Setengahku (masih) Bersamanya

Beginne am Anfang
                                    

Yuki berdehem mendengar penuturan Al yang tak masuk akal itu.

"Tapi ya gak sama gue juga elo kayak gitu. Inget ya, kita ini belum muhrim."

Al terperangah mendengar penuturan Yuki, belum muhrim?

"Berarti nanti ada kemungkinan kalau kita bisa muhrim donk?" Al menyipitkan matanya, sambil tersenyum genit ke arah Yuki dan membuat Yuki salang tingkah.

"In your dream mister!" Yuki berlalu dari kasurnya menuju kamar mandi, meninggalkan Al yang geleng-geleng kepala.

"Yuki, Yuki, elo itu pasti juga ada rasa sama gue."

Di dalam kamar mandi, Yuki tak berhenti meruntuki kebodohannya sendiri.

~~~♥♡♡♡♥~~~

"Kamu yakin mau masuk sekolah?" Jesika yang melihat Prilly merapikan seragamnya menegur dengan lembut. Wajah Prilly masih terlihat sangat pucat, ia khawatir jika anaknya pingsan langi dan merepotkan teman-temannya.

"Yakin bundaku sayang." Prilly tersenyum, menunjukkan giginya yang tersusun rapi.

"Kamu berangkatnya bareng Boy sama Niki aja ya, biar bunda tenang."

"Ih, bunda apaan sih, Prilly gak mau ngerepotin mereka. Prilly naik taksi aja bun, kayak biasanya."

"Tapi, ... bunda khawatir sayang." Jesika mengelus rambut panjang Prilly yang dibiarkan tergerai.

"Bunda gak perlu khawatir, Prilly janji bakalan baik-baik aja." Jesika tersenyum lembut, membuat Prilly merasa tenang.

Setelah selesai dengan semuanya, Prilly berangkat sekolah naik taksi.

Gadis itu memejamkan matanya, mencoba untuk menetraslisir degup jantungnya, karena, dia masih belum siap jika harus bertemu dengan Ali.

Dalam benaknya ia selalu berfikir, apa yang akan dilakukannya saat bertemu dengan Ali.

Apalagi semalam, Prilly sudah mengambil keputusan kalau dia akan melupakan Ali, dan lagi dia bersyukur karena kontrak itu sudah terputus, jadi Prilly tak perlu repot untuk mencari alasan untuk menjauh dari Ali.

Urusannya dengan Aliant Dei Dirgantara sudah berakhir.

Meskipun dalam lubuk hatinya yang paling dalam, dia masih memiliki rasa untuk Ali. Dan hatinya pun masih dipenuhi rasa cinta untuk pemuda itu. Tapi, bukankah kesabaran ada habisnya? Harusnya tidak. Prilly hanya sudah lelah, dia ingin hatinya sejenak beristirahat.

Toh Ali dan dirinya itu seperti air dan api, sulit untuk disatukan, jika dipaksakan maka salah satunya akan berkorban, karena, api akan selalu mengalah, kalah karena air, kecuali ada minyak di antara mereka yang membuat air dan api itu hidup berdampingan tanpa ada yang terluka.

Prilly mengembuskan nafasnya teratur, saat matanya sudah melihat gedung SMPursand. Gadis itu meletakkan tangannya di dada, berusaha untuk tetap tenang, dan degup jantungnya bisa berdetak teratur.

Langit di atas sana seakan menghianati perasaannya, dia merasa sendu tapi langit seakan mengejeknya dengan awan yang menggantung bersih, berbentuk gumpalan-gumpalan yang terlihat seperti ombak lautan.

Satu,

Dua,

Tiga,

HARMONIZEWo Geschichten leben. Entdecke jetzt