Mendadak Pacaran

5.7K 429 24
                                    

Terkadang, tanpa kita sadari, apa yang ingin kita tinggalkan justru seakan mengejek dan membuat kita susah untuk menghindar, apakah melupakan harus sesulit itu?

Prilly hanya bisa memindah tubuhnya kekanan dan kekiri, mengingat setiap kejadian yang sepanjang hari ini ia lalui. Ali, bagaimana mungkin dia bisa sebegitu perdulinya dengan dirinya, padahal jelas, apa yang dikatakannya dulu itu terdengar seperti perintah yang tak bisa dilanggar, lantas, kenapa dia menelan ludah yang sudah Ia keluarkan itu?

"Ngapain sih loe, dari tadi glebak-glebak gak jelas gitu?"

"Jabang bayi!!! Hito...! Udah kayak setan aja loe!" Prilly membalik tubuhnya, menatap Hito yang berdiri bersidekap di ambang pintu dengan wajah menyebalkan.

"Gue dari tadi itu ngetuk tu pintu berkali-kali, sampek sakit ini jari-jari gue," Hito berjalan masuk ke kamar Prilly "Karena gak ada jawaban dari loe, gue buka aja, eh gue malah ngeliat loe kayak orang kurang waras gitu, atau? Jangan-jangan loe udah gak waras ya Prill?"

Buk...

"Ya Tuhan Prilly! Ilang ganteng gue, kena iler loe!"

Prilly melempar bantal yang semula untuk alas kepala ke arah Hito dan tepat mengenai wajah pria itu.

"Lagian loe juga gitu kayak seneng banget punya temen gila!"

"Eitss..., gue gak bilang loe gila ya, gue cuma bilang loe KURANG WARAS."

"Sama aja bego! Elo apa-apaan sih, malem-malem ngerusak hidup gue?"

"Enggak ngapa-ngapain sih, cuma mau nawari jasa aja." Hito menjatuhkan pantatnya di sisi ranjang Prilly.

"Maksud loe?"

"Mulai besok gue bakalan anter jemput elo sekolah. Gimana? Minat gak?"

"Sumpah demi apa loe mau ngelakuin itu? Minat banget donk guenya." Prilly tersenyum sumringah, sedang Hito langsung girang, karena mendapat persetujuan dari Prilly.

Entah apa yang ada di otak pria itu, yang pasti wajahnya tampak menyiratkan kelegaan yang teramat sangat.

~~~♥♡♡♡♥~~~

Flashback on

"Mbak Sar, pingin cepet punya cowo nda?" Sarah yang tengah asyik melipat baju yang baru saja ia angkat dari jemuran memandang Yuki penuh tanya.

"Maksudmu?"

"Aku punya kenalan cowok mbak, guanteng buanget orangnya, anak kota? Temennya Esa."

"Owh, temennya pacarmu yang gak punya sopan santun itu?" Sarah mengibaskan kemeja milik Pandu-bapaknya-.

"Kok ngomongnya gitu to mbak? Esa itu orangnya baik." Ada perasaan getir saat Yuki mengucapkan kalimat itu.

"Halah, gak percaya aku, palingan cowok yang mau kamu kenalin ke aku orangnya juga gak sopan." Sarah melenggang pergi, meninggalkan Yuki yang masih mencembikkan bibirnya, tak terima jika pacarnya dihina dina.

"Sumpah mbak, orangnya baik banget, sopan juga, ayolah mbak, mau ya tak kenalin sama dia?" Yuki mengejar kakaknya itu dan menangkupkan tangannya, meminta permohonan agar Sarah mau menuruti permintaanya.

"Kamu kenapa tho? Kok ngeyel banget minta aku suruh kenal sama cowok itu?"

"Soalnya biar mbak Sarah gak jomblo, dan ibuk ngerestuin hubungan aku sama Esa." Sarah melotot tak percaya, adiknya memohon hanya untuk alasan yang menururnya terlalu kekanank-kanakan.

HARMONIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang