Part 24 - Sorry, i'm hoping too much

21.6K 1K 0
                                    

"Kak Devo dimana?" Aku berusaha bersuara sebaik mungkin, agar suaraku tak bergetar

"Rumah sakit. Kamu--" Tidak heran jam 11 malam Kak Devo masih dirumah sakit, jadwalnya memang sangat sibuk

Segera kupotong kalimatnya, "Aku pinjam Apartement Kakak. Jangan kasih tau Erhan aku disitu. Makasih Kakakku sayang!"

Aku putuskan sambungan telfonnya sebelum Kak Devo menjawab. Tidak mungkin aku pulang ke rumah orang tuaku atau rumah orang tua Erhan, Erhan pasti akan mencariku kesana.

Aku menyetir dengan sangat tidak fokus, terlalu sibuk menghapuskan air mata sialan yang tidak mau berhenti ini. It hurts you know, dia yang bilang tuk saling membangun kepercayaan padanya, but then kenapa hanya aku satu-satunya yang membangun itu?

Well, itu menjelaskan selama ini ternyata dia gapernah nganggap aku ada. He broke his promises.

Gimana kalau aku bilang mencintainya dan meminta hatinya? Damn.

Baru saja aku menidurkan diriku di sofa, suara interkom berbunyi. Dengan ragu aku mengintip berharap itu Erhan.

Yatuhan, masih saja aku berharap itu dia!

Bukan. Sudah kuduga itu pasti bukan Erhan dan ternyata seorang wanita berambut sebahu. Cantik.

Aku mencuci mukaku menghilangkan bekas air mata dan merapikan rambutku yang berantakan sebelum membuka pintu, tak mungkinkan aku keluar dengan tampilan berantakan?

Matanya membulat ketika melihatku, "Hai.. emm, ini Apartement Devo kan?"

"Iya, anda siapa ya?"

"Maaf sepertinya saya menganggu. Sebaiknya saya pulang, permisi" katanya dengan satu tarikan nafas

Aku tidak tahu ada apa dengannya seketika dia pergi begitu saja. Biarlah, nanti saja kutanyakan dengan Kak Devo.

_______________________

Lucu aja kalau inget bisa-bisanya Erhan ngelakuin ini dalam waktu hampir empat bulan. Dan the worst part is aku yang notabane adalah istrinya gak tahu apa yang dia lakuin.

Entah dia yang terlalu pinter nyembunyiin atau aku yang terlalu gampang dibodohi

"Van ada Erhan diruang tamu" aku yang sedang memandang jendela langsung memalingkan ke muka Kak Devo.

Seriously? Sepanjang itukah umurnya? Dia disini? Gimana bisa tahu?

"Maaf, Kak Dev bilang" sambung Kak Devo cepat. Sial mau marah juga gakbisa, gimanapun ini Apartementnya Kak Devo kan so dia bebas untuk ngelakuin apapun yang dia mau

Baru saja aku mau memprotes Kak Devo sudah membuka mulut lagi, "dia udah jelasin ke Kak Dev tentang berita itu dan lagian Kakak rasa kamu harus temuin dia. Menghindar dari masalah itu bukan jalan keluar Vanya terlepas masalah apapun yang kamu hadapi. Well i know, you're always be my little sister but don't be childish"

Hell, aku lupa bagaimana sifatnya Kak Devo yang selalu bijak jadi gak aneh ketika dia bilang ke Erhan tapi bodohnya kenapa aku harus kesini? Bukan Apartement Kak Divo?

Dan, bukannya bersikap childish or apapun itu tapi, honestly i still get mad. Of course.

Ahkirnya, mau gak mau aku keluar kamar menemui Erhan lalu memintanya berbicara di luar saja dari pada disini menganggu Kak Devo

Tadinya aku menyuruh untuk berbicara di Cafe-ku tapi alih-alih ke Cafe dia malah membawaku ke Apartement kami. Alasannya tentu saja karena banyak warwatawan yang sedang mengincarnya. Kuakui dia benar

TRUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang