Wish

5K 398 60
                                    

Hari ini Yuki tengah membantu Siwi memasak di dapur, mengenai percakapan lalu antara dirinya dan Adipati, sudah tak lagi dibahas, Adi memilih diam dan Yuki memilih untuk bersikap seperti biasa.

"Liburmu sampe kapan nduk?" Yuki bergeming, tangannya yang sedang asyik mengiris bawang mendadak terhenti.

"Minggu depan buk." Lengkungan bibirnya menampakan satu titik cekung dibibir sebelah kirinya. Tangannya kembali melanjutkan mengiris bawang, Yuki dapat jatah memasak Plecing kangkung, yang disiram dengan sambal bajak.

"Gimana disana? Sudah sampai mana kemampuan bermusik kamu?! Padahal di Jogja sini banyak sekolah seni, kok kamu malah milih di sana." Tangan Siwi bergerak memotong-motong kangkung.

"Kan mas Adi yang milih buk, Yuki manut aja."

Mendadak, gadis itu menghentikan kegiatannya, matanya menatap lekat ke arah Siwi yang asyik dengan pekerjaannya, jika seperti ini Siwi nampak seperti seorang ibu rumah tangga yang luar biasa, karena bisa melakukan pekerjaan rumah tangga tanpa pembantu.

"Buk..." Yuki menelan ludah, sejak semalam otak dan hatinya sedang dalam berdebatan yang rumit, pertemuan sepihaknya dengan orang itu membuatnya ingin bercerita pada Siwi.

"Kenapa?" Siwi menatap Yuki dengan tatapan keibuan yang selalu membuat Yuki terenyuh.

"Yuki ketemu sama ayah biologisnya Keyla."

Hening...

Siwi memilih untuk melanjutkan memotong kangkung tanpa memberikan tanggapan atas apa yang Yuki katakan. Ia rasanya enggan jika harus membahas masa lalu, Keyla cucunya, masalah siapa bapaknya, ia tak perduli.

Yuki hanya bisa mendesah pasrah, tapi dalam hati ia lega. Setidaknya ibu nya tahu kalau Keyla masih punya bapak, terlepas dari bapaknya tahu atau tidak jika Keyla terlahir kedunia.

"Ekhemm..." Deheman Anton, membuat Siwi dan Yuki menoleh, disana, bapak Yuki yang memiliki perawakan warga campuran Indonesia-Jepang, berdiri gagah dibelakang mereka dengan kaos oblong dan sarungnya. Rambutnya yang panjang selalu digelung ke atas, membuat laki-laki itu terlihat misterius dan garang.

Sedari tadi, ia duduk dibirai samping rumah dekat dapur, jadi jangan salahkan jika ia tak sengaja mendengar percapakan istri dan anak gadisnya itu, kemudian memilih untuk memecah keheningan mereka setelah mendengar Yuki mengungkit pria tak tahu diri itu.

"Kamu gak usah kembali ke kota lagi, balik aja ke Malang, tinggal sama budhemu, dan bantu dia ngurus restoran disana. Jangan balik lagi ke Jogja. Dan... bawa Keyla."

Anton kembali berdehem setelah menyelesaikan kalimatnya, kemudian pergi meninggalkan Yuki dan Siwi yang tengah saling pandang. Hati Yuki terasa tertusuk sembilu saat bapaknya mengatakan kalimat yang terkesan seperti mengusirnya.

Akh... dia lupa, semenjak Sarah meninggal, Anton memang selalu mengabaikan dan membuangnya, membuat Yuki terus mematri otaknya jika kematian Sarah adalah akibat keegoisan dan kebodohannya.

Siwi yang melihat wajah sendu putrinya hanya memberikan kekuatan lewat sentuhan tangan.

Tanpa sepengetahuan Yuki dan Siwi, Anton berdoa dalam hati, semoga dengan begitu putrinya itu bisa terhindar dari semua hal yang berhubungan dengan masa lalu, dan Yukinya yang dulu kembali.

HARMONIZEWhere stories live. Discover now