"I love you, my princess. " Al meletakkan kedua tangannya di pipi Yuki, perlahan ibunya mengusap pelan wajah Yuki yang memerah.

"I love you too..."  Yuki mencium tangan Al yang masih berada di pipinya.

"Besok aku jemput ya?" Tangan Al berpindah ke kepala Yuki, pemuda itu mengusap kepala Yuki dengan sayang, kemudian tersenyum.

Yuki hanya membalas dengan anggukan dan senyum yang menawan, setelahnya, Al benar-benar pergi, melihat Al yang sudah menghilang dari pandangannya, gadis itu berjingkrak bahagia, akh... rasanya... sudah lama dia tak merasakan jatuh cinta seperti ini.

Dan... membuka hati, adalah awal baru untuk Yuki melalui hari-harinya dengan sedikit berbeda.

~~~♥♡♡♡♥~~~

"Bunda... Prilly brangkat ya? Bye... I love you." Pagi ini gadis itu terlihat sangat bersemangat, setelah selesai sarapan, Prilly langsung berpamitan dengan suara khasnya yang membahana.

"Kebiasaan tu anak, iyah hati-hati! Love you too." Jesika pun akhirnya mau tak mau membalas dengan berteriak juga, karena hari ini dia sedang sibuk berkutat dengan dapurnya.

Prilly berjalan sambil bersenandung, tanpa ia sadari, Ali sudah berdiri di depan pintu rumah Prilly, menunggu kira-kira sejak 15 menit yang lalu.

"Omooo! Kaget banget gue! Ali ih..." Prilly memukul pundak Ali karena kaget, Ali tak bilang jika ia akan menjemput Prilly.

"Sori... udah siap? Yuk berangkat!" Ali mengulurkan tangannya dan disambut ceria oleh Prilly.

Mereka pergi ke Sekolah bersama, suatu hal yang selalu menjadi impian Prilly dulu, kalau difikir-fikir Tuhan itu selalu adil, karena kebahagiaan setelah kesakitan itu selalu ada.

Di dalam mobil mereka berbincang apapun yang bisa mereka bahas. Mulai dari Beethoven, Mozart, Haydn, Yiruma, dan berunjung ke group band Coldplay.

Tanpa sadar, mereka sudah sampai di gedung sekolah Pursand.

Prilly dan Ali sejenak tertegun saat mereka tiba di pintu sekolah, beberapa murid sedang ribut, entah mempeributkan apa, yang pasti sekarang ini SMPursand sudah mirip dengan pasar tradisional.

Mereka saling tatap kemudian mengendikan bahu acuh, dan berjalan melewati kerumunan itu tanpa rasa ingin tahu. Melihat Ali dan Prilly yang berjalan santai, beberapa murid langsung berbisik tak jelas, bahkan ada beberapa yang menatap Prilly dengan tatapan amarah dan ingin membunuh.

Bukan Prilly namanya jika ia tak membalas tatapan-tatapan Itu, Prilly melihat mereka satu persatu dengan tatapan yang sama tajam, Ali yang berada di samping Prilly, hanya bisa menggenggam tangan Prilly.

Mata Prilly membulat sempurna, saat di setiap dinding tertempel sebuah poster, yang menampilkan wajah Yuki dengan tulisan yang membuat Prilly amat geram.

"SIAPA YANG MASANG POSTER INI?!" Prilly mengepalkan tangannya, pandangan matanya menyeluruh ke seluruh penjuru murid yang saat ini tengah menatap Prilly.

"Cihh... kasih tahu temen loe yang sok baik itu. Tampangnya aja kalem, tapi kelakuannya amit-amit. Jijik gue sama sikap sok manisnya itu." Salah satu murid perempuan dengan rambut panjang tetiba bersuara dengan nada angkuh yang semakin menyulut emosi Prilly.

HARMONIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang