Part 33 - News

22.1K 1K 26
                                    

"Ucapkan permohonan maaf gue ke clothing line tadi karena batalin pemotretan. Gue lagi sibuk sekarang, nanti pasti gue telfon ke pihak mereka dan batalkan schedule untuk besok juga!" Bentak Erhan pada asistennya, Denu. Denu tidak salah apa-apa sebenarnya, dia hanya terkena imbas mood Erhan

"Baik bos" diujung sana, Denu meringis kecil ingin cepat-cepat menyudahi telfon ini. Bekerja selama tiga tahun membuatnya mengerti Erhan. Bukan berati Erhan adalah orang yang pemarah, Erhan adalah orang baik dia tidak memandang rendah Denu. Cuman dia tahu pada saat kapan dia harus bercanda, bertanya dan juga hanya menjawab dengan kata 'iya'. Seperti ini misalnya, saat mood Erhan sedang buruk

"Jangan! Untuk beberapa hari ini pokoknya batalkan. Terimakasih"

Klik. Telfon dimatikan belum sempat Denu menjawab Erhan. Denu mengusap-usap dada sambil bergumam sabar. Toh, setidaknya ia bersyukur tidak sedang berada didekat Erhan ketika mood nya buruk

Erhan memakirkan mobilnya asal-asalan di carport rumah orang tua Devanya. Dia lekas turun dengan langkah-langkah kakinya yang lebar terrburu-buru

Dia yakin Devanya ada disini. Di Apartement nya tidak ada, jadi sudah pasti dia ada disini.

Dari dalam rumah, Divo berlari ke arah Erhan dan langsung melayangkan tinjunya tepat ke arah tulang pipi Erhan

BUGH!!

Membuat Erhan tersungkur jatuh. Erhan melotot kesal, tapi kemudian kesadarannya kembali dengan cepat. Ini kedua kalinya dia ditinju oleh Divo. Mirisnya, karena permasalahan yang sama. Sama-sama membuat Devanya tersakiti

"BRENGSEK LO!" Divo berteriak

Dia tidak puas jika hanya meninju Erhan. Dia menarik jaket denim yang dipakai Erhan membuat Erhan berdiri dengan tertatih lalu meninjunya lagi berulang-ulang di tulang pipi, hidung, apapun yang bisa Divo jangkau

"LO!" Tunjuk Divo tepat ke arah muka Erhan, "udah bikin Adik gue nangis 2 kali. Sebrengsek-brengseknya gue, gue gak bikin orang lain hamil anak gue! Sialan!"

Di lain pihak, Erhan meringis membenarkan semua kata yang keluar dari mulut Divo dan dia diam saja tidak membalas semua perbuatan Divo. Karena dia tahu semua kata-kata Divo adalah benar dan dia pantas untuk mendapatkan pukulan Divo. Serangan yang Divo berikan kepadanya tetap tidak sepadan dengan dia yang telah menyakiti Devanya

"BERHENTI DIVO!" Dave berteriak dengan lantang

Dengan sigap, Devo menjauhkan tubuh Divo dengan Erhan, menarik tangan Divo kebelakang tubuhnya. Divo menggeliat tak senang, sambil mencoba melepaskan tangannya yang di pegang erat saudara kembarnya

Untungnya, bagi Devo melakukan hal seperti begini tidaklah terlalu sulit. Sudah bertahun-tahun lamanya dia selalu menjadi penengah emosi Divo

"GET OUT ON MY WAY!" 

"DIAM! DEVO, BAWA DIA MASUK!" Titah Dave

Mungkin kalau tidak ada teriakan dari Dave dan leraian Devo, Divo berniat untuk memelintir leher Erhan hingga mati

Mata abu-abu Dave memicing menusuk mata Erhan. "Masuk" katanya dingin

Dengan tertatih Erhan mengikuti Dave. Diam-diam dia merutuki cara berjalannya, dia tak ingin terlihat lemah

Lagi, setengah mati Erhan harus menahan langkahnya agar tidak berlari mencari Devanya. Dia harus melewati bodyguard nya dulu. Kakak-kakaknya.

Karena dia tahu, Kakak-kakaknya Devanya pastu sudah tahu apa yang terjadi.

TRUSTWhere stories live. Discover now