Kembalinya Rasa

5.4K 411 25
                                    

Yuki merasakan kepalanya berdenyut, hingga tanpa sadar, gadis itu mengurut pelipisnya sambil memejamkan mata, ada untungnya juga saat ini dia sedang duduk manis di mobil, didampingi dengan pemuda tampan lagi.

"Pacar gakpapa? Muka kamu pucet gitu." Al menampilkan wajah cemas saat dilihatnya Yuki terpejam dengan bibir yang terlihat pucat.

"Berhenti panggil gue pacar, ini cuma drama Al, dan gue yakin ga lama semua bakalan berakhir." Yuki menutup matanya rapat, rasa nyeri yang menyerangnya membuat mata kanannya seolah hampir terlepas dari tempatnya.

"Kok balik elo gue lagi? Aku gak pernah berharap kalau semua Ini drama, aku sejatinya pingin ini semua real, nyata, dan soal perasaanku, kamukan uda tau kalau udah nembak kamu jadi pacarku."

"For God shakes! Terus, karena elo gak mau gue tolak, elo malah manfaatin kekuasaan elo gitu?!" Rasa sakit dikepalanya menjadi, Yuki sudah tak ingin berdebat, dia hanya mau tidur, itu aja.

"Aku gak..."

"Sttt.... diem, gue bener-bener butuh merem sekarang." Al memandang Yuki. Dilihatnya gadis itu sudah memejamkan mata, dan tubuhnya bersandar pada sandaran jok.

Al hanya tersenyum melihat Yuki yang terlihat lebih menawan saat tertidur, wajahnya yang polos tanpa make up membuat Al semakin yakin jika Yuki adalah gadis sederhana yang bisa membuat harinya lebih indah dan penuh warna.

~~~♥♡♡♡♥~~~

Hito untuk kedua kalinya melihat adegan tatap Ali dan Prilly, dan jujur dia merasa jengah, pria itu berdecak sekali kemudian melangkahkan kakinya menuju Prilly.

"Udah ayo balik." Prilly menoleh kearah Hito dengan ekspresi yang masih sama.

Ali mendadak sendu, sepertinya jalannya untuk membuat Prilly kembali mencintainya tak semulus kulit bayi, ada satu pria yang akan menjadi saingannya dan tak bisa dianggap remeh, meski hati kecil Ali berkata jika Prilly masih mencintainya, tapi, bukankah perkataanya tempo hari sudah sangat menyakiti hati gadis itu? Ali tetiba ragu dengan apa yang hati kecilnya rasakan.

Ali dan Hito saling tatap, sorot mata yang sama-sama tajam itu seakan menyiratkan bendera warna merah sedang dikibarkan. Tak ada yang berkata-kata diantara mereka, hanya semilir angin lewat menjadi saksi ketegangan mereka berdua.

Prilly yang merasakan hawa tak mengenakan mencoba untuk melerai, ditariknya Hito menjauh dari Ali, dan menuju ke tempat yang semula ingin mereka tuju, mobil yang terparkir di depan gerbang.

"Elo suka ya sama cowok itu?" Hito memecah keheningan saat suasana di dalam mobil terasa sangat tidak menyenangkan.

"Gak cuma suka, tapi gue cinta sama dia." Prilly tertunduk.

Diluar dugaan, Hito tertawa terbahak, membuat Prilly menaikkan satu alisnya, heran.

"Wah, kurang obat ini anak."

Takk...

"Sakit pe'a?!" Prilly mengelus keningnya yang baru saja di sentil oleh Hito.

"Terus cowok itu gak cinta sama elo gitu?" Prilly mengangguk sambil menampilkan ekspresi wajah sendu.

"Bhuahahhhaa... ," Hito semakin kurang ajar saat tertawa, hingga sampai memukul-mukul stir mobil, Prilly ingin menangis saja rasanya melihat Hito yang seperti mengejek itu.

HARMONIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang