Part 17 - Something weird

26K 977 4
                                    

Aku merapatkan mantelku lagi. Aku pikir dengan berpakaian 3 lapis, sepatu boots, sarung tangan, topi wol sudah cukup membuatku hangat ternyata tidak. Aku pernah merasakan musim dingin di London tapi rasanya tidak pernah sedingin seperti di Frankfurt saat ini. Ugh, kalau bukan karena Erhan yang memintaku ikut bersamanya mungkin aku tidak akan ikut.

"Dingin?" aku mengangguk cepat ketika Erhan bertanya. Dia melepas scraft nya lalu memakaikannya pada leherku, terasa lebih hangat dan.. Sangat wangi dirinya. Aku cepat-cepat menunduk menyembunyikan raut mukaku yang pasti sudah memerah

Erhan menyeret koper kami, lalu tangan satunya lagi menggenggam tanganku. Aku melirik kesekitar melihat banyak yang mencuri-curi pandang pada Erhan. Walaupun Erhan memakai kaca mata hitam dan topi wol aku yakin dia pasti masih bisa dikenali

"Sebegitu terkenalnya, huh?" Dia melirikku tersenyum dan mengangkat bahunya acuh.

"Ayo naik" Erhan membukakan pintu taxy yang berada di lobby bandara. Dia berbicara dengan bahasa Jerman pada supir taxi yang kuyakini dia pasti menyebutkan alamat tujuan kami

Setelah hampir 1 jam, kami sampai di Apartement Erhan. Benar-benar capek harus duduk lagi setelah melakukan perjalanan 16 jam, pasti sekarang aku sudah tidak punya bokong lagi

Erhan membuka pintu Apartementnya lalu menyuruhku masuk duluan. Apartementnya bersih, barangnya tertata rapih dan didominasi bewarna putih, hitam, dan cokelat

"Aku gak pernah kepikiran waktu pulang ke Indonesia sendirian eh pas balik kesini udah punya istri" aku terkikik geli mendengarnya. Dia benar, waktu terasa sangat cepat

"Er aku mau mandi kamar mandinya dimana?" Erhan menunjukkan kamar mandinya yang berada didalam kamar.

"Oya baju dikoper pindahin aja Van ke lemariku" Erhan menunjuk lemari putih di dekat jendela. Aku mengangguk lalu masuk ke kamar mandi

Setelah aku mandi aku membereskan baju kami dari dalam koper ke lemarinya. Ketika aku membuka laci lemarinya aku melihat sebuah kotak yang didalamnya terdapat sepasang cincin bewarna perak. Cincinnya?

"Devanyaaaa kalau udah mandi ayo makaaan!" Terdengar suara teriakan Erhan dari luar. Aku menaruh kembali cincin itu ke dalam kotak, nanti saja aku tanyakan padanya. Lebih baik aku segera memberi makan peliharaan cacing-cacing diperutku ini

______________

Aku seperti anak perawan yang sedang dipiting tidak boleh kemana-kemana. Oke, aku emang anak perawan tapi aku tidak sedang dipiting, Erhan itu ngeselin banget ini udah 2 hari kami di Frankfurt dan aku sama sekali tidak boleh keluar dari Apartement, dia terlalu parno karena kejadian yang lalu itu

Ya memangsih ini bukan salahnya aku tidak keluar kemana-kemana. Erhan mengajakku ketempat Agencynya tapi aku menolaknya. Yang benar saja, dia pikir aku tidak bosan apa nungguin dia rapat lalu melakukan photoshoot? Yang ada aku seperti patung, mengerti percakapan mereka pun tidak.

Berbekal artikel-artikel dari internet dan peta kota Frankfurt yang kemarin aku ambil dari bandara hari ini aku akan pergi mengelilingi Frankfurt dan aku akan kembali sebelum Erhan pulang karena kalau dia tau aku pergi sendiri dia pasti tidak akan mengizinkanku. Setelah Erhan pergi tadi aku langsung bersiap-bersiap.

Bermodal nekat, aku menaiki Bus Hop On Hop Off lalu turun dikawasan Römerberg. Römerberg begaya arsitektur gothic sangat keren. Aku mengambil kameraku lalu memotret semua hal yang kulihat.

Di monument Gerechtigkeitsbrunnen terdapat patung perempuan yang membawa timbangan, didekat patung tersebut aku melihat pria membeli bunga dari ibu-ibu yang berjualan bunga disitu lalu pria itu menyerahkan bunga tersebut kepada perempuan disebelahnya. Perempuan ini tersenyum malu-malu dengan wajah yang berseri. Ah romantisnya. Aku tersenyum miris, aku saja tidak pernah diberi bunga sama Erhan.

TRUSTWhere stories live. Discover now