Part 5 - Girls time!

24.2K 1K 1
                                    

Aku sudah bilang belum kalau Gladys itu ribet? Belum kan? Well, aku akan jelaskan kenapa aku bilang Gladys itu ribet.

Tadi ketika aku sedang memakai baju tiba-tiba Gladys langsung menarik bajuku. Lalu dia berbicara tidak jelas mengenai pilihan bajuku yang bewarna hitam, dia juga menyuruh melepas short jeans-ku. Padahal itu baju 'kebangsaanku' jeans dan baju-baju bewarna monochrome. Katanya hari ini aku harus memakai dress yang bermotif bunga yang warna cerah bukannya dress bewarna monochrome. Alasannya 'hari ini kan lo mulai move on jadi lo harus bahagia bukannya pakai baju warna-warna monochrome, nanti malah jadi gak mendukung hati lo dan juga kita kan jadi samaan Van pake dress' mendengarnya begitu aku hanya memutar mata sebal buat alasannya yang terkahir..  Dia memang sedang memakai helter neck dress bewarna merah maroon. Tipikal Gladys suka menyamai pakaian kami, sejujurnya aku pun tidak pernah keberatan karena aku merasa seperti mempunyai saudara perempuan.

Setelah dia memilihkanku dress bermotif bunga, heels bewarna soft pink. Gladys juga memakaikanku make up hanya mascara, BB cream, dan lipstick bewarna pink. Well, yeah kita sama-sama tidak suka dengan make up tebal.

Nah, itu kenapa aku bilang Gladys itu ribet, pakaianku saja harus dia pilihin.

Dan sekarang disini lah aku dan Gladys disebuah Mall di daerah jakarta selatan. Belanja, nonton bioskop, memanjakan diri kami di salon. Mulai dari luluran, creambath, message, dan manicure-pedicure, dan terakhir kami makan malam.

Aku melirik jam di layar HPku, sudah jam setengah 11 malam. Yeah, kuakui rencana 'Girls Time' Gladys untuk mengajakku keluar tidaklah buruk.  Kita berdua memang sudah lama tidak melakukan hal ini. Dan jujur saja aku lupa tentang Biyan yah ku akui kadang masih suka ingat tapi tidak sesering jika aku sendirian dirumah. 

"Lihat deh, lucu ya?" Gladys memperlihatkan jari kuku tangan kanannya yang sudah selesai di nail art bermotif polkadot, sebelah tangannya lagi memegang stir, kami memang tadi memutuskan memakai mobil Gladys.

"Iya lah lo milih model nya aja lama banget"

"Hehe, ngomong-ngomong kita pulangnih?"

"Jangan pulang Dys gue bosen dirumah. Lo kan tau Kakak-kakak gue gak ada dirumah" aku benar-benar males pulang kerumah, takut nanti yang ada hanya memikirkan Biyan

"Huu padahal tadi lo yang gak mau gue ajak pergi. Terus sekarang kemana nih?"

"Kemana aja lah terserah dari tadi juga lo kan yang nentuin gue cuman ikut aja"

Gladys nyengir kuda "sekarang jam 10 lewat 45 hmm kemana ya enaknya" Gladys terlihat berfikir

"Aha! Kita cobain ke club yuk Dys, kita belum pernah kan?" Aku tidak tahu dari mana fikiran itu berasal tetapi aku memang penasaran seperti apa rasanya club itu. Yeah, aku dan Gladys memang belum pernah sekalipun ke club

Gladys langsung mengalihkan padanganya ke arahku "lo yakin Van? Gue gak mau ke tempat-tempat gitu ah.."

"Gue yakin Dys. Kan kita cuman liat-liat aja gak ngapa-ngapain. Lagian kita udah gede kali Gladys"

"Iya sih.. Eh tapi nanti kalo Kakak-kakak lo tau gimana? Kan gue takut Van, nanti gue malah dimarahin lagi"

"Udalah tenang aja si Dys gue gak akan biarin lo dimarahin lo kok. Emang lo ga penasaran apa?"

Gladys menggigit bibirnya, berpikir sejenak "penasaransih, yaudalah ayuk kesana"

"Yeay, tenang aja gak akan terjadi apapun sama kita, lagian kita udah gede kali gausah kaku-kaku amat" aku menyengir lebar padanya, yang hanya dibalas Gladys dengan memutar bola matanya.

_______________

Makin malam tempat ini makin ramai. Suara musik makin menghentak. Gemerlap lampu-lampu makin menyilaukan.

Aku dan Gladys sudah disini dari 3 jam yang lalu. Sebenarnya kita berdua tipe gadis yang baik-baik. Maksudnya, kita bukan tipe gadis yang suka pergi ke club dan menari dengan pria yang tidak kami kenal. Oleh karena itu kami memilih duduk dipojokan agar tidak terlalu bising, tidak turun ke dance floor hanya duduk, mengobrol dan karena penasaran pun kita berdua memesan minuman yang belum pernah kita rasakan. Oke ralat, aku yang memesan tetapi setelah berhasil membujuk Gladys yang ahkirnya dia mau. Rasanya tidak buruk juga ternyata, Gladys juga meminum beberapa sloki, tentu saja, banyakan aku.

"Van udah jangan diminum lagi.. Lo kan baru pertama kali kayak gini, you need to know your limit or you can get drunk" Gladys mengambil segelas tequila dari tanganku.

"Kenapa sih Dys? Biar aja lah kan kata orang mabuk bikin orang lupa, dan gue pengen ngelupain si brengsek itu" aku mengambil lagi gelas yang tadi Gladys ambil

"Van apapun alesan lo, gue gak akan biarin lo mabuk" Gladys mencoba mengambil gelas dari tanganku tetapi dengan cepat aku mengelaknya

"Biarin gue Dys.. Sekali aja please biarin gue minum ini, gue pengan lupain semuanya" kataku lirih

Gladys menghelas nafasnya "oke sedikit lagi aja dan gak boleh tambah lagi"

Aku tersenyum padanya lalu menenggak tequila lagi dan lagi. Entah ini sudah berapa kali tenggakan sampai aku merasa gelasku diambil Gladys

"Devanya udah cukup! lo bisa lebih mabuk dari ini! Gue nyesel kayaknya deh udah ngikutin kemauan lo kesini. Bisa abis gue sama Kakak-kakak lo"

"Tenang aja Gladys sayang.. Kakak-kakak gue gak akan tau"

"Gue gak bisa tenang Vanya! Lo ga liat keadaan lo sekarang?"

"Emang kenapa keadaan gue Dys? Kenapa? Gue jelek ya? Iya pasti gue jelek mangkanya Biyan ninggalin gue kan.. Hiks" aku mulai menangis

"Lo mabuk Vanya! Loh kok lo jadi nangis sih? Mana Vanya yang gue kenal? Yang gak pernah nangis didepan orang, lo gak malu dilihatin orang-orang?"

"Tuhkan gue diliatin pasti karena gue jelek kan Dys yakan hiks.. Hiks"

"Vanya diem gak jangan nangis! Kita pulang sekarang lo udah mabuk!"

"Gak mau Dys gue masih mau disini pokoknya"

"Gak. Gue udah bilang kan lo harus tau batas limit lo" Gladys menarik tanganku agar aku bangkit bediri "berdiri gak Van, lo berat!"

Aku masih tetap tidak bergeming dari tempatku

"Devanya! Ini udah jam 2 pagi lewat gue juga udah ngantuk. Pulang sekarang!"

"Gue gak mau Gladys. Lo balik aja sendiri gue lagi sedih hiks.. Hiks.." Aku menangis

"Lo udah mabuk Van, ayo balik!!"

"Gak mau, gue udah bilang kan gue gak mau pulang hiks.. Hiks" Gladys tetap tidak menghiraukanku, bersikukuh menarik tanganku dan kami berdua hampir saja terjatuh ke lantai kalau tidak ada tangan yang menyangga tubuh kami berdua. lalu aku tidak tahu, lebih tepatnya tidak perduli apa yang terjadi padanya. Gladys sudah melepas tanganku terserah dia mau pulang atau tidak pikiranku sedang kacau sekarang, aku mulai menangis lagi dengan menumpukkan kepalaku dimeja sampai aku dengar Gladys berbicara

"Van, sorry gue pulang duluan ya. Lo nanti pulang dianter sama Erhan gapapa kan? jangan minum lagi inget! Bye" aku hanya menyahut tidak jelas. Nanti aku dianter siapa tadi katanya? Bodolah, pikiranku benar-benar sangat kacau karena memikirkan si Brengsek itu sialan!

TRUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang