukan sendok berisi nasi itu kemulutnya,

Brakkk !!!!

Suara gebrakan meja yang tiba-tiba membuat Yuki menjatuhkan sendok di tangannya, nasi yang seharusnya masuk ke dalam mulutnya berhamburan di meja dan rok seragamnya.

Akh, laki-laki itu sungguh menyebalkan!! Gerutu Yuki dalam hati,

Gemuruh manusia yang semula terdengar memekakan telinga kini hening, semua murid mengarahkan pandangan matanya ke arah dua manusia yang sedang bersitegang itu.

Yuki menghembuskan nafas pelan sambil memejamkan mata dan mengelus dadanya, sabar.

"Elo tahu gak kalau semua murid yang sekolah di sekolahan ini memiliki hak untuk duduk dimanapun yang dia suka." Yuki mengangkat satu alisnya dan menatap laki-laki yang masih menjatuhkan tangannya di meja itu.

Laki-laki itu mengepalkan tangannya geram, dia sudah bersiap untuk menendang meja di hadapannya,

"Ali, udah! Kita bisa cari tempat duduk yang lain," seorang laki-laki yang ternyata sejak tadi berada di samping Ali menginterupsinya untuk menghentikan aksi anarkisnya itu.

HARMONIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang