Chapter 23 - Aku Membencimu, Kaisar Jung

Mulai dari awal
                                    

Sepasang mata Yunho menatap tajam wajah rupawan namja yang sedang bicara dengan penuh semangat dihadapannya, jari-jarinya menyisir pelan rambut segelap malam yang membingkai wajah indah sang pangeran yang sudah menaklukan hatinya ini. "Apollo harus menerima semua keputusanku dan aku sudah memutuskan kau akan menjadi orang yang selalu kuprioritaskan diatas segalanya! Musuh? Orang yang berani memusuhimu akan kupastikan segera menemui ajalnya! Mencoba menyingkirkanmu? Singkirkan saja mereka semua lebih dulu!"seringai dingin diwajah Kaisar Jung kala mengatakan semua itu tanpa emosi sedikit pun membuat hati Jaejoong tenang.

"Lagipula aku juga sudah memastikan ibusuri akan mendukungmu! Jadi, tidak ada yang perlu kau pikirkan lagi, nikmati saja kehidupanmu di Apollo!" suara berat sang kaisar sekarang terdengar begitu arogan dan berkuasa.

Mulut Jaejoong terbuka lebar, wajah rupawan itu terlihat bingung untuk pertama kalinya sejak Yunho mengenalnya hingga Kaisar Apollo itu tersenyum kecil. "Hwangtaehu Jung?"tanya Jaejoong memastikan karena dalam pikirannya terlintas bayangan yeoja angkuh yang tadi menatapnya dengan mata tajam penuh selidik dan seulas senyum dingin.

"Hwangtaehu Jung dan kedua adikku! Jadi, singkirkan semua kegelisahanmu dan tegakkan kepala cantikmu ini untuk menghadapi semua musuh yang harus kau singkirkan! Bukankah kau tidak suka jika ada yang menghalangi jalanmu?" suara rendah sang kaisar kembali terdengar tajam walaupun sorot matanya mencerminkan kehangatan yang membuat Jaejoong merasa aman dan percaya diri hingga dengan berani menyandarkan kepalanya pada bahu bidang yang terasa nyaman itu.

"Kuharap Yang Mulia tidak akan pernah menyesal karena telah memilihku! Aku ini tidak pernah suka kalah dan sangat egois. Aku juga tidak akan ragu menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuanku!"bisik Jaejoong tegas sementara jari-jarinya mulai membuka beberapa tali kecil yang terkait pada hanbok sang kaisar yang hanya menyeringai acuh.

Dengan mudah Yunho mengangkat tubuh ringan itu dalam gendongannya, sikap manja pangeran nakal itu seolah memberi tanda jika pembicaraan serius mereka telah usai dan ini saatnya mereka berbagi kehangatan. Bibir keduanya mulai bertautan intim dengan mata saling berpandangan yang menyiratkan sesuatu yang lebih daripada hasrat dan gairah panas saat Yunho dengan lembut membaringkan Jaejoong diatas peraduan indah Ares dan mulai membelai pelan tubuh ramping yang masih ditutupi hanbok setipis sutra itu.

"Kau tahu, pangeran nakal? Bertemu denganmu bukan saja membuat hidupku terasa lebih berwarna tapi juga sudah mengubah semua prinsip dan keyakinanku!"bisik Yunho parau diantara ciuman dan lumatan intim mereka yang terasa begitu memabukkan.

Jantung Jaejoong berdebar senang saat mendengar setiap untaian kata sang kaisar yang lebih menyerupai deklarasi untuknya itu. "Ukhmm...Kau juga melakukan hal yang sama dalam hidupku, Jung Yunho!"sahut Jaejoong dengan suara tertahan karena jari-jari panjang sang kaisar dengan nakal meremas sesuatu dibagian bawah tubuhnya yang masih tertutup oleh hanbok setipis sutra. "Disana...Aahh! Lebih keras lagi!"racau Jaejoong tanpa sadar dengan mata terpejam karena jari panjang sang kaisar mulai menimbulkan sensani aneh yang menggelitik sekaligus panas yang menyenangkan ditubuhnya.

Desahan dan erangan kecil itu terdengar bagaikan melodi indah yang mengalun ditengah gelapnya malam. Tangan-tangan kurang ajar itu begitu menyebalkan karena terus menggodanya seperti arak terbaik yang terasa manis sekaligus sepanas bara api yang membakar logikanya. Jaejoong bahkan melupakan semua rasa dingin dan takut yang sebelumnya meronta dalam kepalanya, semua kegelisahannya sekarang berganti dengan rasa berdebar aneh karena dia menginginkan tangan panas sang kaisar menyentuh disetiap senti tubuhnya.

"Kau terasa semanis dan sepanas yang kubayangkan!" suara serak itu diikuti lumatan kuat pada leher jenjang sepucat pualam yang masih tertutupi hanbok putih tipis. Desahan terkejut itu membuat Yunho semakin bernafsu untuk mencicipi kulit beraroma harum itu, lidahnya mulai menelusuri tepian hanbok yang sudah berantakan itu. Menyesap pelan kulit halus milik sosok indah yang tidak akan pernah dilepaskannya lagi meski seluruh dunia mungkin akan menentang keputusannya ini.

APOLLO AND ARTHEMISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang