Little Happiness

4.9K 431 59
                                    

Enam orang dengan seragam sekolahnya duduk tenang diruangan kepala Sekolah, di depan mereka Pak Ridwan ditemani oleh dua perwakilan yayasan duduk dengan tatapan datar yang seakan menginterupsi lima orang murid yang menatap mereka dengan perasaan campur aduk.

"Bagaimana? Ada yang ingin kalian jelaskan ke kami?" Mereka berlima sontak mengangkat kepala mereka. Saling tatap.

Al mengembuskan nafasnya, ia tahu jika hal ini pasti akan terjadi. "Apa tidak boleh seseorang yang memiliki masa lalu buruk bersekolah disini pak?" Suaranya terdengar tegas. Di sudut pojok kanan mereka, Cynthia memutar bola matanya jengah.

Ketiga pembesar itu saling tatap sejenak, mereka menata tempat duduk mereka dengan gerakan penuh wibawa. Salah satu diantara mereka yang botak berdehem. Menata suaranya agar terdengar lebih berat. Pak Bani namanya.

"Selama masa lalu itu tak menimbulkan suatu hal yang buruk untuk sekolah ini. Bagi saya tak masalah. Toh... Sekolah tempat orang belajar untuk menuntut ilmu." Satu senyum nampak diwajah mereka, senyum lega yang membuat mereka bernafas tanpa susah payah. Tapi tidak diwajah Cynthia.

"Pak! Gak bisa gitu! Yuki sudah punya anak, dan dia juga pembunuh kakaknya, pergaulannya terlalu buruk untuk Sekolah disini, lagian Papa gak mungkin suka kalau ada murid yang suatu saat bisa mencoreng nama baik Sekolah, ada disini." Ucap Cynthia menggebu, matanya menatap nyalang pada tiga orang pembesar tanpa rasa sungkan, rupanya menjadi anak pemilik Sekolah menjadikan Cynthia menjadi seorang yang tak punya sopan santun.

"Kamu dapat kabar itu dari siapa? Kami sudah tau semuanya, Keyla bukan anak kandung Yuki, secara biologis Keyla anak Sarah yang meninggal karena pendarahan waktu melahirkan Keyla dan secara medis itu bukan kasus pembunuhan. Lagipula, Pak Aksara sudah tahu tentang semua ini, dan beliau masih tetap mengijinkan Yuki untuk tetap bersekolah di sini." Pak Ridwan, berujar dengan senyum mengembang diakhir kalimatnya.

Binar kelegaan nampak di wajah lusuh mereka berlima, tidak untuk Cynthia, gadis itu mengepalkan tangannya kuat, rahangnya menggertak kuat. Tapi dia tak akan mau berdebat di ruangan yang tak penting ini. Dia harus segera menemui papanya, meminta penjelasan. Tak kuasa menahan amarah, Cynthia pergi meninggalkan ruangan itu dengan hentakan kaki yang kentara.

Tiga pembesar itu hanya bisa geleng kepala melihat kelakuan anak bungsu komposer terkenal yang ternyata begitu mengenaskan. Korban kurang perhatian orang tua.

"Terimakasih pak, saya berjanji tidak akan mengecewakan sekolahan ini." Ucap Yuki dengan senyum yang mengembang, saking bahagianya ia ingin sekali memeluk seseorang sekarang, tapi ia menahannya, karena tak mungkin ia melakukan itu di depan orang-orang terhormat seperti mereka.

"Kami pegang janji kamu, Yuki." Pak Sony ikut tersenyum.

"Tapi pak, saya penasaran bagaimana mungkin bapak tahu sekua tentang Yuki?" Prilly yang sejak tadi penasaran akhirnya mengeluarkan suaranya.

"Kami ini guru yang selalu perduli dengan muridnya Prilly. Saat orang tua Yuki menghubungi saya dan memberitahukan bahwa Yuki akan berhenti sekolah, saya langsung menuju ke Jogja dan bertemu mereka. Darisana juga akhirnya saya mengerti semuanya. Saya tahu sejak sekolah dasar Yuki ini sudah memiliki banyak prestasi di bidang musik."

Prilly tercengang, sekolah yang dianggapnya tak pernah peduli dwngan keadaan muridnya ternyata begitu perhatian. Dalam hati gadis itu merasa lega, dan ternyata dia tak pernah salah memilih tempat untuk dia menimba Ilmu.

Mereka keluar dari ruangan yang awalnya dianggap pesakitan itu dengan perasan lega yang luar biasa. Satu masalah terselesaikan, mereka sudah bisa konsen ke acara ulang tahun sekolah sekarang.

~~~♥♡♡♡♥~~~

HARMONIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang