Part 8 - Mau gak mau..

24.5K 1K 7
                                    

From : Erhan
Gue sudah sampai.
17.03

Erhan memberitahuku melalui iMessagenya. Aku segera keluar dari ruanganku. Aku tadi memang menyuruh Erhan datang ke Cafe-ku, untuk meminta penjelasannya tentang dengan gampangnya dia bilang akan menikahiku. Memang aku belum sempat-sempat menanyakan padanya

"Van tadi gue liat Erhan udah dateng tuh disana" Gladys menunjuk tempat dipojokan. Gladys dan Erhan memang sudah saling mengenal, karena sehari sesudah sidang itu, Gladys datang kerumah meminta maaf pada Kakak-kakaku karena dia merasa bersalah, tapi untungnya Kakak-kakakku tidak memarahinya, kata mereka ini semua salahku. Gladys juga sempat bertemu Erhan dirumahku lalu mereka berkenalan
"yauda ya gue cabut dulu. Nyokap gue udah nungguin. Bye Van"

"Okay Dys, hati-hati. Bye" aku melakukan cipika cipiki dengannya.

Erhan sedang duduk dipojokan memandangi buku yang kuyakini itu buku menu, disebelahnya ada Rini, pegawaiku, yang sedang memperhatikan Erhan tanpa berkedip. Well, sebenarnya hampir semua pengunjung perempuan memang sedang memperhatikan Erhan.

"Er" sapaku lalu duduk tepat dihadapannya. Rini membungkukan badannya padaku, aku tersenyum padanya

Erhan memandangku sekilas lalu mengalihkan pandangan pada Rini "Hot Signature Chocolate saja satu, terimakasih" Erhan menyunggikan senyumnya pada Rini dan kulihat Rini tersipu malu lalu meninggalkan kami. Errgh, pasti Erhan sangat berpengalaman dengan wanita.

"Tadi Nyokap bilang ingin bertemu keluarga lo malam ini. Nyokap juga udah ngundang keluarga lo Van kerumah" Bagus, jika keluarga kami mengumpul dengan begitu akan gampang bagiku memberikan pengumuman. Aku menganggukan kepalaku, setuju.

"Jadi? Ada apa ingin bertemu?" Tanyanya

"Gue to the point aja. Lo kenapa mau disuruh nikahin gue? Lo kan tau ini bukan tanggung jawab lo bahkan kita gak ngelakuin apapun Er"

Erhan mengangkat bahu acuh "Well, jujur saja gue mau karena gue capek Nyokap gue nyuruh-nyuruh gue ngenalin perempuan sama dia"

"Pokoknya gue mau lo bantu gue untuk membatalkan pernikahan ini"

Erhan terlihat tenang saja tidak kaget dengan ucapanku malah dia menyunggingkan senyumannya "tidak mau"

"Kenapa lo gak mau? Lo gak nemu kandidat lain apa selain gue?"

"Kenapa juga gue harus nolak?" Erhan menaikkan alisnya satu, menantangku

"Er kita.." Belum sempat aku meneruskan kata-kataku, Rini datang membawa pesanan Erhan.

"Apa ada yang perlu saya bantu lagi?" Rini melihat kita berdua, yang kubalas dengan gelengan kepala dan senyum padanya

Aku meneruskan kata-kataku setelah Rini pergi "kita.. Tidak saling kenal Er dan juga mencintai"

"Gue gak perduli dengan cinta" raut mukanya menjadi kaku, tapi dengan cepat dia menggantinya dengan senyuman "Kalau masalah kenal, kita sudah saling mengenal Devanya"

Aku menghembuskan nafasku kesal "terserah apa kata lo deh. Yang pasti gue bakal membatalkan pernikahan ini, gue akan bilang keluarga kita nanti malam"
Aku langsung bangkit dari dudukku sebelum Erhan menjawab omonganku

Ketika aku hendak berjalan ke ruanganku, aku mendengar ada seseorang yang memanggilku.

"Devanya?" suara itu! Siaaal ngapain Biyan disini sih? Aku membalikkan badanku, melihat Biyan dan Fany sedang bergandengan tangan. Aku tahu mereka berada disini karena ingin memanasiku, apalagi namanya kalau bukan memanasi? Dia kan tahu ini Cafe milikku dan Gladys. Sumpah aku sama sekali tidak merasa cemburu melihatnya malahan muak, karena dialah kepala dari masalah-masalahku.

TRUSTWhere stories live. Discover now