Part 10 - The day after wed.

27.9K 1K 4
                                    

Sudah hampir 2 bulan hidup bersama Erhan aku mulai mengetahui kebiasaannya. Erhan akan bangun jam 5 subuh lalu pergi jogging apabila pada hari itu dia tidak ada pekerjaan setelah jogging ia akan tidur kembali hingga siang. Erhan sangat menyukai cokelat oh bukan menyukai lagi tetapi ia mencintai cokelat, apapun yang terbuat dari cokelat dia pasti suka. Erhan juga tidak merokok, ini sangat aku syukuri, aku menyukai pria yang tidak merokok, dan untungnya semua pria yang ku kenal tidak ada yang merokok. Dan masih banyak lagi, tak mungkinkan aku menyebutkan nya satu-satu?

Well, aku memang tahu kebiasaannya tapi aku belum mengetahui isi hatinya. Ciuman pada hari pernikahan tidak berati apa-apa pada hubungan kami berdua. Aku jadi teringat pada ciuman itu, setelah dia menciumku tiba-tiba dia memanggil Kak Dave -yang kebetulan sedang berdansa dengan Mba Sonya disebelahku- lalu meminta berdansa Mba Sonya, itu adalah ciuman dibibir pertama dan terakhir kami. Sampai sekarang pun, kita tidak pernah melakukan itu. Kita memang tidur dikasur yang sama, tapi dia selalu tidur memunggungiku. Bukannya aku berharap untuk melakukan sesuatu padanya, aku malah bersyukur karena aku belum siap melakukannya, karena aku belum mencintainya. Tapi.. rasanya ada yang menganjal dia seperti membangun tembok besar yang susah untuk ku panjat. Memang kadang Erhan baik tapi sifat cuek dan dinginnya lebih sering ketimbang dengan sifat baiknya. Itulah yang membuatku susah jatuh cinta padanya. Sebenarnya aku tidak terlalu perduli, karena sifatku memang cuek.

"Sayang, kamu masak apa?" Mamih memecahkan lamunanku. Aku memang tinggal dirumah Mamih. Mamih yang meminta pada kami, karena dirumah Mamih kesepian, Kak Ceren sekarang tinggal dirumah barunya. Aku pun tidak keberatan dengannya, malah enak seperti mempunyai teman sekaligus seorang ibu. Aku tidak keberatan karena Erhan, Kak Divo, dan Kak Devo pun sibuk dengan pekerjaannya jadi sudah pasti kalau aku tinggal dirumah lamaku aku akan kesepian. Sebenarnya Erhan juga menawariku tinggal di Apartemennya juga, tapi aku menolak, tentu saja aku tidak mau merasa kesepian dan untungnya dia mengerti.

"Aku buat pancake Mih" aku memindahkan pancake yang sudah jadi ke dalam piring

"Hmm harum.. Mamih bawa ya ke meja makan" aku mengangguk padanya

"Pagi sayang" Papih menarik kursi meja makan lalu mengecup pipi Mamih. Aku tersenyum melihatnya, kadang aku bertanya-tanya kalau orang tuaku masih hidup apakah mereka akan seromantis Papih dan Mamih?

"Ngomong-ngomong Erhan belum bangun?"

"Belum Pih. Hari ini dia gak kerja pasti dia bangun siang" aku melirik jam dinding yang menunjukan angka 8 pagi.

"Ah ya. Yauda kita sarapan duluan saja yuk" aku dan Mamih mengangguk lalu kami semua memulai makan.

Tepat pada saat makanan kami habis, aku mendengar pintu rumah berbunyi, aku melihat Bi Nah, pembantu rumah ini berjalan ke pintu.

"Auntyyy Vanya" aku mendengar suara derap langkah kaki kecil Adam berlari ke arahku

Adam menumbrukkan tubuhnya dengan tubuhku lalu memeluk pinggangku, kebiasaan Adam "Adam kangen Aunty"

"Halo Adam, Aunty juga kangen. Tapi kamu juga salam dong sama Oma dan Opa" Adam melepaskanku, lalu mencium pipi Mamih dan Papih.

"Halo jagoan, Oma kangen juga Adam. Adam sama siapa kesini? Kok Bunda sama Papah kamu gak kelihatan?"

"Tadi Papah lama banget parkir mobilnya, Adam udah keburu gak sabar pengen ketemu Aunty jadi Adam keluar dari mobil sebelum Papah selesai parkir" itulah Adam, dia sangat menyukaiku.

"Halo Tante May, Om Emir, Vanya" Mba Sonya mencium pipiku dan Mami bergantian

"Halo Om, Tan" Kak Dave memberi salam  "Halo juga Vanya, Kakak kangen, mana Erhan?" dia mencium pipiku lalu memelukku sebentar

TRUSTHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin